LUKAS 7:36-50
Setiap orang tidak luput dari kesalahan, entah karena factor dari dirinya sendiri atau dari factor ekternal. Tidak jarang orang terseret dalam arus dosa sosial yang dilakukan oleh masyakarat atau instansi atau lembaga tempatnya bekerja atau berorganisasi. Dosa sosial jika tidak dihentikan, maka makin lama bersifat masif dan terstruktur. Jadilah dosa structural, yang secara perlahan merusak tatanan hidup bersama dalam Masyarakat. Sesuatu yang keliru dianggap benar, karena berulangkali dilakukan dan menjadi sebuah kebiasaan.
Setiap orang pernah salah dan berbuat dosa secara pribadi ataupun bersama-sama dalam masyarkaat. Demikian pula seorang Perempuan yang dianggap berdosa oleh orang-orang Farisi. Perempuan ini datang kepada Yesus. Padahal Yesus sedang diundang jamuan makan di rumah orang Farisi. Sebuah tindakan yang tidak lazim dilakukan oleh Perempuan ini. Apakah itu? Pertama, Perempuan ini datang ke rumah orang Farisi yang sedang menjamu Yesus. Kedua, Perempuan ini membasuh kaki Yesus dengan minyak dalam buli-buli dan menyeka dengan rambutnya. Perempuan yang dianggp berdosa melakukan itu kepada Yesus di rumah orang Farisi. Bukankah ini sebuah pencemaran? Bukankah ini tindakan mengotori rumah dan suasana jamuan makan? Berapa banyak orang yang dianggap kotor, jahat dan berdosa tidak boleh mendekat pada kita. Kita sering menjauhi dan menyingkirkannya?
Apakah Yesus menyingkirkan Perempuan itu? Ternyata tidak. Justru sebaliknya. Yesus menerima pribadi Perempuan itu dan memberinya kesempatan untuk melakukan yang terbaik. Tindakan Perempuan itu menjadi pralambang dari persiapan wafat Yesus yang akan terjadi di kemudian hari. Tindakan Perempuan ini sangat terpuji. Ia melalui tindakannya itu mau mengungkapkan kecintaannya pada Tuhan, sekaligus sebagai ungkapan penyesalan dan pengampunan atas masa lalunya. Hal ini seperti yang dikatakan oleh Yesus,”Engkau tidak meminyaki kepala-Ku dengan minyak, tetapi dia meminyaki kaki-Ku dengan minyak wangi. Sebab itu Aku berkata kepadamu: Dosanya yang banyak itu telah diampuni, sebab ia telah banyak berbuat kasih. Tetapi orang yang sedikit diampuni, sedikit juga ia berbuat kasih.” (Lukas 7:46-47)
Tindakan kasih bagi sesama muncul dari pengalaman dicintai dan diampuni oleh Allah. Allah telah banyak memberi rahmat dan kasih-Nya, maka setiap perbuatan baik adalah ungkapan syukur terima kasih kepada Allah. Setiap pertistiwa yang terjadi dalam hidup adalah pengalaman yang sangat bernilai bagi diri sendiri, bagi sesama, bagi Allah dan semesta alam. Setiap kali kita manusia jatuh dalam kesalahan, pada saat itu pula belas kasih dan kerahiman Allah terbuka bagi kita. Di tahun Yubileum pesiarah pengharapan ini, mari kita saling mengampuni dan mengasihi setiap pribadi yang telah berbuat keliru dan salah, kejahatan dan kedosaan. Kita membantu mereka yang rapuh dan lemah untuk keluar dari kelemahan dan kerapuhannya. Belaskasih dan pengampunan Allah tetap ada hari ini, seperti yang dialami Perempuan dalam kisah Injil. Tuhan memberkati hidup kita. (rm. Medyanto, o.carm)