ALLAH TURUT BEKERJA

ALLAH TURUT BEKERJA

Selasa, 30 Mei 2023



Markus 10:28-31

Yesus menguatkan para murid-Nya, agar mereka setia dalam mengikuti Yesus, memanggul salibnya setiap hari, dan mewartakan kebaikan-kebaikan Allah. “Kata-Nya kepada mereka semua: “Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya setiap hari dan mengikut Aku.”(Luk 9:23). Bagaimana cara Yesus menguatkan hati para murid-Nya ? Caranya adalah dengan menumbuhkan harapan yang bersumber dari iman mereka. Iman yang membawa harapan karena dalam iman tersebut mereka menemukan inti atau hakekat hidup  mereka , yaitu Allah yang berbelaskasih melalui Yesus Kristus Sang penyelamat umat manusia. Dengan demikian mereka tidak akan pernah menyesal mengikuti Kristus, karena iman dan pengorbanan,  mereka akan berbuah dalam kelimpahan berkat. “Jawab Yesus: “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya setiap orang yang karena Aku dan karena Injil meninggalkan rumahnya, saudaranya laki-laki atau saudaranya perempuan, ibunya atau bapanya, anak-anaknya atau ladangnya, orang itu sekarang pada masa ini juga akan menerima kembali seratus kali lipat: rumah, saudara laki-laki, saudara perempuan, ibu, anak dan ladang, sekalipun disertai berbagai penganiayaan, dan pada zaman yang akan datang ia akan menerima hidup yang kekal.”(Mrk 10:29-30).

Dengan demikian, para murid Yesus sudah menerima anugerah mulia dari Allah yang mana mereka telah dijamin untuk menerima keselaman kekal dan telah ditetapkan juga menjadi pewarta Kerajaan Allah. “Lalu Ia berkata kepada mereka: “Pergilah ke seluruh dunia, beritakanlah Injil kepada segala makhluk.”(Mrk 16:15). Oleh karena itu setiap pengikut Kristus diarahkan untuk menyadari atas kebaikan Allah dan siap diutus dimana pun mereka berada, agar semakin banyak orang mengenal dan percaya kepada Yesus Kristus dan diselamatkan.

Dengan demikian, mereka yang percaya pada Kristus, yang mengasihi dan mengerti akan kebaikan Allah, akan hidup dalam harapan dan sukacita, walaupun mereka tetap harus memanggul salibnya setiap hari. Kekuatan mereka bukan berasal dari diri mereka sendiri, namun berasal dari Roh Allah sendiri yang diam dan bekerja di dalam hati orang yang percaya. “Kita tahu sekarang, bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah.”(Roma 8:28).

Didik, CM 

MARIA BUNDA GEREJA

MARIA BUNDA GEREJA

Senin, 29 Mei 2023



Yohanes 19:25-34.

Sebelum Yesus wafat diatas kayu Salib, Dia menyatakan pesan penting kepada semua murid-Nya dan semua orang yang ada ditempat yang sama,  bahwa Bunda Maria adalah Ibu dari para murid-Nya dan para Murid-Nya adalah anak Bunda Maria. Semua itu berarti Yesus ingin memastikan bahwa Bunda Maria Ibunda Yesus bisa diterima oleh para murid dan semua pengikut-Nya sebagai Ibu mereka juga. Sebab lewat Bunda Maria, maka karya keselamatan lewat Yesus Kristus bisa terlaksana. “Ketika Yesus melihat ibu-Nya dan murid yang dikasihi-Nya di sampingnya, berkatalah Ia kepada ibu-Nya: “Ibu, inilah, anakmu!”  Kemudian kata-Nya kepada murid-Nya: “Inilah ibumu!” Dan sejak saat itu murid itu menerima dia di dalam rumahnya.”(Yoh 19:26-27).

Dengan demikian, sebagai pengikut Kristus yang telah menerima Yesus sebagai penyelamat dunia, sudah sepantasnya melakukan pesan penting yang telah diberikan oleh Yesus secara langsung kepada mereka. Bagaimana mungkin mereka percaya dan penerima Yesus  namun dalam waktu yang sama mereka menolak Bunda Maria yang telah melahirkan Yesus, dan yang telah dengan tegas memberikan perintah kepada para murid-Nya untuk menerima Maria sebagai Ibu mereka?

