Selasa pada Pekan ke-3 Paskah

28 April 2020

Yohanes 6:3-35

Injil Yohanes cukup berbeda dengan Injil lainnya. Salah satunya adalah Injil Yohanes tidak memiliki perumpamaan atau “parables”. Walaupun tidak memiliki perumpamaan, Injil Yohanes memiliki apa yang disebut sebagai “I AM sayings” atau pernyataan “Akulah”. Sebagai contoh “Akulah gembala yang baik” [lih. Yoh 10:11]. Setidaknya ada tujuh pernyataan “Akulah,” dan yang menarik adalah jika kita melihat Perjanjian Lama, pernyataan “Akulah” ini dipakai oleh Tuhan sendiri.  Sebagai contoh dalam Mazmur 23 menyatakan bahwa “Tuhan adalah gembalaku.” Dari sini kita bisa menyimpulkan bahwa pernyataan “Akulah” menunjuk pada identitas Yesus yang adalah Ilahi.

 Pada hari ini kita mendengar salahnya yang paling penting yakni “Akulah Roti Kehidupan.” Jika kita melihat konteks yang lebih besar dari Yohanes bab 6, kita akan melihat Yesus yang melipatgandakan roti bagi banyak orang. Kisah ini sangat familiar bagi kita semua, dan memang kisah pelipatgandaan ini ditulis oleh keempat pengarang Injil. Tetapi, ada sedikit perbedaan antara Yohanes dengan dengan Injil yang lain. Jika Injil lain hanya memberikan kita rincian ceritanya, Injil Yohanes menceritakan bahwa Yesus menjadikan momen ini untuk mengajar mereka tentang roti sejati yang tidak akan membuat lapar lagi, dan membawa kehidupan kepada dunia. Dan saat orang-orang bertanya kepada Yesus untuk memberikan roti sejati ini, Yesus dengan lugas mengatakan bahwa “Akulah Roti kehidupan.”

Bagi kita umat Katolik, kita dengan mudah melihat bahwa Yesus sebenarnya berbicara tentang roti kehidupan yang Dia berikan pada Ekaristi. Setiap kali kita merayakan Ekaristi, kita menerima roti kehidupan yang adalah Tubuh Kristus sendiri. Ini adalah sumber kekuatan rohani kita, ini adalah puncak persatuan kita dengan Yesus di dunia ini.

Sayangnya, kita sekarang sedang berhadapan dengan pandemi yang disebabkan oleh virus Covid19. Sebagai akibat Gereja-gereja ditutup sementara, dan kita tidak bisa merayakan Ekaristi bersama. Kita sudah mencoba untuk mencari solusi dengan mengadakan misa online atau livestreaming, dan juga bahkan adorasi online. Sebuah kegiatan yang mungkin belum terdengar sebelumnya. Namun, kita tetap merasa ada yang kurang: komuni kudus, menerima Tubuh Kristus yang adalah roti kehidupan. Walaupun Gereja telah menyatakan bahwa dengan komuni rohani, kita sudah menerima rahmat Ekaristi, tetapi bagi kita yang memang sudah mengikuti Misa kudus secara rutin, apalagi ikut Misa setiap hari, akan ada selalu perasaan yang mengatakan bahwa hidup rohani kita kurang sempurna.

Ini adalah kerinduan-kerinduan kita di masa pandemi ini. Walaupun dari sisi ini kita bersedih karena kita tidak dapat menerima komuni kudus, sang Roti Kehidupan, tetapi di sisi lain kita juga bersyukur karena kita Tuhan telah menumbuhkan kerinduan akan roti hidup ini di dalam diri kita, bahwa sungguh benar bahwa Yesus adalah roti kehidupan dan tanpa Dia kita tidak akan menemukan kepenuhan hidup.

Valentinus Bayuhadi Ruseno, OP