Header image alt text

indonesian catholic online evangelization

CARILAH TUHAN

Posted by admin on November 30, 2022
Posted in renungan 

Kamis, 1 Desember 2022



Matius 7:21.24-27

Yesus menyampaikan pesan kepada para murid-Nya untuk mengusahakan agar memiliki dasar yang kokoh di dalam hidup mereka dan dasar yang kokoh itu adalah iman ; percaya kepada Kristus, mendengarkan Sabda-Nya, dan mewujudnyatakan Sabda tersebut di setiap tindakan mereka. “Setiap orang yang mendengar perkataan-Ku ini dan melakukannya, ia sama dengan orang yang bijaksana, yang mendirikan rumahnya di atas batu. Kemudian turunlah hujan dan datanglah banjir, lalu angin melanda rumah itu, tetapi rumah itu tidak rubuh sebab didirikan di atas batu.”(Mat 7:24-25).

Dengan demikian fondasi hidup manusia bukan hal-hal yang materi, sebab semua itu bersifat sementara, sedangkan iman adalah bersifat kekal menjadi kekuatan yang mampu menopang hidup manusia yang memiliki tantangan, kesulitan , dan persoalan-persoalan hidup. Tidak ada satupun manusia yang tdk memiliki tantangan dan kesulitan dalam hidup, maka setiap orang membutuhkan fondasi hidup yang kuat. Tuhan Yesus menawarkan diri-Nya untuk menjadi kekuatan bagi setiap orang. “Tetapi Yesus menjawab: “Ada tertulis: Manusia hidup bukan dari roti saja, tetapi dari setiap firman yang keluar dari mulut Allah.”(Mat 4:4).

Oleh karena itu, ketika seseorang percaya kepada Yesus Kristus, maka ia akan datang kepada-Nya dan menyerahkan semua kecemasan, pergumulan dan persoalaan hidupnya. Dari sana ia akan menemukan kekuatan  dan ketenangan yang berasal dari Allah, sehingga ia bisa menghadapi persoalan yang dihadapi dengan tabah. “Serahkanlah kuatirmu kepada TUHAN, maka Ia akan memelihara engkau! Tidak untuk selama-lamanya dibiarkan-Nya orang benar itu goyah.”(Mzm 55:23). Oleh karena itu, tidak cukup manusia hanya mengejar kekayaaan duniawi, sebab dari sana sering kali justru menimbulkan persoalan. Yang diperlukan setiap orang adalah kekuatan dari dalam, yaitu Allah yang hadir dalam diri Putera-Nya Yesus Kristus, yang menjadi penopang hidupnya. “Carilah TUHAN dan kekuatan-Nya, carilah wajah-Nya selalu!”(Mzm 105:4).

Didik, CM

MENJADI MILIK KRISTUS

Posted by admin on November 29, 2022
Posted in renungan 

Rabu, 30 November 2022



Matius 4:18-22

Pada suatu saat Yesus Kristus memilih para rasul-Nya. Mereka adalah pribadi-pribadi dari kalangan orang biasa (nelayan), bukan dari kelompok masyarakat kelas atas, dan mereka adalah para pekerja yang biasa hidup penuh perjuangan. “Yesus berkata kepada mereka: “Mari, ikutlah Aku, dan kamu akan Kujadikan penjala manusia.” Lalu mereka pun segera meninggalkan jalanya dan mengikuti Dia.”(Mat 4:19-20).  Oleh karena itu, dari proses dan pilihan Yesus, menujukkan bahwa siapa yang dipilih menjadi murid-Nya adalah mereka mau dan siap, bukan berdasarkan golongan atau kelas masyarakat tertentu. Hal itu berarti,  siapa pun orang bisa menjadi Kristus asalkan mereka mau percaya dan siap mengikuti-Nya. “Kata-Nya kepada mereka semua: “Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya setiap hari dan mengikut Aku.”(Luk 9:23) .

