Header image alt text

indonesian catholic online evangelization

IMAN FONDASI HIDUP

Posted by admin on January 30, 2015
Posted in renungan 

Sabtu, 31 Januari 2015

Ibr 11:1-2,8-19

Mrk 4:35-41

Setelah Yesus menghardik angin taufan, Yesus menegur para murid-Nya karena mereka kurang percaya. Karena mereka tidak percaya, mereka merasakan takut dan cemas saat badai datang. Oleh karena itu iman menjadi fondasi hidup yang mampu mengatasi segala macam kecemasan dan akhirnya menemukan ketenangan, damai dan bahagia. Kita tidak merasakan hidup sendirian karena dengan iman kita merasakan penyertaan Tuhan.

Kita membutuhkan kekuatan dari Tuhan karena kita menyadari bahwa kita banyak memiliki keterbatasan dan kelemahan. Ketika badai kehidupan datang kita membutuhkan kekuatan. Jika hanya mengandalkan diri sendiri dan manusia, maka kita akan kecewa. Hanya Tuhan saja yang bisa menjadi sandaran, kekuatan dan motivasi dalam hidup. Tuhan tidak pernah mengecewakan kita. Dia selalu siap untuk menopang kita agar berani menghadapi kenyataan hidup dan menemukan kebijaksanaan disana.

Manusia tidak lepas dari kesulitan dan tantangan hidup. Namun kita menjadi tenang ketika memiliki pegangan hidup yaitu iman kepada Tuhan Yesus Kristus. Tuhan tahu bahwa manusia memiliki kekurangan dan kelemahan, maka Dia datang ingin menopang manusia agar selalu kuat dalam hidup. Persoalannya apakah setiap manusia mau menerima Tuhan Yesus? Iman adalah jawaban pribadi manusia atas cinta kasih Tuhan. Dengan demikian iman membutuhkan keberanian untuk sungguh yakin bahwa Tuhan Yesus selalu menyertai kita.

Tuhan yang Maha Kasih, tambahkanlah selalu iman kepada kami agar kami siap untuk melaksanakan kehendak Mu. Kuatkanlah kami yang lemah ini agar kami siap mewartakan kasih dan kebaikan Mu kepada sesama kami. Demi Kristus, Tuhan dan mengantara kami. Amin.

Tuhan Kasihanilah kami

Posted by admin on January 29, 2015
Posted in videocast 

HIDUP DALAM KERAJAAN ALLAH

Posted by admin on January 29, 2015
Posted in renungan 

Jumat, 30 Januari 2015

Ibr 10:32-39

Mrk 4:26-34

Kerajaan Allah hadir dalam hidup kita ketika kita hidup dalam kasih. Kasih menjadikan hidup kita penuh damai dan bahagia. Kasih tersebut bersumber dari Allah. Maka Kerajaan Allah adalah suasana dimana hati kita dipenuhi oleh Kasih Allah. Buah dari Kerajaan Allah tersebut adalah kedamaian. Hidup yang penuh damai tidak hanya dirasakan diri sendiri melainkan juga akan memancar keluar kepada orang-orang yang ada disekitar kita.

Semua itu bisa terwujud dimulai dari perkara-perkara atau hal-hal kecil, yaitu mulai dengan menghayati iman bahwa Allah mengasihi dan menyertai dalam peristiwa hidup sehari-hari. Iman tersebut dipupuk hari demi hari dengan ketekunan berdoa dan merenungkan Sabda-Nya. Iman yang dihayati ini pada akhirnya akan berbuah dalam perbuatan-perbuatan kasih, suka-cita dan damai. Dengan demikian Kerajaan Allah bisa terwujud bila kita menghayati iman secara nyata dalam hidup sehari-hari.

Kesaksian hidup orang beriman menjadi inspirasi yang membawa pada perubahan yang baik bagi sesama disekitarnya. Sebagai contoh lewat kesaksian hidup yang penuh kasih dengan mau memaafkan kesalahan sesama, maka orang melihatnya akan terdorong juga untuk melakukannya. Pada intinya Kerajaan Allah terwujud dalam kehidupan kita ketika kita hidup sejalan dengan kehendak Allah ; hidup dalam kasih dan penuh harapan.

Tuhan Yesus, kami bersyukur kepadaMu. Engkau telah menunjukkan cara bagaimana mengalami hidup dalam Kerajaan Mu, yaitu dengan setia melakukan Kehendak Mu dengan hidup dalam kasih. Semoga kami selalu tekun dan setia hidup dalam kasih, agar Kerajaan Mu semakin meluas di dunia ini. Demi Kristus, Tuhan dan pengantara kami. Amin.

