Header image alt text

indonesian catholic online evangelization

RENUNGAN: 16 DESEMBER 2025

Posted by admin on December 15, 2025
Posted in renungan  | No Comments yet, please leave one

Rm Ignasius Joko Purnomo

Matius: 21:28-32

Saudara-saudari terkasih dalam Kristus,

“Tak ada guna bunga kalau tak berbuah.”Peribahasa sederhana ini mau mengungkapkan bahwa kata-kata indah tanpa perbuatan baik tidak menghasilkan apa-apa.

Dalam Injil hari ini, Yesus mengisahkan perumpamaan tentang seorang ayah dan dua anaknya. Ayah itu berkata kepada anak pertama: “Anakku, pergilah bekerja di ke bun anggur hari ini.” Anak itu menjawab, “Baik, Bapa,” tetapi ia tidak pergi, tidak melakukan apa pun.Jawabannya baik dan benar, tetapi hidupnya tidak sesuai. Inilah gambaran iman yang hanya berhenti di bibir: berdoa, bernyanyi, bahkan  mungkin aktif dalam kegiatan rohani, tetapi tanpa buah dalam kehidupan nyata.Lalu ayah itu berkata kepada anak yang kedua hal yang sama. Anak ini menjawab, “Aku tidak mau,” tetapi ia menyesal dan pergi melakukan apa yang diperintahkan ayahnya. Yesus lalu bertanya kepada orang-orang: “Siapakah di antara keduanya yang melakukan kehendak ayahnya?”Mereka menjawab: “Yang kedua.”

Saudara-saudari, perumpamaan ini sangat sederhana, tetapi maknanya sangat mendalam. Kedua anak ini menggambarkan dua sikap manusia di hadapan Allah: Anak pertama berkata “ya” tetapi tidak melakukannya – lambang dari orang yang kelihatannya taat, namun tidak menghidupi imannya. Anak kedua menolak, namun akhirnya menyesal dan berubah – lambang dari orang berdosa yang hatinya terbuka pada rahmat Allah. Lewat perumpamaan ini Yesus menegur para pemuka agama dan orang Farisi yang berkata “ya” kepada Allah lewat doa dan hukum, tetapi dalam tindakan, mereka tidak melaksanakan kehendak Allah. Mereka berbicara tentang kebenaran, tetapi tidak mau berubah. Allah tidak tertarik pada kata-kata indah atau penampilan luar, melainkan pada hati yang mau taat dan bertobat. Tidak cukup berkata “ya” atau membuat janji rohani yang indah. Kisah ini juga mau menegaskan bahwa Iman sejati harus terwujud dalam tindakan. Iman sejati tidak berhenti pada ucapan “ya, Tuhan,” tetapi diwujudkan dalam tindakan kasih, kejujuran, dan ketaatan. Tuhan mengingatkan kita agar tidak terjebak pada kesalehan lahiriah tanpa perubahan batin. Lalu, Yesus berkata bahwa pemungut cukai dan pelacur akan masuk ke dalam Kerajaan Allah lebih dahulu daripada para pemimpin agama.Mengapa? Karena mereka bertobat ketika mendengar pewartaan Yohanes Pembaptis. Mereka yang dulu jauh dari Allah, justru membuka hati untuk diubah oleh-Nya. Sedangkan orang-orang yang merasa diri “baik” merasa diri suci, justru  justru menutup hati karena menganggap diri tidak perlu bertobat. Mereka tidak  merasa perlu diubah. Oleh karena itu, marilah kita bertanya dalam hati:Apakah aku seperti anak pertama – yang  berkata “ya” tapi tidak berbuat – atau seperti anak kedua – yang sempat berkata “tidak,” tapi akhirnya datang juga?

Saudara-saudari terkasih,

Allah tidak melihat masa lalu kita – seberapa sering kita menolak-Nya, seberapa banyak kita gagal – tetapi Ia melihat hati yang mau kembali. Tuhan tidak mencari orang yang sempurna, tetapi orang yang bersedia diperbarui setiap hari. Selama kita bersedia berkata, “Tuhan, aku menyesal dan mau datang kepada-Mu,” pintu rahmat selalu terbuka.  Mari kita mohon rahmat Tuhan agar setiap “ya” yang kita ucapkan kepada Tuhan menjadi nyata dalam tindakan kasih dan pelayanan. Sebab hanya dengan demikan kita sungguh siap menyambut kedatangan Kristus Sang Penebus.

Semoga Tuhan memberkati kita semua.

Tidak Ada yang Terlupakan

Posted by admin on December 11, 2025
Posted in renungan  | No Comments yet, please leave one

Rm Agung Wahyudianto O.Carm

Matius 18:12–14 | Advent & Bencana Alam di Sumatra

Di tengah berita tentang bencana alam yang kembali melanda saudara-saudari kita di Sumatra, Injil hari ini terasa sangat dekat. Mungkin bagi mereka yang kehilangan rumah, keluarga, atau rasa aman, pertanyaannya sederhana namun menusuk: “Apakah Allah masih peduli?”
Dan Injil menjawabnya dengan tegas: Ya. Bahkan jika hanya satu yang hilang, Ia akan mencarinya.

