Rabu, 23 Desember 2020, Luk 1: 57-66
Kelahiran Yesus dipersiapkan oleh Yohanes Pembaptis yang menyerukan pertobatan. Kisah Zakaria dan Elisabet yang dikaruniai anak di usia lanjut, menjadi tanda belaskasih Allah. Oleh karena itu mengapa Elisabet menamainya dengan Yohanes, yang artinya Allah yang baik dan murah hati. Kemudian undangan Allah tentang pertobatan diserukan oleh Yohanes Pembaptis. Pertobatan itu mengandaikan sikap kerendahan hati seperti yang diserukan oleh Nabi Yesaya, “luruskanlah jalan,…lembah ditimbun dan bukit diratakan” Ungkapan itu mempertegas seruan pertobatan.
Allah senantiasa berbelas kasih dan penuh pengampunan. “Tuhan sabar terhadap kamu, karena Ia menghendaki supaya jangan ada yang binasa, melainkan supaya semua orang berbalik dan bertobat.” (2 Ptr 3:9). Masa Advent ini adalah masa pertobatan yang mempunyai dua makna: pertama, berbalik kepada Allah, orientasi hidup kita diubah. Cara pikir kita juga diubah, misalnya dari sikap mudah menghakimi menjadi sikap yang mendengarkan terlebih dahulu, hidup yang tidak disiplin menjadi hidup yang disiplin waktu, aturan bersama dsb. Sikap ketidaksetiaan menjadi sikap mau mengambil resiko, berjuang dalam kesetiaan meski berat dan sulit jalannya. Bertobat berarti kembali pada jalan yang benar, dan dikehendaki Allah.
Kedua, bertobat berarti juga berani mengubah mentalitas kita. Perubahan hidup kita tidak berhenti pada ide-ide, rencana-rencana belaka. Tetapi perubahan hidup itu konkrit. Roh jahat seringkali menggoda kita dengan ajakan untuk merencakan banyak hal untuk diubah sehingga yang terjadi kita berhenti hanya pada rencana belaka. Oleh karena itu hindarilah mempunyai banyak rencana pertobatan, berlembar-lembar kalau ditulis. Cukup lakukan pertobatan satu hal saja, tetapi dilakukan dan sungguh-sunguh diwujudkan dalam tindakan. Tokoh Yohanes Pembatis menjadi seorang nabi yang menyerukan pertobatan itu. Baptisan Yohanes dengan air adalah tanda pertobatan, sebagai simbol membersihkan. Sedangkan baptisan Yesus dengan Roh Kudus, adalah tanda pengampunan dosa.
Dalam masa adven ini, perlulah kita sejenak mengambil waktu hening, mendalami Sabda Allah, melakukan kebiasaan pemeriksaan batin dan membangun sikap menunggu yang aktif: berjaga, hidup penuh kesadaran, tubuh-jiwa/pikiran-roh kita bersatu. Kita pun melambungkan pujian : Perlihatkanlah kepada kami kasih setia-Mu, ya Tuhan.