LUKAS 21:20-28
Hari Minggu kemarin kita merayakan Hari Raya Tuhan kita Yesus Raja Semesta Alam. Kita telah berada di akhir pekan liturgi Gereja Katolik. Hari Minggu 30 November 2025, kita bersama-sama memasuki Tahun Baru Liturgi, yang diawali dengan Minggu Adven I. Bacaan harian selama sepekan ini banyak berbicara tentang akhir zaman sekaligus tentang kedatangan Tuhan Yesus di masa depan.
Yesus mengingatkan orang-orang yang mengikuti-Nya untuk waspada menjalani hidup. Gambaran kekacauan dunia sudah disampaikan lewat nubuatan-Nya tentang Yerusalem yang akan dikepung dan dihancurkan. Yerusalem akan dikepung oleh tentara, dan orang-orang harus melarikan diri ke pegunungan untuk menyelamatkan diri. Masa itu adalah masa yang sangat sulit, kesengsaraan yang dahsyat, ibu hamil dan menyusui tidak dapat hidup nyaman, serta banyak orang akan tewas atau bahkan menjadi tawanan perang.
Kita tahu bahwa, sebelum kedatangan Yesus ke dunia, Yerusalem sudah pernah dikepung dan dihancurkan oleh Raja Nebukadnezar II pada tahun 597 Sebelum Masehi (SM) dan berpuncak tahun 587 Sebelum Masehi (SM), hancurnya Bait Suci dan pembuangan bangsa Yehuda ke Babilonia. Setelah Kenaikan Yesus ke Surga, Yerusalem pun mengalami beberapa kali pengepungan dan penghancuran. Peristiwa ini terjadi di masa lalu, tetapi juga bisa menjadi gambaran dari kesesakan yang amat besar di masa depan pada akhir zaman.
Kehancuran suatu suku bangsa berarti hilangnya keadaban public sebuah bangsa dengan segala tatanan hidup. Identitas bangsa bisa hilang tak ada bekasnya. Itulah yang terjadi dengan bangsa pilihan yang dikasih Allah. Mereka tercerai berai, sebagai bangsa yang terinjak-injak, dibuang sebagai pesakitan dan tawanan. Apakah itu berarti akhir dari segala bangsa? Apakah ini berarti akhir dunia bagi mereka bangsa yang terjajah dan terbuang? Akhir dunia ditandai dengan tanda-tanda pada matahari dan bulan dan bintang-bintang, dan di bumi bangsa-bangsa akan takut dan bingung menghadapi deru dan gelora laut. Situasi yang tidak menentu dan tanpa kepastian. Alam tak lagi bersahabat dengan manusia. Hal ini bisa saja terjadi karena manusia tidak menjaga keutuhan ciptaan dan pelestarian lingkungan hidup.
Yesus hadir tidak hanya memberikan nubuatan gambaran kehancuran Yerusalem. Ia juga memberikan harapan tentang hidup di masa depan. Yesus memberikan peneguhan dan pengharapan. Ia berkata,”pada waktu itu orang akan melihat Anak Manusia datang dalam awan dengan segala kekuasaan dan kemuliaan-Nya. Apabila semuanya itu mulai terjadi, bangkitlah dan angkatlah mukamu, sebab penyelamatanmu sudah dekat.” Yesus datang membawa penebusan dan pembebasan dari dosa insani. Kehadiran Tuhan pada akhir zaman dinantikan dengan sikap berdoa dan berjaga-jaga. Kita diminta untuk tidak mudah gentar, cemas dan takut menghadapi situasi yang tak menentu dan tak pasti. Kita mengerjakan segala sesuatu sesuai dengan kebutuhan hidup.
Ada dimensi rohani dengan penuh kepercayaan dan iman menantikan Tuhan yang akan datang. Di sisi lain, ada dimensi jasmani yang kita lakukan yaitu melakukan pekerjaan dan pelayanan dengan penuh tanggung jawab, totalitas dan loyalitas. Keseimbangan dari dimensi rohani dan jasmani inilah yang kita butuhkan. Sehingga kita tidak lalai dengan mengabaikan yang satu dan mengutamakan yang lainnya. Tuhanlah penjaga dan tempat perlindungan kita. Tuhanlah harapan hidup kita sampai akhir. Semoga berkat dan kasihNya mengantar kita sampai ke keabadian. (rm. Albertus Medyanto, o.carm)