Yesus tidak memberi kita jawaban instan atas penderitaan. Tapi Ia memberi kepastian akan kehadiran. Seperti gembala yang meninggalkan sembilan puluh sembilan domba untuk mencari satu yang hilang, begitulah Allah—tidak bekerja secara statistik atau logika umum. Dalam cara-Nya yang tak terlihat, Ia hadir di tengah debu reruntuhan, di tengah peluh para relawan, dalam tangis dan dalam keheningan yang sunyi.

Advent adalah waktu penantian. Tapi bukan penantian pasif. Kita menantikan bukan hanya karena hari Natal akan datang, tapi karena kita percaya bahwa Tuhan sedang datang—terus-menerus, masuk ke tengah kekacauan hidup ini. Bahkan dalam penderitaan, kedatangan-Nya tidak tertunda.

Bagi sebagian orang, penderitaan adalah tanda bahwa mereka ditinggalkan. Tapi Injil hari ini justru membalik logika itu: yang sedang menderita justru sedang dicari. Yang terpinggirkan, terjatuh, atau tercerai dari hidup yang utuh—merekalah yang paling dekat dengan langkah gembala yang mencari.

Hari ini, mari kita tidak hanya berdoa untuk mereka yang terdampak bencana, tapi juga belajar dari hati Allah: tidak tenang ketika ada yang hilang, tidak tinggal diam ketika ada yang menderita, dan tidak menyerah sampai semua kembali dalam pelukan kasih.

“Demikian juga Bapamu yang di sorga tidak menghendaki supaya seorang pun dari anak-anak ini hilang.” (Mat 18:14)

Dia pasti datang kembali

Posted by admin on December 11, 2025
Posted in Podcastrenungan  | No Comments yet, please leave one

Rm Gunawan Wibisono O.Carm

Audio Podcast Link

Persekutuan

Posted by admin on December 8, 2025
Posted in renungan  | No Comments yet, please leave one

RP Hugo Susdiyanto O.Carm

Matius 18:12-14

Selasa, 09 Desember 2025

Pada tahun 2021 – 2024, Bapa Suci, Paus Fransiskus mengadakan sinode para Uskup dengan tema “Menuju Gereja Sinodal: Persekutuan, Partisipasi, dan Misi”. Dengan tema tersebut tampaknya Bapa Suci ingin membaharui Gereja dari dalam. Beliau ingin mewujudkan Gereja yang berjalan bersama dalam persekutuan [sinodal], mendorong partisipasi aktif dari seluruh umat, dan mengarahkan fokus pada misi, pewartaan kabar keselamatan. Dengan kata lain, Paus Fransiskus menghendaki Gereja yang relevan dan signifikan.

Tema sinodalitas, berjalan bersama sangat sesuai dengan warta injil hari ini, yang menegaskan bahwa di mata Tuhan, setiap individu sungguh bernilai. Semua orang tanpa kecuali sungguh penting, baik yang kuat maupun yang lemah, yang baik maupun yang tersesat. Melalui sabda hari ini, kita, Umat beriman diingatkan untuk meneladani kasih Tuhan, dengan mencari dan membantu saudara seiman yang telah tersesat dari jalan kebenaran atau “menghilang”dari persekutuan. Mencari saudara yang tersesat adalah tindakan yang sangat penting, bahkan mungkin lebih penting daripada urusan-urusan duniawi lainnya. Didorong oleh semngat kasih dan sinodalitas hendaknya setiap anggota komunitas tidak membiarkan seorang pun yang binasa. Warta hari ini kiranya juga menjadi peringatan bagi siapa saja yang menolak kasih Tuhan, memisahkan diri dari persekutuan atau menjadi penyebab orang lain tersesat.

Marilah kita mangisi masa Advent ini untuk merefleksikan  kembali diri kita. Apakah kita selalu berada dalam persekutuan, dalam komunio, atau kita suka memisahkan diri dari persekutuan?  Bila kita terpisah atau memisahkan diri dari kawanan, mari meminta bantuan Yesus Kristus, sang gembali baik,  agar Ia menuntun kita kembali kepada  peersekutuan. Tuhan sangat mengasihi kesatuan, persekutuan, sebagaimana difirmankan, “di mana dua atau tiga orang berkumpul dalam nama-Ku, di situ Aku ada di tengah-tengah mereka” [Mat 18:20]. Mari kita selalu berada dalam persekutuan, kawanan.