Oleh karena itu, para murid-Nya yang benar-benar mengerti tidak mungkin menolak Maria sebagai Bunda mereka. Jika mereka menolak Maria hal itu berarti mereka tidak melakukan apa yang dikehendaki Yesus Kristus. Dan kalau tidak melakukan kehendak Yesus berarti mereka menuruti pemikiran dan penafsiran mereka sendiri, namun bukan berasal dari Sabda/Firman Allah. “Maka masuklah mereka ke dalam rumah itu dan melihat Anak itu bersama Maria, ibu-Nya, lalu sujud menyembah Dia. Mereka pun membuka tempat harta bendanya dan mempersembahkan persembahan kepada-Nya, yaitu emas, kemenyan dan mur.”(Mat 2:11). Dengan demikian, setiap murid Kristus tidak perlu ragu lagi untuk menghormati Maria sebagai Bunda mereka/Gereja, sebab semua itu sudah dinyatakan oleh Tuhan Yesus sendiri dan telah ditulis di dalam Kitab Suci.

Didik, CM 

The Holy Spirit and the Gift of Tongue

The Holy Spirit and the Gift of Tongue

Pentecost [A]

May 28, 2023

John 20:19-23 [Acts 2:1-11]

The day of Pentecost is also called the day of the outpouring of the Holy Spirit upon the Church that Christ has just established. As the Holy Spirit came down to each disciple in the form of tongue like fire, the disciples began to speak different languages as to proclaim God’s great deeds. Many people call this miraculous ability to speak different languages in the day of Pentecost as ‘the gift of tongue’. But, did the disciples truly receive the gift of tongue? What is the gift of tongue all about? And, what did exactly happen to the disciples?

Firstly, why does it call as the gift of tongue? Luke, the author of the Acts of the Apostles, described what happened to the disciples. after they had received the Holy Spirit, they began to speak other languages (Greek: ἕτεραι γλῶσσαι – eterai glossai). The word ‘glossa’ in Greek can mean both tongue (the instrument of speech) and language itself. Thus, if the disciples received the gift of tongue, it means they receive the gift of language. 

Secondly, what language did the disciples speak? Contrary to some popular beliefs, the disciples did not speak some unintelligible languages or language of the ‘spirit’ or of the angels. They uttered normal human languages. But, what language did the disciples actually say? We can say that the disciples were speaking new languages. Some disciples may speak Greek, others may say in Latin, other still may speak other Mediterranean languages of that time. Yet, there is another theory. It says that the disciples remained speaking in their native language, most probably Galilean Aramaic, but those who were present heard them in their own native languages. This is properly speaking, not really gift of tongue, but the gift of hearing or the gift of translation. The Holy Spirit ‘translated’ the words of the disciples in the hearers’ ears.

The gift of the Holy Spirit in the day of Pentecost is indeed remarkable, but what is it for us? In reality, most of us do not have this kind of extraordinary gift of tongue. I have been in Rome for almost one year, and spent all the time to study Biblical languages, Hebrew and Greek. Yet, after almost a year, I am still struggling with these languages. I wish the Holy Spirit come down during the day of Pentecost and suddenly I could speak Hebrew and Greek! 

While it is true that most of us do not have the gift of tongue, but it does not mean we do not possess the Holy Spirit of Pentecost. In fact, if we only focus on the gift of tongue or the gifts of the Spirit, we may miss the entire point. The Pentecost is about the Spirit that gives new birth to each disciple that they become a new person in Christ. As new creations, they now have the courage to preach ‘the mighty deeds of God’. 

Pentecost means we allow the Holy Spirit enter into our lives and inspire us to share the Gospel of Jesus Christ in our own particular ways. When we teach our children to pray and bring them to the Church, it is a Pentecost. When some of us volunteer as catechists and even involve in teaching the catechumens, it is a Pentecost. When we do our best to resist the ways of the world, and follow Jesus, it is a Pentecost.

Blessed Pentecost!

Valentinus Bayuhadi Ruseno, OP

PANGGILAN HIDUP YANG BERHARGA

PANGGILAN HIDUP YANG BERHARGA

Sabtu, 27 Mei 2023



Yohanes 21:20-25

Yesus mengajak kepada para murid-Nya untuk melihat dan menyadari betapa berharganya panggilan mereka sebagai orang yang percaya dan pengikut Kristus. Mengapa demikian? Sebab jika mereka menyadarinya, maka akan terbukalah hati dan pikiran mereka dalam melihat kesempatan yang berharga untuk mengembangkan iman mereka, sehingga iman tersebut bisa berbuah dalam tindakan dan karya. Namun sebaliknya, jika mereka sibuk dengan hal-hal yang tidak penting dimata Allah, maka mereka akan melupakan panggilan yang berharga tersebut, sehingga mereka tidak bisa berbuah. “Akulah pokok anggur dan kamulah ranting-rantingnya. Barangsiapa tinggal di dalam Aku dan Aku di dalam dia, ia berbuah banyak, sebab di luar Aku kamu tidak dapat berbuat apa-apa.”(Yoh 15:5). Dengan demikian, Tuhan Yesus ingin agar para pengikut-Nya selalu menjaga relasi yang dekat dengan-Nya dan setia untuk mengikuti jalan atau cara hidup-Nya. “Jawab Yesus: “Jikalau Aku menghendaki, supaya ia tinggal hidup sampai Aku datang, itu bukan urusanmu. Tetapi engkau: ikutlah Aku.” (Yoh 21:22).

