Kamis pada Pekan ke-3 Paskah
30 April 2020
Kisah Para Rasul 8:26-40
Yohanes 6:44-51
Hari ini kita mendengarkan kisah Filipus yang mewartakan Injil kepada seorang sida-sida dari Ethiopia. Ada beberapa hal menarik yang bisa kita lihat dari kisah ini.
Sang sida-sida ini sedang belajar kitab Yesaya yang adalah bagian dari Perjanjian Lama. Pada dasarnya sida-sida ini adalah orang yang takut akan Allah dan saleh. Dia ingin mengerti lebih dalam tentang agama dan juga Tuhan. Namun, sida-sida ini mengakui bahwa dia tidak mengerti akan apa yang dipelajarinya. Bagian penting dalam hidup iman adalah kerendahan hati untuk mengakui bahwa banyak hal masih tidak kita tahu, dan juga kerendahan hati untuk bertanya dan menimba kebijaksanaan.
Dialog antara sida-sida dari Ethiopia dan Filipus sebenarnya adalah sebuah percakapan yang berbasis pada Sabda Allah, atau mereka sedang melakukan “Bible Study.” Yang menarik adalah Filipus memberikan pengertian dan pemahaman tentang ayat-ayat pada nubuat Yesaya yang sulit dimengerti oleh sang sida-sida. Bagian yang dia sulit pahami adalah tentang “Hamba Allah yang menderita” atau dalam Bahasa Ibrani “ebed Yahwe” yang berasal dari Yesaya 53:8-7.
Dalam Perjanjian Lama, gelar “ebed” atau hamba Tuhan biasanya diberikan kepada tokoh-tokoh penting bangsa Israel yang memiliki tugas khusus yang diberikan Allah seperti Musa [lih. Kel 14:31], Elia [lih 1 Raj. 18:36] dan Daud
[lih. 2 Sam 3:18]
. Namun, Hamba Allah yang menderita yang nubuatkan Yesaya ini sebenarnya seorang tokoh misterius yang masih menjadi teka-teki besar bagi bangsa Yahudi.
Filipus dengan pencerahan dan bimbingan dari Roh Kudus kemudian menunjukkan bahwa hamba Allah yang dinubuatkan oleh Yesaya ini tidak lain dari Yesus dari Nazaret. Filipus menerangkan bahwa Yesus menderita walaupun tidak bersalah. Dia disakiti karena dosa-dosa manusia. Dia wafat supaya manusia sembuh. Yesus datang untuk menggenapi Kitab Suci.
Dari Filipus kita bisa belajar untuk melihat Yesus sebagai penggenapan perjanjian Lama. Sebagai pengikut Kristus, kita juga diajak untuk mendalami kitab-kitab perjanjian Lama dan belajar untuk melihat Kristus hadir di sana. Ini adalah cara ‘Bible Study’ pertama yang dilakukan oleh para rasul dan anggota Gereja Perdana.
Sida-sida pun tergerak oleh Roh Kudus dan dia menerima kabar baik tentang Yesus. Dia pun meminta diri dibaptis. Dari sini kita bisa belajar pentingnya sakramen dalam hidup iman dan mengereja. Setelah pewartaan dan pendalaman Kitab Suci, iman harus dipupuk dan ditumbuhkan dengan sakramen yang adalah sarana rahmat. Bagi Gereja perdana, pengajaran, persekutuan, sakramen dan doa adalah fondasi dasar [lih Kis 2:42]
Mungkin sida-sida ini menjadi orang Kristiani pertama dari Ethiopia dan membawa pulang imannya dan menumbuhkannya di antara bangsanya. Sida-sida ini tidak berhenti dengan menerima Firman dan menerima baptisan, tetapi dia sekarang seperti Filipus yang menjadi pembawa kabar gembira bagi mereka yang belum mengenal-Nya.
Valentinus Bayuhadi Ruseno, OP