Header image alt text

indonesian catholic online evangelization

PANGGILAN UNTUK SALING MENGUATKAN

Posted by admin on June 30, 2021
Posted in renungan 

Kej. 22:1-19; Mat. 9:1-8

Kamis dalam Pekan Biasa XIII 

Bacaan pertama hari ini mengisahkan bagaimana Abraham diminta Allah untuk mempersembahkan Ishak anaknya yang tunggal. Kita bisa membayangkan betapa beratnya cobaan ini dalam hidup Abraham. Cobaan ini bisa disebut sebagai test, di mana Allah memaksudkannya untuk menentukan apakah hati dan kepercayaan Abraham ada pada putranya Ishak, atau pada Tuhan yang memberi putranya itu. Ini juga merupakan ujian seberapa jauh Abraham telah maju dalam kehidupan imannya keypad Tuhan.

Dalam tingkat yang mungkin lebih rendah, kita pernah memiliki pengalaman seperti yang dialami Abraham. Kita mungkin menatap dengan tidak percaya pada beberapa situasi atau keadaan dalam hidup dan berkata, “Apakah ini yang Tuhan ingin saya lalui? Apakah ini yang Tuhan minta dari saya? Apakah ini kehendak Tuhan?” Dan hati kita berteriak, “Mengapa? Mengapa ini harus terjadi padaku?” Nah, inilah cobaan berat dalam hidup manusia. Kita mungkin tidak akan begitu sulit menerima kenyataan tersebut kalau kita bisa melihat dan mengerti alasan atau latarbelakangnya. Namun, ketika sesuatu terjadi dalam hidup ini dan kita gagal memahami logika apa pun yang melatarbelakanginya dalam terang iman, di sanalah iman kita benar-benar diuji. Sama seperti yang terjadi pada Abraham yang dikatakan, “Firman-Nya: Ambillah anakmu yang tunggal itu, yang engkau kasihi, yakni Ishak, pergilah ke tanah Moria dan persembahkanlah dia di sana sebagai korban bakaran pada salah satu gunung yang akan Kukatakan.”

Saudari-saudaraku yang terkasih, dalam bacaan Injil, seorang lumpuh dibawa kepada Yesus oleh teman-temannya. Injil mengatakan bahwa ketika Yesus melihat iman mereka, iman mereka yang membawa orang lumpuh itu, Dia berkata kepada orang lumpuh itu, ‘Percayalah, hai anak-Ku, dosamu sudah diampuni’, dan kemudian menyembuhkan dia dari kelumpuhannya. Iman teman-temannyalah yang membukakan orang lumpuh itu kepada hadirat Yesus yang menyembuhkan. Kita semua telah mengalami dalam hidup kita masing-masing ketika kita dibawa kepada Tuhan oleh iman orang lain. Itu adalah iman orang tua kita yang membawa kita ke gereja untuk dibaptis. Kita memulai hidup kita sebagai orang Kristen yang juga dibawa oleh iman orang lain. Dalam perjalanan hidup kita, kita menemukan diri kita masih membutuhkan iman orang lain untuk menjaga agar iman kita tetap hidup. Saat saya bertumbuh dalam iman kepada Tuhan, saya juga membantu orang lain untuk untuk bertumbuh dalam hal yang sama. Sebaliknya, jika saya menjauh dari Tuhan, saya mempersulit orang lain untuk tumbuh dalam iman akan Tuhan.  Dalam arti yang sangat mendalam, kita saling bergantung pada keyakinan satu sama lain di dalam ziarah kehidupan yang kita bagikan. Dalam pengertian itu, iman kita selalu berdampak bagi orang lain. Saat kita bertumbuh dalam iman kita, kita memperluas kemungkinan bagi Tuhan untuk membawa orang lain kepada-Nya melalui kita.

Mari kita bersyukur atas anugerah iman yang telah hadir dalam teladan hidup Abraham, Bapa Segala Bangsa, dan orang-orang yang hadir dalam hidup kita serta ikut terlibat dalam menumbuhkembangkan iman kita akan Allah dan Putra-Nya Yesus Kristus. Secara khusus hari ini kita doakan mereka, baik yang masih di dunia ini atapun yang sudah berpulang ke hadirat-Nya. Mari kita juga sadari bahwa kita dipanggil untuk membawa orang lain kehadirat Allah dengan teladan iman kita dengan saling meneguhkan satu sama lain dalam penziarahan hidup di dunia ini. Tuhan memberkati!

PERCAYAKAH AKU AKAN KUASA YESUS UNTUK MENGUSIR SETAN?

