Minggu Keempat di Masa Biasa [B]
31 Januari 2021
Markus 1: 21-28
Yesus melakukan pengusiran setan atau eksorsisme pertama-Nya dalam Injil Markus. Membaca konteksnya, kita menemukan bahwa Yesus sedang mengajar di sinagoga dan orang-orang mengenali Dia mengajar dengan otoritas. Ketika Yesus mengajar dengan otoritas, ini tidak hanya berarti Dia berkhotbah dengan kefasihan dan krisma, tetapi ajaran-Nya dimanifestasikan dalam tanda-tanda yang nyata dan menakjubkan, seperti penyembuhan dan pengusiran setan.
Kata eksorsisme biasanya diartikan sebagai mengusir roh-roh jahat dari seseorang yang kerasukan atau tempat yang terjangkiti. Sayangnya, karena pengaruh yang datang dari film-film Hollywood, pemahaman tentang eksorsisme telah terdistorsi, dan bahkan menjadi bahan lelucon. Namun, bagi Gereja Katolik, eksorsisme berakar di dalam pribadi Yesus Kristus sendiri, dan sebuah misi yang mulia.
Arti harafiah dari ‘eksorsisme’ adalah ‘mengikat dengan sumpah.’ Lalu, bagaimana kata ini bisa akhirnya berhubungan dengan roh jahat? Ketika kita bersumpah, kita perlu memanggil seseorang yang lebih tinggi dari diri kita sebagai penjamin janji kita. Secara sederhana, sumpah adalah mengucapkan janji dengan memanggil Tuhan sendiri sebagai saksi kita. Dalam konteks eksorsisme, imam yang bertugas sebagai eksorsis akan memanggil nama Tuhan untuk mengikat setan, dan mengirim mereka ‘ke kaki salib Yesus’ untuk menerima penghakiman. Kita tidak bisa mengusir setan dengan menggunakan otoritas kita sendiri karena setan adalah makhluk yang juah lebih kuat dari kita. Hanya dalam nama Tuhan yang benar, eksorsisme yang sejati dan efektif dapat terjadi.
Satu hal yang menarik dari Injil adalah Yesus mengusir setan tanpa menyebut nama Tuhan. Dia hanya berkata, “Diam, keluarlah dari dia!” Yesus mengusir dengan otoritas-Nya sendiri dan setan-setan mematuhi-Nya karena mereka mengenali kuasa ilahi-Nya. Setan juga mengenali Yesus bukan hanya sebagai Mesias atau sebagai raja orang Yahudi, tetapi sebagai ‘Yang Kudus dari Tuhan.’ Jika kita kembali ke Perjanjian Lama, gelar khusus ini mengacu pada imam agung Israel, secara khusus Harun. “… Harun, Yang Kudus dari Tuhan… [Mzm 106: 16].” Melalui mulut setan, Injil mengungkapkan dimensi lain dari identitas Yesus: Dia adalah sang Imam Agung. Dari kebenaran ini, kita dapat menyimpulkan bahwa eksorsisme adalah bagian dari tugas imamat.
Berpartisipasi dalam identitas Yesus sebagai imam agung, para uskup adalah eksorsis utama di keuskupan mereka. Kita ingat bahwa uskup adalah imam agung di keuskupan masing-masing. Setiap uskup kemudian dapat menunjuk dan mendelegasikan beberapa imam yang terlatih untuk menjadi eksorsis di keuskupan mereka. Waktu saya di Manila, saya beruntung bisa bertemu dan berdiskusi banyak hal, dengan Romo Jose Syquia, seorang eksorsis dari Keuskupan Agung Manila.
Namun demikian, kita tidak boleh lupa bahwa karena pembaptisan kita, kita juga mengambil bagian dalam imamat Yesus Kristus. Jadi, kita juga memiliki otoritas atas roh-roh jahat. Sebagai orang awam, kita diizinkan untuk mengucapkan doa-doa pembebasan tertentu ketika kita merasakan kehadiran dan aktivitas roh-roh jahat yang luar biasa. Doa kepada St. Michael, sang malaikat agung, adalah salah satu contoh doa pembebasan yang bisa digunakan kaum awam. Namun, kita tidak boleh lupa bahwa sebenarnya roh-roh jahat bekerja dengan cara yang sangat halus, terutama melalui godaan untuk berbuat dosa. Seringkali, tanpa disadari, kita sudah di bawah kendali iblis saat kita menjalani hidup yang penuh dengan dosa dan kejahatan. Sebagai pengikut Kristus, kita perlu menghadapi perang kita sehari-hari melawan kerajaan Setan, dan kita tidak bisa menang tanpa menyebut nama Yesus, tanpa doa yang konstan, tanpa sakramen, dan tanpa bantuan Gereja.
Valentinus Bayuhadi Ruseno, OP