Dengan demikian, mereka yang telah percaya (dibaptis) dan mengikuti Kristus memiliki tanggung jawab untuk menumbuh kembangkan iman sampai masak dan berbuah dalam karya serta pelayanan kasih. Mereka dipilih supaya tidak hanya memikirkan diri sendiri namun lebih-lebih juga untuk orang lain/sesama. “Karena itu sempurnakanlah sukacitaku dengan ini: hendaklah kamu sehati sepikir, dalam satu kasih, satu jiwa, satu tujuan, dengan tidak mencari kepentingan sendiri atau puji-pujian yang sia-sia. Sebaliknya hendaklah dengan rendah hati yang seorang menganggap yang lain lebih utama dari pada dirinya sendiri; dan janganlah tiap-tiap orang hanya memperhatikan kepentingannya sendiri, tetapi kepentingan orang lain juga.”(Filipi 2:2-4).

Dengan demikian, ketika Tuhan memilih seseorang menjadi murid-Nya, maka perutusan, kepercayaan, dan tanggung jawab besar telah dianugerahkan kepadanya, sehingga ia bukan lagi hidup untuk dirinya sendiri tetapi hidup untuk Allah dan untuk kerajaan-Nya. Jadi, mereka telah menjadi milik Yesus Kristus dan dipanggil untuk hidup seturut dengan kehendak-Nya. “Tetapi kamu adalah milik Kristus dan Kristus adalah milik Allah.”(1 Kor 3:23).

Didik, CM 

ORANG YANG BAHAGIA

Posted by admin on November 28, 2022
Posted in renungan 

Selasa, 29 November 2022



Lukas 10:21-24

Yesus menyampaikan pesan bahwa ada rahasia Kerajaan Allah yang bisa dimengerti dan diterima oleh manusia, namun tidak semua bisa melihat dan menerima hal itu kecuali mereka yang dikhususkan, yaitu orang yang rendah hati, yang berani percaya dan mengandalkan Allah, melebihi dari segala-galanya (kecerdasan dan kecerdikan). Pada waktu itu juga bergembiralah Yesus dalam Roh Kudus dan berkata: “Aku bersyukur kepada-Mu, Bapa, Tuhan langit dan bumi, karena semuanya itu Engkau sembunyikan bagi orang bijak dan orang pandai, tetapi Engkau nyatakan kepada orang kecil. Ya Bapa, itulah yang berkenan kepada-Mu.”(Luk 10:21).

Dengan demikian kekuatan orang beriman terletak pada relasinya dengan Tuhan Yesus, dan bukan pada dirinya sendiri. Hal itu berarti bahwa Allah hadir di dalam diri mereka yang percaya dan rendah hati  serta menggerakkan dan mengarahkan hidupmya ke jalan yang baik dan benar. Oleh karena itu, buah dari relasi tersebut adalah tindakan-tindakan yang baik yang mengalir dari Tuhan.  “Tetapi buah Roh ialah: kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan,  kelemahlembutan, penguasaan diri. Tidak ada hukum yang menentang hal-hal itu.”(Galatia 5:22-23).

Dengan demikian untuk bisa menerima kasih Allah dan untuk bisa melihat diri sendiri dan orang lain seberapa dalam imannya cukup dengan melihat kesaksian hidupnya dan relasinya, dengan siapa yang paling kuat. Mereka yang setia mengikuti Kristus akan dihadapkan pergumulan dan pengorbanan untuk tegas  dan berpihak pada hal-hal yang baik seturut kehendak Allah. Namun disisi lain, mereka adalah orang-orang yang berbahagia karena telah mengalami kasih dan kuasa Allah yang berkerja di dalam dirinya. “Sesudah itu berpalinglah Yesus kepada murid-murid-Nya tersendiri dan berkata: “Berbahagialah mata yang melihat apa yang kamu lihat. Karena Aku berkata kepada kamu: Banyak nabi dan raja ingin melihat apa yang kamu lihat, tetapi tidak melihatnya, dan ingin mendengar apa yang kamu dengar, tetapi tidak mendengarnya.”(Luk 10:23-24).