Posted by admin on June 29, 2021
Posted in renungan 

Kej. 21:5,8-20; Mat. 8:28-34. 

Rabu dalam Pekan Biasa XIII 

Bacaan pertama dari Kitab Kejadian mengisahkan tentang terpenuhinya janji Tuhan kepada Abraham dan Sara. Tuhan telah berjanji bahwa Sara dan putra Abraham, Ishak, akan menjadi awal dari banyak bangsa. Tetapi, rupanya Sara tidak dapat menikmati karunia besar yang telah Tuhan berikan. Sebaliknya, dia takut putranya Ishak akan kehilangan ahli waris. Keserakahan dan kecemburuan Sara ini yang membuat Hagar dan Ismail pergi. Kata Sara kepada Abraham, “Usirlah hamba perempuan itu beserta anaknya, sebab anak hamba ini tidak akan menjadi ahli waris bersama-sama dengan anakku Ishak.” Tetapi Allah melindungi Hagar dan Ismail dengan berkata, “Bangunlah, angkatlah anak itu, dan bimbinglah dia, sebab Aku akan membuat dia menjadi bangsa yang besar.”

Saudari-saudaraku yang terkasih, seberapa sering kebahagian orang lain membuat kita iri dan dendam? Seberapa cepat kita membiarkan kepuasan dan kedamaian kita sendiri tergantikan oleh kecemburuan terhadap sesuatu yang dimiliki atau dialami orang lain? Tuhan menawarkan kita cinta yang dalam dan kasih secara pribadi tidak peduli bagaimana kita menjalani hidup kita. Tetapi, karunia yang terkadang sulit dipahami itu dapat dengan cepat dilupakan ketika hati kita dipenuhi kecemburuan yang dihembuskan oleh roh jahat atau kelemahan-kelemahan lainnya. 

Bacaan Injil hari ini mengisahkan tentang Yesus yang menyembuhkan dua orang yang kerasukan setan. Yesus bertemu dengan roh-roh jahat itu dan mereka mengenali Yesus dengan memanggilnya ‘Anak Allah’.  Yesus dengan tenang mengirim mereka ke dalam kawanan babi yang terjun ke danau dan tenggelam. Itulah Yesus, yang mengasihi kita tanpa henti, menunjukkan kepada kita bagaimana Dia dapat dengan mudah mengusir setan. Saya membayangkan ketika setan-setan yang mengganggu kedua orang itu telah pergi Yesus berbicara kepada mereka dengan penuh kasih dan cinta yang besar. Mereka mendengarkan Yesus dan setelahnya hidup mereka tidak akan pernah sama lagi.

Saudari-saudaraku, Yesus, dengan kasih tanpa batas, ada di sini untuk kita juga, untuk membebaskan kita dari setan yang ada dalam diri kita: mungkin kecemburuan akan seseorang yang memiliki lebih banyak uang, ketenaran atau kehormatan yang lebih daripada kita; mungkin setan untuk menilai dan menghakimi orang lain,dll. Tidak peduli seberapa banyak setan-setan dalam hidup kita, Yesus berdiri di samping kita menyembuhkan dan memberi kita kekuatan dengan kasih-Nya yang penuh kuasa. Percayakah kita akan kuasa Yesus untuk membebaskan kita dari kekuasaan roh jahat? Maukah kita dibebaskan dari setan-setan itu?

KESETIAAN MENSYARATKAN PENGORBANAN

Posted by admin on June 28, 2021
Posted in renungan 

Kis. 12:1-11; 2Tim. 4:6-8,17-18; Mat. 16:13-19.

Hari Raya St. Petrus dan Paulus

Hari ini kita menghormati kemartiran dua rasul besar yang keduanya terbunuh di Roma, yakni Rasul Petrus dan Rasul Paulus.  Saudari-saudaraku yang terkasih,  St. Petrus dan St. Paulus adalah dua pilar Gereja kita yang kudus dan unik. Hari ini kita merayakan kesetiaan Petrus dan Paulus, orang berdosa seperti kita semua. Meskipun mereka menghadapi berbagaimacam penderitaan dan penganiayaan, komitmen mereka kepada Kristus memberi mereka keberanian yang mereka butuhkan. 

