MELIHAT MASA DEPAN

Kamis, 31 Agustus 2023



Matius 24:42-51

Yesus mengingatkan kembali kepada para murid-Nya untuk berjaga-jaga, sebab semua orang tidak tahu kapan Tuhan memanggil mereka. “Karena itu berjaga-jagalah, sebab kamu tidak tahu pada hari mana Tuhanmu datang.”(Mat 24:42).  Bagaimana caranya agar seseorang bisa berjaga-jaga? Caranya adalah dengan melihat masa depan dan menyadari bahwa hidup tidak berjalan mundur, akan tetapi berjalan maju menuju suatu titik (kematian fisik) dimana orang akan beralih dari hidup di dunia pada hidup yang kekal. Dengan demikian, mereka akan lebih menyiapkan diri dengan melakukan hal-hal yang baik untuk memasuki kehidupan kekal tersebut. Oleh karena itu, jika mereka tidak melihat masa depan, mereka tidak akan melihat harapan yaitu keselamatan dan tidak akan menyiapkan diri untuk menerima harapan tersebut (keselamatan).

Dengan demikian, bagi murid-murid Kristus, mereka diajak untuk mengarahkan hati dan hidupnya kepada Allah yang telah hadir memberikan jaminan akan harapan keselamatan tersebut di dalam diri Yesus Kristus Putera-Nya. Dia adalah yang Sulung/Pertama, yang telah bangkit, yang telah mengalahkan kematian, dan yang telah mendahului semua umat manusia masuk dalam persatuan dangan Allah Bapa di Surga, sehingga Dia bisa mengatakan bahwa melalui Dia semua orang akan sampai kepada Bapa. “Kata Yesus kepadanya: “Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorang pun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku.”(Yoh 14:6).

Oleh karena itu, setiap murid Kristus bisa bertanya pada diri sendiri, “Apakah saya benar-benar telah menerima dan percaya kepada Kristus sebagai Tuhan dan menyelamat?” Semakin dekat relasi seseorang dengan Kristus, maka semakin dekat pula mereka dengan keselamatan. ”  Lalu ia berkata: “Yesus, ingatlah akan aku, apabila Engkau datang sebagai Raja.”  Kata Yesus kepadanya: “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya hari ini juga engkau akan ada bersama-sama dengan Aku di dalam Firdaus.”(Luk 23:42-43).

Didik, CM 

Posted in renungan | Comments Off on MELIHAT MASA DEPAN

BERSYUKUR ATAS PANGGILAN TUHAN

Rabu, 30 Agustus 2023



Matius 23:27-32

Yesus mengajak kepada para murid-Nya untuk belajar bersyukur atas panggilan mereka sebagai murid-murid-Nya. Mengapa? Karena mereka telah diangkat menjadi anak Allah dan dipercaya untuk mewartakan Allah yang Maha Baik dan Peduli. “Bukan kamu yang memilih Aku, tetapi Akulah yang memilih kamu. Dan Aku telah menetapkan kamu, supaya kamu pergi dan menghasilkan buah dan buahmu itu tetap, supaya apa yang kamu minta kepada Bapa dalam nama-Ku, diberikan-Nya kepadamu.”(Yoh 15:16). Dengan demikian panggilan menjadi murid Kristus adalah anugerah yang berharga.

Oleh karena itu setiap orang yang telah dipilih-Nya sudah selayaknya mengucap syukur dan mewujudnyatakan syukur tersebut dengan cara hidup sejalan dengan panggilan mereka sebagai anak-anak Allah (Terang). “Memang dahulu kamu adalah kegelapan, tetapi sekarang kamu adalah terang di dalam Tuhan. Sebab itu hiduplah sebagai anak-anak terang, karena terang hanya berbuahkan kebaikan dan keadilan dan kebenaran,”(Efesus 5:8-9). Dengan demikian mereka dipercaya untuk mengemban tanggung jawab untuk menghadirkan Kerajaan Allah dengan bertindak baik, benar, dan adil untuk kemuliaan Allah bukan untuk kemuliaan diri sendiri.