Didik, CM 

YANG PERLU BAGI ORANG BERIMAN

Posted by admin on November 27, 2022
Posted in renungan 

Senin, 28 November 2022



Matius 8:5-11

Yesus kagum dengan ungkapan seorang perwira yang memohon kepada-Nya dengan penuh iman untuk kesembuhan bagi hambanya yang sakit. “Tetapi jawab perwira itu kepada-Nya: “Tuan, aku tidak layak menerima Tuan di dalam rumahku, katakan saja sepatah kata, maka hambaku itu akan sembuh.” (Mat 8:8).  Seorang perwira tersebut meminta sesuatu bukan dirinya sendiri, dan ia bukan berasal dari kalangan orang Yahudi, maka dari itu tampak bahwa orang yang percaya kepada Yesus bukan saja berasal dari kalangan orang Yahudi, dan bahkan orang-orang Yahudi sendiri tidak punya kedalaman iman seperti yang dihayati oleh perwira tersebut ; orang yang telah dianggap sebagai orang asing oleh mereka. “Setelah Yesus mendengar hal itu, heranlah Ia dan berkata kepada mereka yang mengikuti-Nya: “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya iman sebesar ini tidak pernah Aku jumpai pada seorang pun di antara orang Israel.” (Mat 8:10).

Dengan demikian kehidupan orang beriman tidak cukup ditandai dengan masuk didalam suatu perkumpulan orang dengan segala macam kegiatan-kegiatan rohani dan sosial, yang mengatasnamakan onggota orang beriman ( seperti kalangan orang Yahudi, sebagai bangsa terpilih), namun lebih dari itu, apakah mereka secara tulus mau percaya , mengandalkan Allah dan bertidak serta bertutur kata yang baik sebagai anak-anak terang, dan  sebagai murid-murid Kristus? Jika mereka hanya bangga dengan kemegahan fisik, penampilan yang bagus dalam pelayanan,  dan padatnya kagiatan yang diikuti, namun dalam kehidupan keseharian masih tetap sama ; mengutamakan kepentingan pribadi, sombong, tidak peduli dengan sesamanya (keluarga, tetangga, masyarakat),  tidak peka akan kesulitan orang-orang yang miskin/lemah/sakit, berlaku jahat, dan mengejar kenyamanan pribadi semata,  maka iman mereka patut dipertanyakan.

Oleh karena itu, siapa yang benar-benar beriman kepada Kristus, adalah mereka yang semakin sadar akan segala kelemahan dan dosa-dosanya. Dengan sikap yang demikian maka ia akan bertumbuh dalam kerinduan dan kepekaan akan belas kasih Allah dan pengampunan-Nya. Tuhan akan datang kepada mereka yang rendah hati, yaitu mereka yang mau mendengarkan Sabda-Nya dan melakukan kehendak-Nya. “Pada hari terakhir banyak orang akan berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan, bukankah kami bernubuat demi nama-Mu, dan mengusir setan demi nama-Mu, dan mengadakan banyak mujizat demi nama-Mu juga?  Pada waktu itulah Aku akan berterus terang kepada mereka dan berkata: Aku tidak pernah mengenal kamu! Enyahlah dari pada-Ku, kamu sekalian pembuat kejahatan!”(Mat 7:22-23).

Didik, CM

Matius dan Injilnya

Posted by Romo Valentinus Bayuhadi Ruseno OP on November 27, 2022
Posted in renungan  | Tagged With: , ,

Minggu Pertama Adven (A)
27 November 2022
Matius 24:37-44

Masa Adven menandai awal tahun liturgi Gereja. Kali ini, kita memasuki tahun Matius (tahun A) karena sebagian besar hari Minggu tahun ini, kita akan mendengarkan dan merenungkan bersama teks-teks dari Injil Matius. Sekarang, karena kita akan berziarah bersama dengan Matius, marilah kita mengenal sang penginjil ini dan Injilnya.

