Header image alt text

indonesian catholic online evangelization

Hari Raya Semua Orang Kudus

Posted by admin on October 31, 2019
Posted in renungan 

Jumat Pekan Biasa XXX, 1 November 2019

Bacaan I: Why 7:2-4.9.14; II: 1 Yoh 3:1-3; Mat. 5:1-12a

Belajar Menjadi Kudus Zaman Now

Hari ini gereja seluruh dunia merayakan Hari Raya Orang Kudus, kita diajak untuk besyukur dan sekaligus belajar dari mereka-mereka yang telah mendahului kita yang kehidupan imanya menjadi contoh bagi kita di gereja peziarah ini. Dalam seluruh tahun liturgi, kita telah memperingati dan merayakan beberapa dari mereka di antara sekian banyak orang kudus lainya. Kita memperingati dan merayakan pesta mereka terutama karena mereka telah menjadi contoh iman yang terpuji. Kristus sungguh di hayati dan dihidupi dalam pola pikir, perilaku dan karya perutusan yang telah dipercayakan kepada mereka. Banyak dari mereka tidak segan-segan mengorbankan hidup mereka demi kebenaran dan keadilan yang bersumber dari Kristus sendiri. Mereka berani dan setia menjadikan Kristus sebagai pusat dan pola hidup sehari-hari.

Panggilan hidup kristiani kita adalah menuju kekudusan. Dengan demikian kita semua diajak untuk membangun kesadaran terus-menerus sehingga apapun yang kita lakukan kendati itu kecil dan sederhana selalu mengarahkan kita sampai pada hidup yang dikuduskan.

Bacaan injil hari ini memberikan kita guideline untuk bisa menjadi orang yang dipanggil pada kekudusan. Injil mengajak kita untuk terus bertekun dalam berbuat baik dan selalu bersandar pada kehendak Tuhan, selalu bertutur kata dan bertindak yang lemah lembu, hidup jujur, adail dan rendah hati, berani berkorban demi kebaikan orang yang sungguh membutuhkan. Di sisi lain, kita juga ditantang untuk tetap teguh dan sabar dalam iman kita karena kita tidak bisa menghindari tantangan dan persoalan hidup yang sering membuat kita lelah dan bisa menyerah pada keadaan.

Paus Fransiskus dalam Gaudete Exultate, mengingatkan kita bahwa panggilan kekudusan adalah sebuah peluang yang harus kita tumbuhkan dalam diri kita sebagai pengikut Kristus. Untuk sampai pada kekudusan terutama pada jaman now ini, Paus Fransiskus mengajak kita secara kongkrit untuk mengusahakan kekudusan melalui: Pertama: hidup pribadi, keluarga, kelompok kategorial; kedua: kegiatan kecil yang kelihatan tanpa arti; ketiga: tutur kata yang penuh kehangatan dan cinta, tidak nyinyir dan dan tanpa motivasi kebencian; keempat: cara berpikir yang diilhami oleh Roh Kudus agar tidak jatuh dalam ajaran dan praktek yang sesat; lima: cinta kasih Tuhan dan sesame, melayani Tuhan dalam diri sesama.

Mari kita melihat banyaknya peluan untuk menjadi orang kudus lewat kehidupa kita sehari-hari dan juga belajar dari orang kudus yang telah menjadi contoh dalam mengejar kekudusan ketika masih di dunia ini.

Jangan pernah berhenti berbuat baik

Posted by admin on October 30, 2019
Posted in renungan 

Kamis Pekan Biasa XXX, 31Oktober 2019

Bacaan 1: Rm.8:31-39; Luk.13:31-35

Mengikuti dunia perpolitikan di Indonesia sering kali kita temukan adanya ancaman-ancaman dari satu kubu ke kubu yang lain baik melalui kata-kata maupun pun tindakan/aksi. Ancaman-ancaman itu seringkali juga tidak mendasar atau tidak mempunyai bukti yang valid akan tetapi karena ada gerakan massa yang besar maka seolah-olah ancaman-ancaman itu punya kekuatan yang besar. Sebaliknya, ancaman-ancaman bisa bermakna positif manakala ancaman membuat orang untuk refleksi diri dan menyadari akan perbuatannya yang keliru dan perlu diperbaiki.

Permintaan orang Farisi kepada Yesus untuk meninggalkan Yerusalem karena hendak di bunuh oleh Herodes bisa mempunyai dua arti. Permintaan tersebut dilakukan karena Yesus bisa menjadi ancaman bagi Herodes dan orang-orang Farisi. Perbuatan baik yang dilakukan Yesus bukan dilihat sebagai sesuatu yang positip tetapi sebaliknya bisa menjadi ancamanbagi mereka. Disisi yang lain orang Farisi konsern dengan Yesus, jangan sampai di bunuh oleh Herodes.

