Browsed by
Author: Romo. Aloysius Didik Setiyawan CM

Tinggal di Philadelphia, AS mendampingi Komunitas Katolik Indonesia (KKI).
KEKUATAN DOA

KEKUATAN DOA

Senin, 20 Februari 2023



Markus 9:14-29

Pada suatu ketika seorang ayah yang anaknya kerasukan roh jahat datang kepada Yesus dan menyampaikan pertanyaan, mengapa para murid-Nya tidak mampu mengusir roh jahat yang merasuki anaknya? Yesus menyatakan bahwa, hal yang perlu ada sebelum seseorang menerima belas kasih Allah adalah iman/percaya kepada-Nya. “Maka kata Yesus kepada mereka: “Hai kamu angkatan yang tidak percaya, berapa lama lagi Aku harus tinggal di antara kamu? Berapa lama lagi Aku harus sabar terhadap kamu? Bawalah anak itu ke mari!”(Mrk 9:19). Oleh karena itu, persoalanya dikembalikan kepada pribadi masing-masing; apakah mereka siap dan berani untuk percaya kepada Kristus?

Dengan demikian, sebelum seseorang memohon sesuatu kepada Tuhan, maka  diperlukan iman yang kuat/mantap.  Jika seseorang kurang percaya maka rahmat Allah tidak akan bekerja secara efektif karena dihalangi oleh sikap sombong dan ragu pada kekuatan Allah. Oleh karena itu, diperlukan kesadaran bahwa  dihadapan Allah, setiap pribadi tergantung hidupnya pada-Nya. Oleh karena itu siapa yang dekat dengan Allah adalah  mereka yang rendah hati, sebab tanpa sikap rendah hati manusia tidak bisa datang dan berdoa kepada Allah.

Dengan demikian, manusia harus sadar akan kerterbatasan-keterbatasannya, agar mereka tidak melupakan Tuhan, dan bisa berdoa dangan baik, karena lewat doa tersebut seseorang berkomunikasi dengan Tuhan, menggali dan menerima kekuatan dari Tuhan,  dan menemukan apa yang menjadi kehendak-Nya. “Ketika Yesus sudah di rumah, dan murid-murid-Nya sendirian dengan Dia, bertanyalah mereka: “Mengapa kami tidak dapat mengusir roh itu?” Jawab-Nya kepada mereka: “Jenis ini tidak dapat diusir kecuali dengan berdoa.”(Mrk 9:28-29).

Didik, CM 

KARENA KASIH SETIA-NYA

KARENA KASIH SETIA-NYA

Jumat, 17 Februari 2023



Markus 8:34-9:1

Kepada para murid-Nya, Yesus menyapaikan syarat-syarat untuk bisa menjadi murid-Nya yang baik, yaitu ; menyangkal diri, memanggul salib, dan setia mengikuti-Nya. “Lalu Yesus memanggil orang banyak dan murid-murid-Nya dan berkata kepada mereka: “Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya dan mengikut Aku.”(Mrk 8:34). Apa artinya menyangkal diri? Penyangkalan diri diarahkan pada sikap hati yang berani mengosong diri agar Roh Allah sendiri memimpin jalan hidup seseorang.  Ketika seseorang mengosongkan diri maka ia dengan rela melepaskan segala sesuatu yang bertentangan dan menghambat relasinya dengan Tuhan, yaitu kesombongan, dan dosa, sehingga ia menjadi seorang hamba yang tulus dan rendah hati di hadapan Tuhan. “Hendaklah kamu dalam hidupmu bersama, menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus,  yang walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan, melainkan telah mengosongkan diri-Nya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia.”(Filipi 2:5-7).

Kemudian, apa artinya memanggul Salib? Salib bukan sebatas simbol, namun didalamnya terkandung nilai pengorbanan Yesus Kristus karena ketaatan kepada kehendak Bapa dan kasih tanpa batas Tuhan terhadap umat manusia, yang membuahkan pengampunan, perdamaian, dan keselamatan. “…..dan oleh Dialah Ia memperdamaikan segala sesuatu dengan diri-Nya, baik yang ada di bumi, maupun yang ada di sorga, sesudah Ia mengadakan pendamaian oleh darah salib Kristus.”(Kolose 1:20). Dengan demikian memanggul salib berarti siap sedia untuk berkorban demi kebaikan, damai, dan keselamatan sesama.

