Sesawi

Senin, 27 Juli 2020

Yeremia 13:1-11
Ulangan 32:18-21
Matius 13:31-35

Sesawi atau mustard bukanlah tanaman yang kuat atau biasa dibanggakan oleh orang-orang di Timur Tengah pada zaman Yesus. Lambang kekuatan dan keindahan adalah pohon aras, terutama aras dari Lebanon. Raja Solomon membangun Bait Allah dengannya. Orang Amorit yang kuat, dan kerajaan Israel pada masa jayanya digambarkan seperti pohon aras.

Dibandingkan pohon aras, sesawi tidak sebanding kekuatannya. Tetapi pohon sesawi cepat tumbuh dan menyebar. Karena itu sampai ada peraturan agama Yahudi yang membatasi penanaman sesawi karena ditakutkan bisa merongrong tanaman sayuran yang lain atau lahan gandum.

Kenapa Yesus tidak mengumpakan kerajaan Allah seperti pohon aras? Bukankah kekuatan Tuhan tidak terbatas, karena Dia sungguh sang Maha Kuasa? Kadang inilah gambaran Tuhan yang kita harapkan: Tuhan yang datang ke dunia dengan kekuatannya yang penuh, siap memberantas semua kejahatan dan ketidakadilan.

Rupa Tuhan semacam itu pulalah yang diharapkan bangsa Yahudi yang menantikan Sang Mesias. Karena itulah ketika Yesus datang dan berbuat tidak sesuai dengan harapan, mereka kecewa berat dan memilih menyalibkannya. Ia hanya seperti biji sesawi yang kecil, hanya seperti pohon sesawi yang lemah.

Dunia kita penuh dengan ideal dan cita-cita menjadi orang yang kuat dan sukses. Siapa yang kita anggap paling kuat? Negara yang punya senjata paling banyak, teknologi yang paling canggih, mobil yang paling “bandel” suaranya, konglomerat yang punya duit paling banyak, eksekutif yang bisa bikin pegawainya ciut hati. Kalau kita sungguh mau menjadi bagian dari kerajaan Allah, sebaiknya kita mencari teladan hidup yang berbeda dari yang ditawarkan dunia.

This entry was posted in renungan. Bookmark the permalink.

Comments are closed.