Asal-usul, komposisi dan kepengarangan Injil ini telah menjadi bahan diskusi dan perdebatan yang tak ada habisnya di antara para ahli kitab suci modern. Namun, tradisi panjang Gereja Katolik dengan tegas menyatakan bahwa rasul Matius adalah penulisnya, dan banyak saksi kuno, seperti Santo Irenaeus (sekitar tahun 130-200), Santo Klemens dari Aleksandria (sekitar tahun 150-215) dan Uskup Eusebius dari Kaisarea (sekitar tahun 260 – 340) bersaksi bahwa Matius memang penulisnya.

Karakteristik yang menarik dari Injil Matius adalah karakter Yahudinya. Dipercaya bahwa pembaca asli dari Injil Matius adalah orang-orang Kristen Yahudi mula-mula. Matius banyak mengutip dari Perjanjian Lama (sekitar 60 kutipan). Ia menempatkannya dari awal sampai akhir, dari ‘… mereka akan menyebut-Nya Imanuel’ (Mat 1:23, bdk. Yes 8:10), sampai ‘Eli, Eli lema sebachtani (Mat 27:46, bdk. Mzm 22:1)’. Tidak hanya dari Perjanjian Lama, Matius juga menggunakan tradisi Yahudi pada masa Yesus, seperti tradisi tentang ‘kursi Musa’ (Mat 23:2). Jelas, Matius ingin mengajarkan bahwa Yesus adalah penggenapan janji-janji Allah dalam Perjanjian Lama. Seorang filsuf dan teolog Katolik, Peter Kreeft, merangkum Injil Matius sebagai ‘Injil dari seorang Yahudi, untuk orang Yahudi tentang Mesias Yahudi’.

Namun, meskipun sangat Yahudi, Matius tetap teguh bahwa Yesus bukan hanya Juruselamat orang Yahudi saja, tetapi untuk semua orang. Hanya dalam Matius, kita memiliki kisah tentang orang-orang Majus, yang menjadi perwakilan bangsa-bangsa, yang datang dan menyembah bayi Yesus (Mat 2). Dalam Matius juga, Yesus memerintahkan para murid, “Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Putra dan Roh Kudus (Mat 28:19).” Dari Israel, untuk dunia.

Karakter lain dari Injil Matius adalah bahwa Injil Matius adalah Injil Gereja. Tentu saja, ketiga Injil lainnya juga untuk Gereja, namun hanya dalam Matius, kata ‘Gereja’ (ἐκκλησία) keluar dari mulut Yesus. Pertama, ketika Yesus akan mendirikan Gereja-Nya di atas Petrus (Mat 16:13-20) dan kedua, ketika Yesus mengajarkan koreksi persaudaraan di antara para anggota Gereja (Mat 18:17). Injil menjadi piagam dasar Gereja kita, Gereja yang didirikan Yesus. Tidak heran mengapa Injil Matius menjadi favorit banyak orang kudus.

Kembali ke kisah hidup Matius, kita tahu bahwa ia adalah seorang mantan pemungut cukai (Mat 9:9-13). Yesus memanggilnya dan ia bangkit, meninggalkan segala sesuatu, dan mengikuti Yesus. Namun, ia tidak benar-benar meninggalkan segalanya. Ia membawa serta kapasitas intelektual dan keahliannya sebagai pemungut cukai dan menggunakannya untuk menulis Injil dan membawa orang lebih dekat kepada Yesus.

Masa Adven mempersiapkan kita untuk kedatangan Yesus, dan undangan adalah apa yang akan kita persembahkan kepada Yesus ketika Dia datang. Jika Matius memberikan hidupnya dan keahliannya dalam menulis kepada Yesus, apa yang akan kita persembahkan kepada Yesus di Masa Adven ini?
Dalam masa Adven ini juga, saya mengundang Anda untuk membaca seluruh Injil Matius. Mari kita habiskan satu pasal untuk setiap hari di Masa ini, sebagai bagian dari latihan rohani kita.

Roma
Valentinus Bayuhadi Ruseno, OP

Translate »