Header image alt text

indonesian catholic online evangelization

I Will Follow Him. Really?

Posted by admin on September 30, 2015
Posted in renungan 

Hari Raya Peringatan Santo Hieronimus

Nehemia 2:1-8
Mazmur 137
Lukas 9:57-62

Anda mungkin masih ingat film Sister Act. Salah satu adegan terkenalnya adalah ketika Whoopi Goldberg yang menyamar menjadi seorang suster menyanyikan lagu I Will Follow Him dengan koor para suster lainnya. Suatu lagu yang bersemangat sampai-sampai Sri Paus yang menyaksikannya dari balkon gereja ikut bertepuk tangan mengikuti irama.

Menjadi pengikut Kristus adalah kata-kata yang hampir setiap hari diucapkan oleh orang Kristen. Tapi benarkah kita berani menjadi pengikutNya? Seperti bacaan Injil hari ini, hal itu tidaklah semudah yang kita bayangkan. Yesus mengatakan bahwa seperti diriNya sendiri, pengikutNya tidak akan mendapat tempat istirahat yang nyaman. Beberapa orang berubah pikiran dengan alasan mau mengurus keluarganya terlebih dahulu.

Beberapa tahun yang lalu saya menghadiri pentahbisan Uskup Weetebula (Sumba) Edmund Woga, SVD. Lagu pembukaan dalam misa pentahbisan adalah sebuah lagu gaya Sumba dengan refren: “Mari kita ikut Yesus, Sang Perintis Jalan.” Mengikuti Yesus berarti berani merintis jalan, berkarya dengan bentuk dan di tempat yang belum pernah kita tempuh sebelumnya. Kadang ini menakutkan dan penuh ketidakpastian, karena kita harus keluar dari pojok kenyamanan kita. Satu-satunya penguatan kita adalah keyakinan bahwa Yesus sudah lebih dulu merintis jalan, Dia selalu mendampingi kita.

Santo Hieronimus yang kita peringati hari ini adalah contoh seorang yang berani mengikuti panggilan Tuhan. Dia keluar dari kenyamanan seorang pejabat Gereja di Roma. Dia tinggal di sebuah biara di Yerusalem dan mengabdikan hidupnya untuk menerjemahkan Alkitab dari bahasa-bahasa aslinya ke dalam bahasa Latin supaya seluruh Gereja mempunyai terjemahan yang sama dan akurat. Nabi Nehemia dalam bacaan pertama hari ini meninggalkan pekerjaan enaknya sebagai pegawai di istana Raja Persia untuk kembali ke Israel dan membangun negerinya yang hancur karena perang.

Benarkah kita sungguh mengikuti Kristus? Hal apakah yang membuat kita terlelap dalam kenyamanan dan menghalangi kita untuk benar-benar menjawab panggilan Tuhan? Semoga kita semua diberi keberanian untuk terus maju dan pantang mundur.

Memuji dan Melayani Allah bersama Para Malaikat

Posted by admin on September 29, 2015
Posted in renungan 

Hari Raya Pesta Malaikat Agung Mikael, Gabriel, Rafael

Malaikat Agung Mikael, Gabriel, Rafael karya John Giuliani

Malaikat Agung Mikael, Gabriel, Rafael karya John Giuliani

Ulangan 7:9-10, 13-14
Mazmur 138
Yohanes 1:47-51

Banyak teori tentang malaikat. Tidak hanya dalam ajaran Gereja Katolik saja, tapi juga sejak jaman agama-agama kuno di wilayah Timur Tengah banyak kepercayaan tentang malaikat. Fungsi mereka juga bermacam-macam, ada yang melindungi, mewartakan kabar dari Tuhan, menyamar menjadi manusia, dan sebagainya. Sampai hari ini pun, kita masih sering melihat film kartun yang menggambarkan orang yang meninggal menjadi malaikat dengan sayap dan halo di atas kepalanya.

Menurut ajaran Katolik, tiga Malaikat Agung diberi penghormatan lebih. Mikael membantu kita melawan kuasa jahat (Wahyu 12:7), Gabriel mewartakan kabar dari Allah (Lukas 1:9-26), dan Rafael menyertai perjalanan kita dan menyembuhkan (Tobit 12). Dan bersama seluruh laskar malaikat, mereka semua melayani dan memuji Tuhan terus menerus, seperti yang kita lihat dalam bacaan-bacaan hari ini.

Tapi apa makna hari raya ini bagi kita? Apa hubungan kita dengan para Malaikat Agung?

Bersama dengan mereka, kita pun diajak untuk tidak kenal lelah melayani dan memuji Tuhan. Dengan teladan mereka kita pun ditantang untuk melawan kejahatan dan ketidakadilan di sekitar kita, mewartakan Kabar Baik kepada semua orang, dan menemani dan menyembuhkan mereka yang dalam kesusahan. Para malaikat, sama seperti kita, mempunyai jiwa, tetapi tidak memiliki badan atau fisik. Karena itu misi kita sangat penting di dunia ini untuk membantu sesama kita.

Satu hal yang kita harus ingat, bahwa Kristus turun ke dunia tidak menjelma menjadi malaikat, tapi menjadi manusia. InkarnasiNya membuat manusia mulia, Ia menguduskan kita. Tetapi dengan status yang terangkat itu, kita tidak bisa berhenti dengan rasa bangga, tetapi diberikan tanggung jawab yang lebih besar untuk melanjutkan karya penyelamatan Allah.

Announcement

Posted by admin on September 29, 2015
Posted in news