Dengan demikian, Yesus mengharapkan kepada para murid-Nya tidak melupakan anugerah Allah yang begitu mulia tersebut. Sebab ada bahaya jika mereka mengabaikan panggilan mereka sebagai anak-anak terang, maka mereka akan mudah terbawa arus mengikuti pola hidup yang lebih mengutamakan kesenangan pribadi dan berpura-pura baik demi mendapatkan sesuatu yang diinginkan yang bukan sejalan dengan kehendak Allah. “Demikian jugalah kamu, di sebelah luar kamu tampaknya benar di mata orang, tetapi di sebelah dalam kamu penuh kemunafikan dan kedurjanaan.”(Mat 23:28).

Didik, CM 

Posted in renungan | Comments Off on BERSYUKUR ATAS PANGGILAN TUHAN

TUHAN BERKATA, ” APAKAH ENGKAU MENGASIHI AKU?”

Selasa, 29 Agustus 2023


Markus 6:17-29

Yohanes Pembaptis memberikan kesaksian hidup yang konkrit sebagai orang yang setia kepada kehendak Allah (iman).  Dalam hidupnya, Yohanes pembaptis setia berdiri diatas kebenaran dan keadilan sekalipun berhadapan dengan penguasa atau raja (Herodes).  “…Sebab Herodes segan akan Yohanes karena ia tahu, bahwa Yohanes adalah orang yang benar dan suci, jadi ia melindunginya. Tetapi apabila ia mendengarkan Yohanes, hatinya selalu terombang-ambing, namun ia merasa senang juga mendengarkan dia.”(Mrk 6:20).

Dengan demikian, lewat kesaksian Yohanes pembaptis, setiap murid Kristus diajak dan didorong untuk lebih berani memberi kesaksian hidup sebagai Murid Kristus dengan bertindak baik, benar dan adil, walaupun harus menghadapi resiko ditolak dan dimusuhi oleh sebagian orang. Oleh karena itu, jika mereka harus menghadapi hal-hal yang demikian (ditolak, dibicarakan, dan dimusuhi), maka mereka tidak perlu heran dan kaget karena hal-hal dialami oleh semua orang benar yang setia kepada Tuhan Yesus. “Jikalau dunia membenci kamu, ingatlah bahwa ia telah lebih dahulu membenci Aku dari pada kamu.”(Yoh 15:18). Justru ketika semua tampak lancar , hal itu belum tentu mencerminkan kepribadian seorang murid Kristus, jika mereka mendiamkan dan membiarkan ketidak-adilan terjadi disekitarnya, karena mereka menghindari resiko-resiko diatas.

Dengan demikian untuk bisa mengikuti Kristus diperlukan keberanian,  keteguhan hati dan kehendak yang kuat, agar bisa mengatasi perasaan takut dan ragu-ragu untuk menegakkan yang benar dan yang adil.  Kekuatan utama yang mendorong mereka terutama karen kecintaan mereka kepada Allah. Oleh karena itu relasi pribadi dengan Tuhan Yesus menjadi fondasi hidup bagi masing-masing murid Kristus. “Kata Yesus kepadanya untuk ketiga kalinya: “Simon, anak Yohanes, apakah engkau mengasihi Aku?” Maka sedih hati Petrus karena Yesus berkata untuk ketiga kalinya: “Apakah engkau mengasihi Aku?” Dan ia berkata kepada-Nya: “Tuhan, Engkau tahu segala sesuatu, Engkau tahu, bahwa aku mengasihi Engkau.” Kata Yesus kepadanya: “Gembalakanlah domba-domba-Ku.”(Yoh 21:17)

Didik, CM 

Posted in renungan | Comments Off on TUHAN BERKATA, ” APAKAH ENGKAU MENGASIHI AKU?”

Pope: Leader and Father

21st Sunday in Ordinary Time [A]
August 27, 2023
Matthew 16:13-20

The Catholic Church is known for her distinctive features and teachings, like belief in the Holy Trinity, the real presence of Jesus Christ in the Eucharist, the Bible as the written Word of God, and the veneration of the Blessed Virgin Mary and other saints. Yet, one feature stands out because it is not only teachings, things, or rites but a living person. This is the Pope. Most of the earth’s population arguably recognizes modern-day popes, like St. John Paul II, Benedict XVI, and Francis. What are the roles of the pope? Why is the pope central to the Catholic Church?

