Awam dan Pujangga Gereja
29 April 2020
Yohanes 6:35-40
Dalam hidup dan sejarah Gereja, para wanita selalu memiliki peran yang penting dan tak tergantikan. Walaupun benar bahwa kaum klerus dijalankan oleh kaum pria, seperti menjadi uskup, imam dan diakon, peranan perempuan di dalam Gereja selalu memberikan kesempurnaan dan keindahan.
Tentunya tokoh orang kudus yang paling penting dan suci di dalam Gereja Katolik adalah Bunda Maria, Bunda Yesus sendiri. Tanpa peran aktif dan kesediaannya yang penuh iman, sejarah keselamatan tentunya akan menjadi berbeda. Bunda Maria memberikan satu aspek penting dalam peran wanita di dalam hidup Gereja, yakni Bunda Allah. Hari ini kita juga mengenang salah satu wanita kudus Gereja yang memainkan peran penting pada saat Gereja mengalami krisis di abad pertengahan.
Namanya adalah Katarina dari kota Siena di Italia. Lahir pada tahun 1347, dia adalah anak ke-24 dari 25 bersaudara [banyak di antaranya meninggal saat usia muda]. Orang tuanya menghendaki dia untuk menikah dan berkeluarga, tetapi dia terpanggil untuk melayani Tuhan dengan cara yang lain. Sejak usia sangat muda, dia sudah memberikan dirinya kepada Tuhan, namun dia tidak memilih untuk masuk menjadi seorang rubiah [seorang rahib atau pertapa perempuan]. Perlu diperhatikan bahwa pada zaman ini belum ada biarawati atau suster yang berorientasi pelayanan aktif. Katarina mengikuti teladan St. Dominikus de Guzman yang berorientasi pewartaan aktif dengan disokong oleh hidup doa. Katarina tetap bertahan sebagai awam, tetapi menghidupi semangat doa dan mati raga yang sama dengan mereka yang hidup di biara. Dia kemudian menjadi anggota Dominikan awam atau yang saat itu disebut sebagai Dominikan Ordo Ketiga.
Perannya tidak berhenti di sini, tetapi dia pun terlibat di dalam usaha pemulihan wibawa kepausan yang sempat pudar karena Paus memilih tinggal di kota Avignon di Perancis daripada di kota Roma. Semenanjung Italia sendiri pun terpecah-pecah dan perang saudara terus berkecamuk. Katarina yang adalah seorang wanita dan awam, melaksanakan perannya untuk membawa perdamaian di antara para kota-kota Italia yang bertikai. Saat mengunjungi Avignon, dia juga mendesak agar Paus Gregorius XI untuk kembali ke Roma. Selain itu, dia memohon kepada Paus untuk memperbaharui hidup para klerus. Paus Gregorius pun akhirnya kembali ke Roma. Sayangnya, setelah Paus ini wafat, sekali lagi terjadi skisma di Gereja. Sekali lagi, Katarina tidak henti-hentinya menyerukan persatuan.
Dia dikarunia dengan pengalaman mistik yakni perjumpaan dengan Yesus sendiri dan pernikahan rohani dengan-Nya. Selain itu dia juga dikarunia dengan stigmata atau mengalami luka-luka Yesus di salib. Dibantu oleh Bapak rohaninya, Raymond dari Capua, dia menuliskan pengalaman mistiknya. Karena pengajarannya dan usahanya memperbaharui Gereja, Katarina menjadi satu-satunya awam dan wanita yang diakui sebagai Pujangga Gereja.
Belajar dari santa Katarina dari Siena, kita diajak untuk mengasihi Tuhan di atas segalanya, tetapi kasih kepada Tuhan ini selalu menjadi nyata dalam kasih terhadap sesama, terutama terhadap Gereja-Nya. Ada kalanya Gereja dipenuhi dengan masalah dan bencana, seperti saat ini Gereja sedang didera oleh wabah pandemi covid19. Kita dipanggil seperti St. Katarina Siena sebagai pembawa kabar sukacita dan kebenaran, bukan pembawa masalah baru dan kegelapan.
St. Katarina dari Siena, doakanlah kami!
Valentinus Bayuhadi Ruseno, OP