Hari Senin dalam Pekan ke 31, Masa Biasa
31 Oktober, 2016
Filipi 2:1-4
Lukas 14:12-14
Saudara-saudariku terkasih
Salam jumpa lagi! sudah lama saya tidak hadir di Lubuk Hati. Hari ini, Puji Tuhan kita kembali bertemu untuk saling membagi berkat Tuhan dalam dan melalui renungan di Lubuk Hati ini.
Secara istimewa, hari ini kebanyakan orangtua, para kakek dan nenek disibukan oleh anak-anak dan cucu-cucunya merayakan Holloween. Anak-anak sudah sekian bulan, minggu dan hari mempersiapkan segala yang mereka akan kenakan pada hari ini. Biasanya pada hari ini anak-anak mengenakan pakaian dari orang-orang yang mereka banggakan, para pahlawannya, ataupun idolanya. Oleh karena itu sangat boleh jadi kesempatan ini bisa kita gunakan untuk memberikan pelajaran lewat cerita-cerita orang kudus, yang bisa menjadi contoh dalam kehidupan kristiani mereka. Hal ini sangat besar hubungannya dengan perayaan pada hari-hari berikutnya, yakni Hari Raya Orang-Orang Kudus serta satu hari setelah itu ada juga perayaan para arwah.
Halloween dirayakan sebagai antisipasi perayaan orang-orang kudus. Karena kata Halloween, akar katanya: “All Hallows’ Eve”, atau “All Saints’ Eve. Karena ketika kita merayakan pesta para kudus di surga dan semua orang kudus yang kita rayakan pada hari-hari berikutnya, kita semua diingatkan juga bahwa dengan dan melalui perayaan ini kita semua dihantar ke suatu kehidupan yang baru melalui mystery kematian dan kebangkitan Kristus, dan kitapun menjadi kudus.
Saudara-saudariku terkasih,
Santu Paulus meskipun sedang berada dalam penjara masih terus melaksanakan misi perutusannya lewat suratnya hari ini kepada jemaat di Filipi. St. Paulus mengingatkan “supaya bersatu dan merendahkan seperti Kristus,…hendaklah sehati, sepikir, dalam satu kasih, satu jiwa dan satu tujuan…dan tidak hanya memperhatikan dirinya sendiri, tetapi kepentingan orang lain juga.”
Meskipun St. Paulus sedang dipenjarakan, tetapi dia mengukapkan kebahagiaannya. Sungguh tidak terbayangkan betapa St. Paulus menderita berada dalam penjara, hanya karena dia menjadi Kristen. Oleh karena itu pesan St. Paulus kepada jemaat di Filipi dan kepada kita semua supaya,…“karena itu sempurnakanlah sukacitaku dengan ini...maksudnya dengan apa yang telah diungkapkan diatas…“supaya bersatu dan merendahkan diri seperti Kristus.” Keadaan atau situasi di Filipi saat itu sungguh menjadi kebanggaan dan sukacitanya St. Paulus. Disini boleh kita ceritakan kepada anak-anak kita pada hari ini bahwa “kehidupan dan kepahlawanan St. Paulus” sungguh-sungguh dapat dijadikan contoh dan idola bagi anak-anak.
Selain itu kepada kita semua, bacaan Injil hari inipun, Yesus mengajarkan tentang keramahtamahan kepada orang asing. “Bayar kembali, ataupun bayar jasa” sudah menjadi suatu tradisi dalam kehidupan kita. Tetapi kepada orang-orang Farisi, Yesus mengingatkan: “kalau mengadakan perjamuan makan siang atau malam, undanglah orang-orang cacat dan miskin, dan lain sebagainya…karena mereka tidak mempunyai apa-apa untuk membalasnya.” Mengapa demikian? Statement Yesus ini mempunyai latar belakang akan kasih Allah yang tanpa pamrih kepada kita semua (unconditional love). Allah tidak pernah mengharapkan balasannya…God does not expect “payback.” Tetapi yang Allah kehendaki agar kita mengambil sikapdan contoh hidup Yesus, mendengarkan apa yang Yesus katakan dalam injil hari ini agar kita rela membagi-bagikan berkat yang kita terima dari Allah dengan orang lain disekitar kita. Oleh karena itu pada hari ini kita sangat mungkin boleh mempergunakan kata-kata Yesus diatas….“Sebab engkau akan mendapat balasnya pada hari kebangkitan orang-orang benar.” Hal itu telah dilakukan Yesus sendiri, St. Paulus dan para kudus di surga. Selanjutnya kita semua dihimbau untuk melakukan hal yang sama. Amin.