Indeed, I cannot do justice here. I want to focus on the pope as our leader and father. Every human community needs leaders, and this includes the Catholic Church. While it is true that the real founder and head of the Catholic Church is Jesus Christ, He entrusted the role of leading and shepherding to man and his successors. This is why Jesus gave Peter the keys to the Kingdom of Heaven. Why keys? Our first reading provides us with the answer [Is 22:19-23]. Here, through the prophet Isaiah, the Lord appointed Eliakim, son of Hilkiah, as the master of the palace. This was the highest position in the Kingdom, just second to the king himself. We can liken him to Prime Minister, who takes charge on the king’s behalf. How do we know that he is the master of the palace? He has the key to the house of David. Thus, like Eliakim, Peter received the keys to the Kingdom. Therefore, he is the master of the palace of Jesus Christ.

Then, why do we call the leader of the Catholic Church as Pope? The word pope comes from the Latin’ Papa,’ meaning ‘father.’ Then, why do we call him ‘father’ or ‘Papa’? Again, the answer goes back to the Old Testament, to Eliakim. As the master of the palace, Eliakim shall be the father to the inhabitants of Jerusalem. Therefore, like Eliakim, Peter shall be the father to the inhabitants of the Kingdom. While the leadership role is often clearly defined, the role of a father is often misunderstood. A father is a head figure in the family. Thus, Catholic Church is not only an organization but fundamentally a family.

A father protects and provides for his family. Thus, the pope is responsible for protecting the faithful from dangers, especially spiritual threats like false doctrines. He also provides for our spiritual needs, like Eucharist, prayers, and exhortations. Father is also a man who educates and disciplines his children. Therefore, the pope is expected to raise us in true faith and correct us if we begin to go astray. Indeed, a pope cannot take care of us individually. Still, he can lead and educate us through his representatives, especially bishops and parish priests.

One more thing that we must never forget is that the pope is also a frail human. We see Peter, who kept failing, then we may encounter some popes who do not meet our expectations. Indeed, it must be a difficult situation for the Church, but all the more, we need to pray for our leader and father.

Valentinus Bayuhadi Ruseno, OP

Posted in renungan | Tagged , , | Comments Off on Pope: Leader and Father

SYARAT MENGIKUTI KRISTUS

Sabtu, 26 Agustus 2023



Matius 23:1-12

Yesus Kristus mengajak para murid-Nya untuk memiliki sikap rendah hati, sebab dengan sikap tersebut mereka akan mampu menerima kemuliaan dan berkat-berkat-Nya. “Dan barangsiapa meninggikan diri, ia akan direndahkan dan barangsiapa merendahkan diri, ia akan ditinggikan.”(Mat 23:12). Dengan demikian sikap rendah hati menjadi syarat mutlak yang perlu diperjuangkan dan dimiliki oleh setiap murid Kristus agar selalu menyadari siapa diri mereka dihadapan Allah, dan akhirnya selalu siap menerima dan melaksanakan perutusan yang percayakan kepada mereka dengan baik dan suka cita.

Oleh karena itu, setiap murid Kristus diajak untuk menolak kecenderungan untuk memegahkan diri/sombong, sebab dengan sikap tersebut relasi mereka dengan Tuhan dan sesama menjadi rusak atau terhalang. “Manusia yang sombong akan direndahkan, dan orang yang angkuh akan ditundukkan; dan hanya TUHAN sajalah yang maha tinggi.”(Yes 2:11). Selajutnya, ketika manusia berani bersikap rendah hati, maka Tuhan akan dapat tinggal di dalam hatinya, memenuhinya dengan damai-Nya, dan menuntunnya dijalan yang benar. “Ia membaringkan aku di padang yang berumput hijau, Ia membimbing aku ke air yang tenang; Ia menyegarkan jiwaku. Ia menuntun aku di jalan yang benar.”(Mzm 23:2-3).

Didik, CM 

Posted in renungan | Comments Off on SYARAT MENGIKUTI KRISTUS