MENJADI PELITA BAGI SESAMA

Posted by admin on January 28, 2015
Posted in renungan 

Kamis, 29 Januari 2015

Ibr 10:19-25

Mrk 4:21-25

Tuhan menganugerahkan panggilan sebagai orang beriman. Iman adalah pelita yang menerangi hati dan akal budi kita. Oleh karena itu iman tidak bisa hanya disimpan hanya untuk dirinya sendiri. Iman pada hakekatnya adalah anugerah Allah dan jawaban manusia untuk mau mengikuti Kristus dalam kehidupan sehari-hari. Jawaban manusia itu adalah menjadi pribadi yang memancarkan kasih dan kebaikan Tuhan.

Jika orang mengatakan sebagai orang beriman namun hidupnya lebih mementingkan diri-sendiri dan bahkan menjadi batu sandungan bagi sesamanya maka perlu melihat kembali apakah artinya beriman dan menjadi murid Kristus. Pelita selalu memancarkan cahaya untuk sekitarnya. Demikian juga iman, seharusnya selalu memancarkan kasih Allah untuk orang-orang disekitarnya.

Pertanyaan penting kita adalah, bagaimanakah dampak kehadiran kita dalam keluarga, komunitas dan masyarakat? Jika segala yang kita lakukan bersumber dari iman dengan hidup baik, rendah hati, pemurah, penuh kasih, suka menolong, adil, jujur, setia dan penuh damai, maka kehadiran kita akan menjadi berkat bagi sesama. Sebaliknya jika kita hanya memikirkan diri sendiri dan egois, maka kita tidak memancarkan Kasih Tuhan Yesus dan itu berarti juga mengingkari iman dan Kristus yang kita imani.

Tuhan Yesus yang Maha Kasih, trima kasih atas Kasih yang Engkau curahkan kepada kami. Engkau telah memilih kami untuk menjadi pelita bagi sesama. Kami menyadari ada banyak kelemahan dalam diri ini yang membuat pelita tersebut redup. Tambahkanlah iman kami, agar kami selalu bersemangat untuk mewartakan Kasih-Mu kepada sesama. Demi Kristus, Tuhan dan pengantara kami, Amin.

HATI YANG LAYAK UNTUK TUHAN

Posted by admin on January 27, 2015
Posted in renungan  | 2 Comments

Rabu, 28 Januari 2015

Ibr 10:11-18

Mrk 4:1-20

Bagaimanakah tanah hati kita? Apakah seperti digambarkan dalam Injil sebagai tanah yang subur? Atau berbatu atau penuh dengan semak duri? Tanah berbatu memiliki lapisan tanah yang tipis sehingga tidak memiliki akar yang dalam. Hal itu menggambarkan pribadi yang tidak memiliki iman yang dalam (dangkal). Akibatnya mereka mudah putus-asa dan mudah ingkar janji (tidak setia). Tanah yang penuh dengan semak duri membuat tanaman yang ada tidak bisa tumbuh menjadi besar karena terhimpit oleh semak duri, menggambarkan pribadi yang terhimpit dengan segala macam ketakutan, egoisme dan kelekatan-kelekatan nafsu duniawi.

Sedangkan tanah yang subur merupakan tempat yang baik untuk tanaman agar tumbuh dengan sehat dan akhirnya menghasilkan buah berlimpah. Hal ini menggambarkan pribadi yang kuat dalam iman sehingga bisa mengalirkan banyak perbuatan kasih. Bagaimana agar kita menjadi tanah yang subur dan baik? Jika kita ingin menjadi tanah yang subur, maka jalan yang perlu kita tempuh adalah menjadi pibadi yang rendah hati. Kerendahan hati membuat kita menjadi pribadi yang tidak keras dengan ego kita sendiri, sebaliknya menjadi pribadi yang terbuka dan lemah lembut sehingga memungkinkan untuk bisa menerima segala masukkan yang baik lewat orang lain, pengalaman hidup dan lewat hidup rohani (relasi dengan Tuhan).

Pribadi yang rendah hati lebih mudah untuk diubah menjadi semakin baik. Sebaliknya hati yang keras, sulit untuk menerima masukkan dan bimbingan Tuhan. Kerendahan hati memungkinkan seseorang mengalami bimbingan Tuhan, karena mereka adalah pribadi yang siap belajar dan siap juga untuk mengikuti kehendak Allah. Oleh karena itu hidupnya akan dipenuhi oleh rahmat Tuhan dan mampu berbuah dalam banyak perbuatan kasih.

Tuhan Yesus yang Maha Kasih, Engkau telah menunjukkan jalan bagaimana agar kami menjadi pribadi yang pantas menerima KasihMu dalam hidup kami. Bimbinglah kami selalu agar kami menjadi pribadi yang rendah hati dan akhirnya siap untuk mewartakan Kasih Mu. Demi Kristus, Tuhan dan mengantara kami. Amin.

Translate ยป