Oleh karena itu, sebagai murid Kristus tidak cukup hanya memikirkan bagimana cara untuk hidup aman dan sejahtera, namun juga memikirkan bagaimana mengembangan panggilan sebagai murid Kristus dengan cara hidup seperti atau menyerupai Yesus Kristus. Dengan demikian mereka bisa menjadi saksi Kristus yang menghadirkan hidup-Nya ditengah-tengah masyarakat, sehingga semakin banyak orang bisa mengenal dan percaya kepada-Nya. Panggilan tersebut melekat dalam diri setiap murid Kristus, sebab mereka telah dilahirkan kembali dalam Roh, melalui Sakramen Baptis. “Jawab Yesus: “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jika seorang tidak dilahirkan dari air dan Roh, ia tidak dapat masuk ke dalam Kerajaan Allah. Apa yang dilahirkan dari daging, adalah daging, dan apa yang dilahirkan dari Roh, adalah roh.”(Yoh 3: 5-6).

Dengan demikian, Allah sungguh memberikan anugerah yang menguduskan dan menyelamatkan kepada semua pengikut Kristus.  Harapan-Nya panggilan dan iman tersebut tidak disia-siakan atau diabaikan, namun menjadi dasar hidup mereka. “Setiap orang yang mendengar perkataan-Ku ini dan melakukannya, ia sama dengan orang yang bijaksana, yang mendirikan rumahnya di atas batu. Kemudian turunlah hujan dan datanglah banjir, lalu angin melanda rumah itu, tetapi rumah itu tidak rubuh sebab didirikan di atas batu.”(Mat 7:24-25).

Didik, CM 

MARTABAT YANG MULIA

MARTABAT YANG MULIA

Kamis, 25 Mei 2023



Yohanes 17:20-26

Tuhan Yesus menyatakan kerinduan-Nya agar semua yang percaya kepada-Nya bisa menyadari betapa mereka berharga dihadapan-Nya, karena Allah mengasihi mereka. “Aku di dalam mereka dan Engkau di dalam Aku supaya mereka sempurna menjadi satu, agar dunia tahu, bahwa Engkau yang telah mengutus Aku dan bahwa Engkau mengasihi mereka, sama seperti Engkau mengasihi Aku.”(Yoh 17:23). Oleh karena itu, Tuhan Yesus ingin agar mereka yang telah dikasihi Allah, ada selalu didekat-Nya dan bersatu dengan-Nya. “…Supaya mereka semua menjadi satu, sama seperti Engkau, ya Bapa, di dalam Aku dan Aku di dalam Engkau, agar mereka juga di dalam Kita, supaya dunia percaya, bahwa Engkaulah yang telah mengutus Aku.”(Yoh 17:21). Dengan demikian, Allah selalu menjaga mereka, karena mereka telah menjadi milik-Nya, dan dimanapun Dia berada mereka juga ada disana. “Ya Bapa, Aku mau supaya, di mana pun Aku berada, mereka juga berada bersama-sama dengan Aku, mereka yang telah Engkau berikan kepada-Ku, agar mereka memandang kemuliaan-Ku yang telah Engkau berikan kepada-Ku, sebab Engkau telah mengasihi Aku sebelum dunia dijadikan.”(Yoh 17:24)

Dengan menyadari akan martabatnya yang mulia ini, maka setiap pengikut Kristus akan semakin percaya kepada-Nya dan akan berusaha untuk menyesuaikan hidupnya dengan cara hidup Yesus Kristus. Dengan demikian mereka akan terus berjuang untuk melakukan apa yang menjadi kehendak-Nya. Sebab dengan melakukan kehendak-Nya, maka mereka menyatakan diri siap selalu mengasihi Allah, sebagai mana Dia yang telah terlebih dahulu mengasihi mereka. “Jikalau kamu mengasihi Aku, kamu akan menuruti segala perintah-Ku. Aku akan minta kepada Bapa, dan Ia akan memberikan kepadamu seorang Penolong yang lain, supaya Ia menyertai kamu selama-lamanya,”(Yoh 14: 15-16).

Selajutnya, mereka yang telah dikasihi oleh Allah diharapkan menjadi lebih berani untuk keluar dari diri sendiri agar mereka bisa mewartakan Yesus Kristus dan kebaikan-Nya kepada sesama, dengan menujukkan kesaksian hidup yang baik, peduli kepada mereka yang menderita, dan dengan tulus hati serta rendah hati dalam melakukan segala sesuatu. “Hendaklah kamu dalam hidupmu bersama, menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus, yang walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan, melainkan telah mengosongkan diri-Nya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia.”(Filipi 2:5-7).

Didik, CM