Hari Raya Maria dikandung tanpa dosa

Posted by admin on December 7, 2025
Posted in renungan  | No Comments yet, please leave one

Rm. Gunawan Wibisono O.Carm
8 Desember 2025
Kej 3: 9-15 + Ef 1: 3-6 + Luk 1: 26-38

Lectio
Dalam bulan yang keenam Allah menyuruh malaikat Gabriel pergi ke sebuah kota di Galilea bernama Nazaret, kepada seorang perawan yang bertunangan dengan seorang bernama Yusuf dari keluarga Daud; nama perawan itu Maria. Ketika malaikat itu masuk ke rumah Maria, ia berkata: “Salam, hai engkau yang dikaruniai, Tuhan menyertai engkau.” Maria terkejut mendengar perkataan itu, lalu bertanya di dalam hatinya, apakah arti salam itu”. Kata malaikat itu kepadanya: “Jangan takut, hai Maria, sebab engkau beroleh kasih karunia di hadapan Allah. Sesungguhnya engkau akan mengandung dan akan melahirkan seorang anak laki-laki dan hendaklah engkau menamai Dia Yesus. Ia akan menjadi besar dan akan disebut Anak Allah Yang Mahatinggi. Dan Tuhan Allah akan mengaruniakan kepada-Nya takhta Daud, bapa leluhur-Nya, dan Ia akan menjadi raja atas kaum keturunan Yakub sampai selama-lamanya dan Kerajaan-Nya tidak akan berkesudahan.” Kata Maria kepada malaikat itu: “Bagaimana hal itu mungkin terjadi, karena aku belum bersuami?” Jawab malaikat itu kepadanya: “Roh Kudus akan turun atasmu dan kuasa Allah Yang Mahatinggi akan menaungi engkau; sebab itu anak yang akan kaulahirkan itu akan disebut kudus, Anak Allah. Dan sesungguhnya, Elisabet, sanakmu itu, ia pun sedang mengandung seorang anak laki-laki pada hari tuanya dan inilah bulan yang keenam bagi dia, yang disebut mandul itu. Sebab bagi Allah tidak ada yang mustahil.” Kata Maria: “Sesungguhnya aku ini adalah hamba Tuhan; jadilah padaku menurut perkataanmu itu.” Lalu malaikat itu meninggalkan dia.

Meditatio
‘Salam, hai engkau yang dikaruniai, Tuhan menyertai engkau’. Kabar sukacita yang disampaikan seorang malaikat ini kepada Maria. Maria sendiri sepertinya tidak memahami makna bahwa dirinya, yang dikaruniai dan Tuhan menyertainya? ‘Sesungguhnya engkau akan mengandung dan akan melahirkan seorang anak laki-laki dan hendaklah engkau menamai Dia Yesus’. Karunia indah itu hendak diterima Maria; dia pun baru akan mengandung dan melahirkan Yesus, Anak Allah yang Mahatinggi.
‘Roh Kudus pun akan turun atasmu dan kuasa Allah Yang Mahatinggi akan menaungi engkau’, tegas malaikat itu ketika Maria menanyakan: ‘bagaimana hal itu mungkin terjadi, karena aku belum bersuami?’. Berita sukacita itu amat sulit dimengertinya, karena tidak sebagaimana biasanya bisa terjadi.
Saat itulah berita sukacita diterima Maria. Maria menerimanya dengan penuh iman. Maria dapat menjawab: ‘sesungguhnya aku ini adalah hamba Tuhan; jadilah padaku menurut perkataanmu itu’, mengandaikan adanya kekudusan diri jauh-jauh sebelumnya. Maria adalah seorang yang sungguh-sungguh beriman. Maria sudah dikondisikan jauh-jauh sebelumnya, walau dia tetap menggunakan akal budi, sebagai tanda dia adalah manusia yang bebas untuk menerima atau menolak segala yang akan terjadi pada dirinya. Mungkinkah Yesus dikandung oleh Maria Magdalena? Atau isteri penjahat yang disalib bersama Yesus? Mungkin saja! Namun tak dapat disangkal, mereka akan dikuduskan terlebih dahulu; sebab kekudusan, bahkan yang ilahi, tak mungkin terbungkus dan tenggelam dalam dosa dan kebinasaan. Di hadapanNya segalanya hidup.
Pengudusan Allah bukanlah suatu takdir, yang tidak bisa diubah. Allah tidak pernah mengikat umatNya, orang-orang yang dikasihiNya, dengan segala kebaikanNya. Adam sendiri sejak semula diminta untuk tidak makan satu buah yang dipesankanNya, tetapi dilanggarnya. Yudas Iskariot sebagai murid yang dipilihNya masih mau juga melarikan diri daripadaNya. Pengudusan dengan segala karuniaNya disampaikan Allah, agar umat semakin menikmati hidup ini dengan penuh sukacita; walau tetap berani menghadapi aneka tantang alam, tempat umatNya tinggal, yang seringkali sulit diajak berkompromi.
Mungkinkah kita juga menjadi orang yang setia seperti Maria? Tidak ada yang mustahil bagi orang yang percaya. Apalagi ‘di dalam Dia Allah telah memilih kita sebelum dunia dijadikan, supaya kita kudus dan tak bercacat di hadapan-Nya’ (Ef 1: 4). Kita semua orang yang dipilihNya.

Oratio
Ya Yesus Kristus, kiranya kamipun belajar untuk berpasrah diri dan menyerahkan hidup ini dalam bimbinganMu, karena Engkaulah sang kehidupan yang mampu melakukan segala-galanya. Dampingi dan teguhkanlah iman kami kepadaMu.
Santa Perawan Maria, doakanlah kami. Amin

Contemplatio
‘Sesungguhnya aku ini adalah hamba Tuhan; jadilah padaku menurut perkataanmu itu’.

Translate »