Terlepas dari dua perspektif ini, hal menarik yang Yesus katakan dalam injil hari ini adalah Perbuatan baik tetap dilakukan apapun konsekuensinya. “Pergilah dan katakanlah kepada serigala itu: Aku mengusir dan menyembuhkan orang pada hari ini dan besok, dan pada hari ketiga Aku selesai.” Yesus mau menegaskan bahwa tugas perutusanNya harus dilakukan apapun resikonya. Resikonya pun sudah di ketahui bahwa Dia akan dibunuh tetapi pada hari ketiga Dia akan bangkit.

Tugas perutusan Yesus jelas untuk mengumpulkan semua orang dibawah naungan kasihNya. Akan tetapi kehendak baik itu tidak bisa diterima oleh para penguasa dan orang-orang Farisi karena mengganggu kepentingan atau kerakusan mereka. Mereka melihat Yesus menjadi ancaman yang perlu dihabisi. Kerinduan Yesus tetap menjadi kerinduan karena Dia harus menerima salib sampai wafat di kayu salib. “Yerusalem, Yerusalem…berkali-kali Aku rindu mengumpulkan anak-anakmu…tetapi kamu tidak mau.”

Lewat bacaan injil ini kita boleh belajar dari Yesus bahwa kehendak dan perbuatan baik tidaklah cukup untuk membuat orang lain melihat apa yang kita lakukan. Kita bisa menjadi ancaman bagi orang lain ketika kita berusaha melakukan kebaikan kepada sesama. Kerinduan hakiki kita sebagai manusia adalah mau melakukan hal yang baik bagi orang lain, membantu orang lain untuk menjadi lebih baik. Akan tetapi hal ini tidak mudah bagi orang lain yang mempunyai kepentingan kelompok atau golongan yang merasa terganggu. Satu hal yang bisa kita belajar dari Yesus adalah jangan takut untuk melakukan perbuatan baik bagi orang lain. Ancaman dari orang yang tidak suka dengan kita jangan sampai membuat kita kerdil dan mandul dalam usaha membantu orang lain untuk kehidupan mereka yang lebih baik.

Perbuatan baik tidak selalu baik bagi mereka yang berbeda pandangan dengan kita. Beda pandangan bukan menjadi penghalang bagi kita untuk melakukan perbuatan baik.

Tuhan meberkati kita semua

Bukan Ratap tangis yang kita cari

Posted by admin on October 29, 2019
Posted in renungan 

Rabu Pekan Biasa XXX, 30 Oktober 2019

Bacaan 1: Rm.8:26-30; Luk.13:22-30

Dunia modern dengan pesatnya teknologi membuat hidup manusia semakin mudah dalam banyak hal. Manusia semakin dimanjakan dengan berbagai fasilitas otomatik sehingga ketika berhadapan dengan dunia manual, orang malah gagap untuk melakukannya. Perkembangan teknologi rupanya tidak hanya membawa efek positf tetapi juga membuat manusia tidak memaksimalkan dirinya. Banyak orang akhirnya terjebak dalam lingkungannya sendiri kendati mau bersosialisai dengan yang lain. Orang bisa memaksimalkan waktu yang dipunyainya akan tetapi waktu untuk bersama sepertinya menjadi problem yang tidak kecil.

Rupanya budaya serba instant atau serba cepat dan tersedia ini masuk juga dalam dunia rohani. Banyak orang lupa bahwa dalam relasi dengan Tuhan tidak ada yang instant. Butuh sebuah usaha dan ketekunan yang terus menerus; butuh waktu hening terutama hati yang tidak dirasuki oleh kepentingan duniawi. Tuhan tidak bisa dipaksa untuk masuk dalam kategori keinginan pribadi kita. Karena semua serba instant dalam hidup maka Tuhan juga diminta untuk instant dalam mengabulkan apa yang kita minta. Sayangnya, hal itu tidak akan terjadi dalam wilayah hidup rohani.

Dalam bacaan injil hari ini, Yesus berkata: “Berusahalah masuk melalui pintu yang sempit itu! Sebab Aku berkata kepadamu, ‘banyak orang akan berusaha untuk masuk, tetapi tidak akan dapat. Yesus mengajak kita untuk terus bertekun, tidak bermalas-malasan apalagi merasa keenakan dalam hidup ini dan lupa akan hidup kekal. Jangan seperti orang Israel yang merasa dipilih Tuhan lalu merasa bangga tanpa ada usaha lagi untuk hidup sebagai bangsa pilihan. Yesus menawarka Kerajaan Allah untuk mereka tetapi pewartaan itu tidak diterima, akhirnya pewartaan itu disampaikan ke bangsa-bangsa lain.

