
Posted by admin on May 30, 2017
Posted in renungan

Perayaan Maria mengunjungi Elisabeth mengundang kita masuk dalam sebuah relasi personal yang dalam antara kedua wanita. Kedua kisah kelahiran anak mereka akan disambut dengan nyanyian Zakariah, dan kidung Simeon saat Yesus dipersembahkan dalam Bait Allah. Ada dua Makna yang bisa digali dari kisah pertemuan mereka berdua.
Pertama, kedua perempuan ini mengesampingkan agenda pribadi dan fokus akan tugas baru yang akan mereka emban. Keduanya tahu akan masa depan besar yang membayangi, dan kadang menakutkan karena anak-anak mereka adalah utusan khusus Tuhan. Pastilah mereka bermenung, “Apa yang harus disiapkan untuk masa depan anak ini? Konsekuensi apa yang harus mereka tanggung? Bahaya dan kesulitan yang akan segera dihadapi? Semua pertanyaan muncul kala mereka berbagi kisah hidup yang hampir sama.
Kedua, Tuhan tak pernah menunda pekerjaanNya. Maria mendatangi Elisabeth dengan tergesa-gesa. Santo Ambrosius dari Milan berkata, “Nescit tarde molimina Spiritus Santi Gracia”, artinya “Rahmat Roh Kudus tak pernah menunda usaha-usaha kita.” Kalau seseorang mau bekerja sama dengan Roh Tuhan yang bekerja, ia tak akan menunda karya baik Allah. Namun kalau seseorang kurang mau ikut serta dalam pekerjaan Tuhan, ia akan menunda bahkan tak akan melaksanakannya.
Ketika rahmat Allah bertumbuh dalam hati seseorang. Ia akan bekerja dan mendesak orang untuk berbuat sesuatu atau melakukan hal yang tak pernah dia bayangkan sebelumnya. Kita berdoa agar rahmat Roh Kudus yang akan Allah berikan dalam Pentakosta juga membuat kita mau bekerja bersama Dia, tak menunda pekerjaan Tuhan yang dipercayakan pada kita.
Posted by Romo Valentinus Bayuhadi Ruseno OP on May 27, 2017
Posted in renungan
Posted by admin on May 27, 2017
Posted in renungan
Sabtu, 27 Mei 2017
St. Agustinus dr Centerbury; St. Yulius
Dalam Nama Yesus permintaan kita dikabulkan oleh Bapa di Surga
Yoh. 16:23b–28
Dalam amanat perpisahan-Nya Yesus berkata kepada murid-murid-Nya, “Aku berkata kepadamu:
Sesungguhnya segala sesuatu yang kamu minta kepada Bapa, akan diberikan-Nya kepadamu dalam nama-Ku. Sampai sekarang kamu belum meminta sesuatu pun dalam nama-Ku. Mintalah maka kamu akan menerima, supaya penuhlah sukacitamu. Semuanya ini Kukatakan kepadamu dengan kiasan. Akan tiba saatnya Aku tidak lagi berkata-kata kepadamu dengan kiasan, tetapi terus terang memberitakan Bapa kepadamu. Pada hari itu kamu akan berdoa dalam nama-Ku. Dan tidak Aku katakan kepadamu, bahwa Aku meminta bagimu kepada Bapa, sebab Bapa sendiri mengasihi kamu, karena kamu telah mengasihi Aku dan percaya, bahwa Aku datang dari Allah. Aku datang dari Bapa dan Aku datang ke dalam dunia; Aku meninggalkan dunia pula dan pergi kepada Bapa.”
Dalam bacaan injil hari ini, Yesus berbicara sebagai seorang yang akan pergi meninggalkan dunia ini dan kembali kepada Bapanya. Dalam kata perpisahanNya, Yesus memberikan peneguhan kepada para muridnya untuk meminta kepada Bapanya, apa saja yang mereka butuhkan dan apa yang diminta pasti didengarkan. Mereka harus meminta atas namanya, mereka harus meminta sesuai dengan apa yang Dia kehendaki untuk mereka. Ketika mereka meminta sebagaimana Dia kehendaki, Yesus berjanji akan mengabulkan doa-doa mereka dan sukacita mereka akan penuh.
Yesus mengajak kita semua pengikutnya untuk meminta kepada Bapa, apa saja yang kita butuhkan dalam hidup kita harus sesuai dengan kehendakNya. Kadang kita butuh bantuan dalam menghadapi tantangan yang sering kali membuat kita putus asa. Dalam situasi seperti itu kita butuh doa, meminta bantuan Tuhan karena hanya Dia sendiri yang dapat memampukan kita untuk menghadapi semuanya itu.