Lalu bagaimana dengan arti mengikut Kristus? Ketika seseorang telah diampuni dosa-dosanya dan diselamatkan oleh Kristus, maka sebagai ungkapan syukurnya, ia akan dengan setia berjalan bersama dan melakukan kehendak-Nya. Dengan demikian kesetian tersebut merupakah buah dari pengalaman iman dan kasih yang telah diterima dari Allah. Oleh karena itu semakin dalam iman dan semakin kuat pengalaman kasih yang dirasakan seseorang dari Tuhan, semakin dalam dan kuat pula kesetiaannya pada Tuhan. “Aku hendak sujud ke arah bait-Mu yang kudus dan memuji nama-Mu, oleh karena kasih-Mu dan oleh karena setia-Mu;
sebab Kaubuat nama-Mu dan janji-Mu melebihi segala sesuatu.”(Mzm 138:2)

Didik, CM 

HARAPAN BAGI YANG PERCAYA PADA TUHAN

HARAPAN BAGI YANG PERCAYA PADA TUHAN

Rabu, 15 Februari 2023



Markus 8:22-26

Pada suatu ketika Yesus menerima dan menyembuhkan orang yang buta. “Kemudian tibalah Yesus dan murid-murid-Nya di Betsaida. Di situ orang membawa kepada Yesus seorang buta dan mereka memohon kepada-Nya, supaya Ia menjamah dia.” Kesembuhan tersebut terjadi karena belas kasih Allah kepada manusia dan iman yang mendorong orang tersebut untuk datang kepada Tuhan Yesus. Oleh karena itu terjadi proses : manusia memohon dan Tuhan menjawab dengan belaskasih-Nya.

Dengan demikian, iman akan Allah yang Maha Baik menumbuhkan harapan kepada manusia. Dalam kondisi paling terpuruk pun, jika manusia memiliki iman, maka ia akan tetap bisa bertahan karena ia melihat dan menemukan harapan di dalam imannya kepada Tuhan Yesus Kristus. “Masih ada harapan untuk hari depanmu, demikianlah firman TUHAN: anak-anak akan kembali ke daerah mereka.”(Yeremia 31:17).

Oleh karena itu, bagi orang yang percaya tidak ada yang mustahil dan karena itu mereka akan tetap memiliki harapan sekalipun menurut pemikiran manusia hal itu tidak mungkin. “Jawab Yesus: “Katamu: jika Engkau dapat? Tidak ada yang mustahil bagi orang yang percaya!” (Mrk 9:23). Dengan demikian harapan muncul bukan dari pemikiran-pemikiran manusia, tetapi harapan lahir dari iman/percaya kepada kekuatan Allah, yang telah mengutus Putera-Nya hadir ke dunia untuk menyelamatkan umat manusia. “….Supaya iman kamu jangan bergantung pada hikmat manusia, tetapi pada kekuatan Allah.”(1 Kor 2:5). Tantangan bagi masing-masing orang adalah beranikah mereka menaruh kepercayaan hanya kepada Tuhan Yesus?
“Ketika Yesus melihat iman mereka, berkatalah Ia kepada orang lumpuh itu: “Percayalah, hai anak-Ku, dosamu sudah diampuni.”(Mat 9:2). 

Didik, CM 

MENYANGKAL DIRI SENDIRI

MENYANGKAL DIRI SENDIRI

Sabtu, 4 Februari 2023



Markus 6:30-34

Yesus membangun dan meluaskan Kerajaan Allah dengan cara hadir penuh belas-kasihan di tengah-tengah umat manusia. Kehadiran-Nya membawa pengharapan, kekuatan, damai dan keselamatan bagi mereka yang percaya kepada-Nya. Mereka yang berduka dihibur, mereka yang sakit disembuhkan, dan yang putus asa dibangkitkan semangatnya. “Ketika Yesus mendarat, Ia melihat sejumlah besar orang banyak, maka tergeraklah hati-Nya oleh belas kasihan kepada mereka, karena mereka seperti domba yang tidak mempunyai gembala. Lalu mulailah Ia mengajarkan banyak hal kepada mereka.”(Mrk 6:34).

Dengan demikian, Yesus mengundang semua orang untuk datang kepada-Nya. Yesus mengetahui bahwa setiap orang memiliki beban-beban hidup dan pergulatan-pergulatan dan mereka membutuhkan kekuatan untuk bisa  memikulnya. Oleh karena itulah Tuhan Yesus datang untuk mereka yang yang lemah, sakit, menderita yang membutuhkan pertolongan agar mereka mendapatkan kembali harapan dan semangat hidupnya. “Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu. Pikullah kuk yang Kupasang dan belajarlah pada-Ku, karena Aku lemah lembut dan rendah hati dan jiwamu akan mendapat ketenangan.”(Mrk 6:28-29). 