Bacaan Pertama dari Kisah Para Rasul mengisahkan tentang pembebasan Petrus yang ajaib dari penjara Herodes. Pada saat itu Herodes membunuh jemaat pengikut Kristus dalam rangka menyenangkan orang Yahudi. Herodes bahkan meningkatkan penjagaan yang ekstra ketat terhadap Petrus. Tetapi ternyata langkah-langkah keamanan itu bukan sebuah halangan yang berarti bagi malaikat Tuhan untuk membebaskan Petrus. Peristiwa itu semakin menyadarkan Petrus akan kuasa penyertaan Allah dan misi pewartaan Kristus yang harus terus berlanjut.  Hal yang sama dialami oleh Rasul Paulus, dalam bacaan kedua, dalam suratnya yang kedua kepada Timotius, Paulus merasakan bahwa kemartirannya sudah dekat. Saya kagum bahwa Paulus tetap percaya diri, meskipun dia merasa bahwa akhir dari hidupnya sudah dekat. Paulus yakin bahwa Tuhan akan menyelamatkan dia dari setiap ancaman jahat dan akan membawanya aman ke Kerajaan surgawi-Nya. Sebuah semangat yang dilandasi oleh iman yang luar biasa. 

Saudari-saudaraku yang terkasih, kemenangan mereka adalah bukti bahwa kebenaran akan mengalahkan ketidakbenaran, terang akan mengalahkan kegelapan dan kehidupan akan mengalahkan kematian. Kemenangan mereka adalah bukti bahwa kita memang akan menang. Dalam renungan ini saya ingin berbagi dengan Anda dua nilai keteladanan yang bisa kita renungkan dari merayakan hari raya St. Petrus dan St. Paulus. Pertama, hari raya ini mengajak kita untuk merenungkan kenyataan bahwa misi mereka harus terus berlanjut di dunia sekarang ini. Renungkan bagaimana Tuhan ingin menjadikan Anda dan saya sebagai instrumen-Nya untuk melanjutkan misi mereka di dunia ini.  Mari, dengan melihat situasi dan kebutuhan sekitar,  kita berkomitmen pada misi ini sehingga pemberitaan Injil yang didasarkan pada fondasi yang kuat akan tetap terlaksana di zaman sekarang ini. Kedua, mengikuti Kristus dan usaha pewartaan Injil sejak zaman dahulu tidak pernah mudah, bahkan taruhannya adalah nyawa. Rasul Petrus dan Rasul Paulus adalah bukti sekaligus teladan atas kenyataan itu. Pertanyaannya, bisakah kita juga tetap setia dan bertahan dalam menghadapi kesukaraan dan kesengsaraan yang dituntut atas misi yang harus kita lanjutkan kendati mungkin itu lebih kecil dibandingkan penderitaan yang dialami St. Petrus dan St. Paulus?

Mari kita mohon kepada Tuhan supaya Dia membiarkan kita berjalan dalam iman dan bukan dalam ketakutan. Semoga Tuhan juga meyakinkan kita bahwa Dia selalu mencintai kita di sepanjang perjalanan hidup ini  meskipun terkadang kita  lemah. Dan semoga Tuhan mengijinkan kita untuk bertumbuh dalam iman seperti yang ditunjukan Rasul  Paulus dan Rasul Petrus agar kita dapat hidup dengan layak dan menerima mahkota kebenaran yang akan dikaruniakan kepada kita. Amin

MENJADI PERCAYA DAN SETIA!

Posted by admin on June 27, 2021
Posted in renungan 

Kej 18:16-33; Mat 8:18-22

Senin dalam Pekan XIII, Peringatan Wajib St. Ireneus

Bacaan liturgi hari ini mengundang kita untuk merefleksikan relasi kita dengan Tuhan. Dalam bacaan pertama hari Sabtu lalu, dijelaskan bahwa Tuhan menampakkan diri kepada Abraham dengan mengunjunginya dalam rupa tiga orang asing. Dalam bacaan pertama hari ini, setelah kepergian orang-orang asing yang misterius itu, Abraham melanjutkan percakapan dengan Tuhan dan menemukan kesetiaan dan belas kasihan Tuhan yang tak berkesudahan. Ketika Abraham merenungkan situasi di Sodom dan memohon atau tepatnya meminta belas kasih Tuhan atas Sodom dengan berulang kali, bahkan menurut ukuran manusia sampai pada titik ketidaksabaran dimana Abraham berkata, “Janganlah kiranya Tuhan murka, kalau aku berkata lagi sekali ini saja. Sekiranya sepuluh didapati di sana?” Apakah Tuhan hendak menghancurkan orang yang baik dengan yang berdosa? TIDAK! Tuhan itu baik dan penyayang, firman-Nya: “Aku tidak akan memusnahkannya karena yang sepuluh itu.”