Yesus menegur para muridnya, “sampai sekarang kamu belum meminta sesuatu pun dalam nama-Ku. Mintalah maka kamu akan menerima, supaya penuhlah sukacitamu.” Yesus mengajak kita untuk meminta apa yang kita butuhkan dalam namanya, menjalani hidup kita sebagai pengikutnya tidak berdasarkan pada kekuatan kita, akan tetapi pada kesatuan dengannya, menyadari ketergantungan kita padanya.
Posted by admin on May 25, 2017
Posted in renungan
Jumat, 26 Mei 2017
Tidak ada seorang pun yang dapat merampas kegembiraanmu itu dari kamu
Yoh 16:20-23a
Sesungguhnya Aku berkata kepadamu: Kamu akan menangis dan meratap, tetapi dunia akan bergembira; kamu akan berdukacita, tetapi dukacitamu akan berubah menjadi sukacita. Seorang perempuan berdukacita pada saat ia melahirkan, tetapi sesudah ia melahirkan anaknya, ia tidak ingat lagi akan penderitaannya, karena kegembiraan bahwa seorang manusia telah dilahirkan ke dunia. Demikian juga kamu sekarang diliputi dukacita, tetapi aku akan melihat kamu lagi dan hatimu akan bergembira dan tidak ada seorang pun yang dapat merampas kegembiraanmu itu dari kamu. Pada hari itu kamu tidak akan menanyakan apa-apa kepada-Ku.
Sangat menarik Yesus menggambarkan situasi yang akan dialami oleh para muridnya setelah mereka berpisah dengan Yesus sama seperti seorang yang sedang melahirkan. Sebagaimana seorang wanita berdukacita saat ia melahirkan, tetapi sesudah melahirkan anaknya, ia tidak lagi ingat akan penderitaannya karena kegembiraannya akan anaknya yang telah lahir.
Yesus sangat yakin bahwa para muridnya akan mengalami banyak tantangan, rintangan dan penderitaan ketika mereka berusaha untuk melanjutkan misi Yesus Kristus. Sebaliknya Yesus juga meneguhkan mereka bahwa, Jangan takut karena Dia akan melihat mereka lagi dan hati mereka akan di penuhi dengan sukacita dan sukacita mereka tidak akan dirampas oleh siapapun juga.
Sebagai pengikut Yesus, kita pun mendapat janji yang sama. Kita mengalami bahwa perjalanan kita sebagai murid Yesus di dunia ini tidaklah mudah. Kita mengalami banyak tantangan, cobaan dan penderitaan. Kita seakan seperti wanita yang melahirkan. Kita dapat saja bertanya kepada Yesus, “mengapa hidup ini sulit? Yesus mungkin sedang mengarahkan perhatian kita kepadaNya. Dia akan mengatakan hal yang sama seperti Dia katakan kepada para muridnya; “Aku akan melihat kamu lagi dan hatimu akan bergembira dan tidak ada seorang pun yang dapat merampas kegembiraanmu itu dari kamu. Biarkan kalimat Yesus “tidak ada seorang pun yang dapat merampas kegembiraanmu itu dari kamu” menjadi kekuatanmu.
Bagaimana supaya kegembiraan itu tidak saja dirampas dari kita? Kita butuh tiga hal:
Iman. Yesus meminta kita untuk tetap percaya padaNya baik dalam sukacita ataupun dukacita, baik dalam penderitaan atau kegembiraan. Kita tahu hidup kita sebagai pengikut Yesus selalu tidak mudah, tetapi jika kita memiliki iman yang kuat, kita akan melewati segala pencobaan itu.
Harapan. Yesus selalu meminta kita, jangan hilang harapan! Sebagaimana perempuan yang melahirkan tetap fokus pada melahirkan anaknya, kita juga tetap fokus pada kehidupan kekal yang dijanjikan Yesus. Jangan pernah menyerah untuk mencapai hal-hal yang baik dalam hidup ini, terutama apa yang telah Yesus janjikan kepada kita.
Kasih. Yesus meringkas seluruh perintah taurat dalam dua statement: “cintailah Tuhan Allahmu dengan segenap akan budimu, segenap hatimu dan segenap jiwamu; dan Cintailah sesamamu seperti dirimu sendiri. Setelah melahirkan, seorang ibu akan mencintai anaknya sampai pada titik menyerahkan seluruh hidupnya demi anak yang dicintainya. Sejauh mana kita mencintai Tuhan dan sesama kita sebagaimana seorang ibu mencintai bayinya setelah melahirkan?
Semoga keutamaan-keutamaan: iman, harap dan kasih menjadikan senjata ampuh dalam melawan setan yang setiap saat merampas kegembiraan kita dalam mengikuti Yesus..