Jumat, 1 Juli 2016
Am 8:4-6,9-12
Mat 9:9-13
Ketika orang memiliki kedalaman hidup rohani, ia akan mampu mengenal dan memahani siapa Allah yang sesungguhnya yaitu KASIH. Dalam diri Allah kita mengalami KASIH yang sejati. Oleh karena itu sesuatu yang ironi jika ada orang yang merasa diri dekat dengan Allah namun dalam tindakan mereka lebih cenderung menuntup diri untuk menolong sesamanya yang menderita dan lebih mementingkan diri sendiri.
Iman kepada Yesus Kristus seharusnya mendorong kita sekalian untuk menjadi pribadi yang penuh dengan kasih seperti Allah mengasihi kita tanpa batas. Sering kali manusia lebih dikuasai dengan pemikiran yang mengedepankan soal materi dan keuntungan pribadi. Kasih bersifat terbuka dan merangkul semua orang menjadi saudara. Oleh karena itu sebagai murid Kristus kita diarahkan untuk meninggalkan sikap sombong dan arogan menjadi pribadi yang peduli, pemaaf dan penuh dengan kemurahan.
Persoalannya adalah apakah setiap orang yang percaya kepada Kristus mau mengikuti Yesus Kristus. Seringkali kita mengikuti pemikiran diri sendiri, sehingga yang terjadi adalah mengikuti Yesus Kristus sebatas formalitas, rutinitas, namun tidak tahu apa yang sebenarnya harus dilakukan. Menjadi murid Kristus harus berani menyangkal diri sendiri dan memikul salib bersama dengan Yesus. Oleh karena itu kita perlu terus menerus melihat diri sendiri; sejauh mana kita sudah menghayati iman secara benar. Jangan sampai justru dengan sikap kesombongan, kita menjadi pribadi yang keras dan melawan kasih Allah.
Marilah berdoa,
Tuhan yang Maha Kasih, terima kasih atas kasih yang telah Dikau anegerahkan kepada kami. Ajarilah kami untuk bisa lebih berani berkurban dan rendah hati, agar hari demi hari kami semakin menyerupai Mu, menjadi pribadi yang siap mengasihi dan hidup dalam kepekaan terutama untuk terlibat langsung menolong sesama kami yang menderita. Demi Kristus Tuhan dan penyelamat kami, Amin.