Saudari-saudaraku, perjumpaan  kita dengan Tuhan dapat terungkap melalui perjumpaan dan percakapan dengan teman, sahabat, orang asing dan seluruh ciptaan atau semesta alam. Kita dapat belajar dari St. Ireneus, yang pestanya kita rayakan hari ini, bahwa semua ciptaan adalah ekspresi Kemuliaan Tuhan. Dalam kedua bacaan hari ini dan melalui kesaksian hidup St Ireneus, kita mengerti dan memahami bahwa Tuhan menginginkan manusia untuk hidup dan bukan kematian. Tuhan menginginkan relasi yang intim dengan manusia sama seperti yang dijalinnya dengan Abraham. Menjalin relasi dengan Allah itu bukan tanpa biaya atau perjuangan. Abraham, Bapak Segala Bangsa, telah mengalaminya. Demikian pula kisah dalam injil hari ini: hidup seturut dengan kehendak Tuhan itu tidak mudah dan banyak tantangan. Dengan demikian, kita semua memiliki pilihan!

Mari kita renungan bahwa hari ini Allah mengundang kita untuk mengikuti-Nya dengan menjalin relasi yang intim dengan-Nya. Semoga mata kita terbuka dan marilah kita waspada terhadap saat-saat di mana Roh Allah masuk ke dalam hidup kita sebagai undangan untuk berbicara dengan Tuhan.  Mari berbicara dengan Tuhan, mari berdoa dan mendengarkan! Itulah yang dialami Abraham dan Sara. Allah meminta kita untuk setia dan mengetahui bahwa Dia selalu setia kepada kita. Hal ini persis yang dialami oleh Abraham dan Sara, yang kisahnya kita dengarkan dalam bacaan pertama dipekan kemarin dan juga pekan ini. Untuk itu mari kita mohon rahmat kesetian agar kita bisa setia dan percaya akan kuasa-Nya serta mampu menjawab panggilan-Nya, ”Ikutlah Aku……”

True Healing

Posted by Romo Valentinus Bayuhadi Ruseno OP on June 26, 2021
Posted in renungan  | Tagged With: , ,

13th Sunday in Ordinary Time [B]
June 27, 2021
Mark 5:21-43

In today’s Gospel, we encounter two persons who are seeking healing. One is Jairus, the synagogue’s official, who wants his dying daughter healed, and the second one is a woman who desires to be cured of her incurable haemorrhage. Both have done almost everything but in vain. Then, as their last hope, they turn to Jesus. They humbly beg Jesus and trust that Jesus can work miracles.

Often, we can relate to the situations of Jairus and the woman. Perhaps, like Jairus, we are panicking when we know our little children are having fever and experiencing pain. Maybe, like the woman with a haemorrhage, we are battling a particular illness. We try almost everything, spending a lot of money and enduring painful treatments, yet we are not getting any better. We realize how limited and fragile we are. We have no one to turn to but God, and we become instantly pious and start praying different novenas, attending the mass, and healing services. The thing is that while some of us may receive miraculous healing, some may not.

One of the best times during my seminary years is when I was assigned to the hospital as an associate chaplain. I had to visit different patients and attend to their spiritual needs. There, I talked to several people battling cancers for years. I listened to several men and women who were losing their kidneys and had to undergo countless dialysis. Initially, I thought I possessed the gift of healing, but after several intense prayers of healing, not much happened. I realized that I did not have the unique gift of healing, and it was a bit frustrating to learn that the conditions were not getting better. I finally asked, “why didn’t God answer our prayers?”

Yet, as I journey together with them, each one has a story to share and has a face to show. They were not just a man with cancer or patient B21, but a real person with real name and real life. It is only when I see deeper in each story, in each tear, in each pain, I gradually discover the presence of God. God’s love is felt through the care of selfless family members. His hope is heard through the effort of tireless doctors and nurses. His presence is inside those people who continue to offer me a smile despite the pain they endure.

Jesus indeed healed Jairus’ daughter and the woman, but He did not come to cure every illness in the world. His healing is beyond mere physical wellness. He comes so that we receive salvation and eternal life. He comes so that we may touch and feel God’s love in our midst, and His graces empower us to love beyond our imagination. Indeed, we may not find physical healing, but we may discover what is truly essential in life. Wealth can quickly disappear, success can be instantly blown away, and physical appearance can deteriorate, but faith, hope and love remain. Indeed, we may not see our beloved getting better, but we are allowed to love, serve and sacrifice beyond human limitations. In sickness and even death, if we have faith in God, we grow and find the fullness of life.

Valentinus Bayuhadi Ruseno, OP

Translate »