Dalam pembaptisan kita menjadi anggota umat Allah, menjadi ahli waris kerajaan Allah, akan tetapi jika kita tidak berusaha dan bertekun untuk menumbuhkannya dalam hidup kita, kita tidak bedanya seperti orang-orang dalam injil hari ini, ketika tuan rumah sudah menutup pintu maka kita akan berada diluar. Banyak kemudahan yang ditawarkan oleh dunia modern yang sesungguhnya membantu kita untuk semakin dekat dengan Tuhan, akan tetapi kalau kita tidak waspada maka kita bisa terjebak dalam meghidupi iman yang instant. Saat kita butuh Tuhan, kita memaksa Tuhan untuk melakukan apa yang kita maui. Saat kita merasa diri kita sudah mampu melakukan segala sesuatu, Tuhan tidak punya tempat sedikit pun dalam hidup kita.

“Berusahalah memasuki pintu yang sempit itu” mengajak kita untuk: mawas diri sambil terus bertekun untuk menghidupi nilai-nilai yang telah diwariskan oleh Yesus kepada kita; berusaha tidak terjebak dengan tawaran kehebatan dunia modern sampai kita lupa bahwa kita adalah ahli waris nilai-nilai yang menghidupkan; terus berusaha mempunyai waktu dengan Tuhan kendati berada dalam kesibukan atau kebisingan hidup sehari-hari. Marilah kita mencari sukacita, kebahagiaan yang telah disiapkan bagi kita, bukan ratap dan kertak gigi.

Lubukhati Android Apps

Posted by admin on October 28, 2019
Posted in news 

Iman yang hidup membawa berkat

Posted by admin on October 28, 2019
Posted in renungan 

Selasa Pekan Biasa XXX, 289Oktober 2019

Bacaan 1: Rm.8:18-25; Luk.13:18-21

Iman adalah ungkapan kepercayaan seutuhnya kepada Allah yang kita yakini. Bagi gereja, Iman adalah pemberian atau karunia yang dianugerhakan oleh Allah kepada kita melalui Roh Kudus secara gratis. Pemberian atau karunia ini harus di pelihara dan ditumbuhkan setiap hari. Untuk mencapai kematangan dan kedewasaan iman, setiap orang harus bertekun, perlu waktu dan proses yang terus-menerus. Melalui latihan terus menerus, iman diharapkan bertumbuh dan berkembang bahkan mampu membawa efek baik bagi orang lain yang ada disekitar kita.

Pertumbuhan iman dapat dianalogikan seperti pertumbuhan biji sesawi yang kecil dan sederhana sebagaimana dalam bacaan injil hari ini. Biji sesawi yang kecil itu ditaburkan di kebun,bertumbuh dan menjadi pohon dan burung-burung di udara bersarang pada cabang-cabangnya.

Tuhan menaburkan benih Iman dalam hati kita. Pertumbuhan benih iman atas bimbingan Roh Kudus. Iman itu mulai bertumbuh dan berkembang juga berkat ketekunan dan keuletan kita melalui kehidupan doa, baca firman Tuhan, mendalami ajaran-ajaran gereja tentang Allah yang kita Imani. Iman yang kecil dan sederhana itu mulai dipraktekan dalam hal-hal yang sederhana tetapi dapat mempunyai efek yang significan bagi orang lain. Iman itu dapat ditunjukan lewat perbuatan-perbuatan riil hidup kita, lewat tugas dan tanggungjawab yang telah dipercayakan kepada kita baik di rumah tangga, di tempat pekerjaan atau dimana saja kita berada. Lewat praktek nilai-nilai Kristiani, ajaran Yesus, kita bisa mengukur sejauh mana iman kita bertumbuh. Praktek iman dalam menghayati nilai-nilai nilai-nilai Kristiani diharapkan dapat membawa kebaikan bagi orang lain. Lewat penghayatan iman kita yang hidup, orang disekitar kita dapat mengalami getaran kasih Allah. Dengan demikian kita berharap iman mereka juga bertumbuh dan berkembang dengan lebih baik.

Mari kita terus bertekun untuk menjaga dan memelihara iman kita, semoga iman kita sebesar biji sesawi ini boleh berfaedah bagi orang yang kita layani. Semoga hidup kita makin berbuah dalam nilai-nilai Kristiani dan nilai-nilai itu membantu orang lain menjadi lebih baik.

Tuhan memberkati kita semua

Translate »