Tritunggal Mahakudus dan Pembaptisan

Hari Raya Tritunggal Mahakudus [B]
26 Mei 2024
Matius 28:16-20

Hari ini, kita merayakan misteri Tritunggal Mahakudus, dan Gereja mengundang kita untuk merenungkan Pembaptisan kita. Kita dibaptis dalam rumusan yang diberikan oleh Yesus sendiri. Yesus memerintahkan para murid-Nya, “Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Putra dan Roh Kudus (Mat 28:19).” Namun, apa artinya dibaptis dengan rumusan Tritunggal ini?

Kita dibaptiskan ‘di dalam’ nama Bapa, Anak dan Roh Kudus. Dalam bahasa Yunani Perjanjian Baru, kata depan ‘di dalam’ adalah ‘εἰς’ (baca: eis), dan ini menunjukkan perpindahan dari satu tempat ke tempat lain atau dari suatu kondisi yang lama ke kondisi yang baru. Dengan demikian, Baptisan memungkinkan kita untuk memasuki tempat, keadaan, dan status yang baru.

Dalam Pembaptisan, kita tidak lagi berada di luar Allah, tetapi sekarang kita berada di dalam Allah. Kita tidak lagi menjadi milik dunia, tetapi sekarang menjadi milik Allah. Kita tidak lagi berada di bawah pengaruh Iblis, tetapi sekarang kita digerakkan oleh rahmat Allah. Rahmat Baptisan menciptakan kembali kita dari anak-anak Adam yang telah jatuh ke dalam dosa, menjadi anak-anak Allah yang kudus. Rahmat yang sama mengubah kita menjadi anggota yang telah ditebus dari Tubuh Yesus. Dan akhirnya, rahmat ini juga menguduskan kita dan membuat kita menjadi bait Roh Kudus.

Karena Pembaptisan membawa kita kepada persekutuan dengan Tritunggal Mahakudus dan surga tidak lain adalah persekutuan yang permanen dengan Allah, maka Pembaptisan sangat penting bagi keselamatan kita. Tidak heran jika Santo Petrus mengajarkan dengan penuh otoritas bahwa Baptisan menyelamatkan kita (1 Pet. 3:21). Namun, kita harus ingat bahwa rahmat yang kita terima dalam Pembaptisan harus diterima dengan benar dan dinyatakan dalam hidup kita.

Persatuan dengan Allah bukan hanya sesuatu yang bersifat rohani dan tidak terlihat, tetapi juga nyata dan dapat dilihat. Di dunia ini, kita percaya bahwa keluarga Allah, Tubuh Kristus, dan Bait Roh Kudus memiliki manifestasi yang dapat dilihat, yakni Gereja. Dari sini, kita bisa menyimpulkan bahwa Baptisan juga merupakan pintu gerbang menuju keanggotaan kita di dalam Gereja. Oleh karena itu, kita menunjukkan bahwa kita milik Tritunggal Mahakudus ketika kita menyatakan keanggotaan kita dalam Gereja lokal, di paroki-paroki, dan juga Gereja universal, yakni kesatuan dengan Paus.

Kita mengekspresikan persatuan rohani kita dengan Tritunggal Mahakudus ketika kita merayakan liturgi Ekaristi dengan layak. Dengan demikian, kita tidak dapat mengatakan bahwa kita berada dalam kesatuan dengan Tritunggal Mahakudus, tetapi kita tidak pernah menghadiri misa karena kemalasan atau menerima Komuni dengan tidak layak.

Kita menyatakan kasih kita kepada Tritunggal Mahakudus ketika kita mengasihi sesama umat Kristiani dan bahkan mereka yang belum percaya kepada Tritunggal. Itulah sebabnya Santo Yohanes berkata, “Jikalau seorang berkata: ‘Aku mengasihi Allah,’ dan ia membenci saudaranya, ia adalah pendusta, sebab barangsiapa tidak mengasihi saudaranya yang telah dilihatnya, tidak mungkin mengasihi Allah, yang tidak dilihatnya (1 Yoh. 4:20).”

Kita menunjukkan persekutuan kita dengan Tritunggal Mahakudus ketika kita memisahkan diri kita dari Iblis dan pekerjaannya. Kita tidak dapat mengatakan bahwa kita adalah anak-anak Allah, tetapi kita hidup dalam dosa, kita mencuri dan merugikan dari orang lain, kita terlibat dalam praktik-praktik esoterik, dan kita percaya pada takhayul.

Sakramen Baptisan tidak berhenti dengan penuangan air, tetapi diwujudkan dalam kehidupan kita sehari-hari. Iman kita kepada Tritunggal tidak hanya berarti penerimaan intelektual atas kehadiran Allah tetapi juga mengubah hidup kita di dunia.

Roma
Valentinus Bayuhadi Ruseno, OP

Translate »