Dengan demikian yang dibutuhkan dan paling pokok agar manusia bisa menerima belas kasih Allah adalah dengan percaya kepada Tuhan Yesus Kristus, Putera-Nya. Namun apakah hal itu mudah? Hal itu bisa dilakukan oleh orang-orang yang rendah hati, namun sangat sulit bagi mereka yang lebih percaya pada diri sendiri atau tidak percaya kepada Tuhan. Dari ketidakpercayaan kepada Tuhan, maka mereka akan memilih jalannya sendiri, sehingga mereka semakin jauh dari Allah dan akhirnya rahmat Allah tidak bisa bekerja di dalam diri mereka. “Karena TUHAN jiwaku bermegah; biarlah orang-orang yang rendah hati mendengarnya dan bersukacita.”(Mzm 34:3).

Oleh karena itu, seruan dari Yesus untuk menyangkal diri menjadi cara untuk mengalahkan diri sendiri yang sombong, sehingga masing-masing orang menjadi rendah hati kembali dan siap menerima belas kasih Allah dan menjadi saksi-saksi-Nya di dalam hidup. “Lalu Yesus berkata kepada murid-murid-Nya: “Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya dan mengikut Aku.”(Mat 16:24).

Didik, CM 

PENYERAHAN DIRI KEPADA TUHAN

PENYERAHAN DIRI KEPADA TUHAN

Jumat, 3 Februari 2023



Markus 6:14-29

Peristiwa terbunuhnya Yohanes pembaptis oleh Raja Herodes atas dorongan dari Herodias yang sakit hati kepada Yohanes menjadi tanda bahwa setiap orang perlu waspada dengan kebencian dan demam yang kekuatannya mampu menghancurkan, membunuh kehidupan manusia. “Karena itu Herodias menaruh dendam pada Yohanes dan bermaksud untuk membunuh dia, tetapi tidak dapat.”(Mrk 6:19). Kekuatan yang merusak tersebut tidak hanya merusak diri sendiri tetapi orang-orang lain disekitarnya yang berhasil dilibatkan untuk melaksanakan niat jahatnya, sehingga keadaannya semakin  kompleks. “Anak itu pergi dan menanyakan ibunya: “Apa yang harus kuminta?” Jawabnya: “Kepala Yohanes Pembaptis!” Maka cepat-cepat ia pergi kepada raja dan meminta: “Aku mau, supaya sekarang juga engkau berikan kepadaku kepala Yohanes Pembaptis di sebuah talam!” Lalu sangat sedihlah hati raja, tetapi karena sumpahnya dan karena tamu-tamunya ia tidak mau menolaknya.”(Mrk 6:24-26).

Dengan demikian menjadi jelas bahwa buah dari kebencian dan dendam adalah kehancuran. Oleh karena itu, setiap orang yang ingin atau rindu akan kedamaian perlu meningkatkan kewaspadaan akan dorongan dari dalam diri sendiri yang merusak tersebut. “Waspadalah, hai saudara-saudara, supaya di antara kamu jangan terdapat seorang yang hatinya jahat dan yang tidak percaya oleh karena ia murtad dari Allah yang hidup.”(Ibrani 3:12).

Dengan demikian, dari mana dan siapakah yang menaburkan benih kebencian di dalam hati dan pikiran manusia? Yang menaburkan adalah roh jahat (yang memusuhi Tuhan). “Yesus membentangkan suatu perumpamaan lain lagi kepada mereka, kata-Nya: “Hal Kerajaan Sorga itu seumpama orang yang menaburkan benih yang baik di ladangnya. Tetapi pada waktu semua orang tidur, datanglah musuhnya menaburkan benih lalang di antara gandum itu, lalu pergi.”(Mat 13:24-25). 
Target dari roh jahat adalah memisahkan orang-orang baik dari Allah, sehingga dengan terpisah dari Allah, mereka akan mudah untuk dikendalikan.

Oleh karena itu, jalan yang bisa tempuh untuk melawan pengaruh jahat di dalam diri sendiri adalah kembali dengan sikap rendah hati menyerahkan semuanya kepada Tuhan Yesus, agar hati Yesus yang berbelas kasih yang tinggal di dalam diri setiap orang yang percaya. “Kamu akan Kuberikan hati yang baru, dan roh yang baru di dalam batinmu dan Aku akan menjauhkan dari tubuhmu hati yang keras dan Kuberikan kepadamu hati yang taat.”(Yeh 36:26).

Didik, CM