Header image alt text

indonesian catholic online evangelization

Roh Kudus sumber Sukacita

Posted by admin on May 31, 2017
Posted in Podcast 

Pesta Maria Mengunjungi Elisabeth

Posted by admin on May 30, 2017
Posted in renungan 

Related image

Perayaan Maria mengunjungi Elisabeth mengundang kita masuk dalam sebuah relasi personal yang dalam antara kedua wanita. Kedua kisah kelahiran anak mereka akan disambut dengan nyanyian Zakariah, dan kidung Simeon saat Yesus dipersembahkan dalam Bait Allah. Ada dua Makna yang bisa digali dari kisah pertemuan mereka berdua.

Pertama, kedua perempuan ini mengesampingkan agenda pribadi dan fokus akan tugas baru yang akan mereka emban. Keduanya tahu akan masa depan besar yang membayangi, dan kadang menakutkan karena anak-anak mereka adalah utusan khusus Tuhan. Pastilah mereka bermenung, “Apa yang harus disiapkan untuk masa depan anak ini? Konsekuensi apa yang harus mereka tanggung? Bahaya dan kesulitan yang akan segera dihadapi? Semua pertanyaan muncul kala mereka berbagi kisah hidup yang hampir sama.

Kedua, Tuhan tak pernah menunda pekerjaanNya. Maria mendatangi Elisabeth dengan tergesa-gesa. Santo Ambrosius dari Milan berkata, “Nescit tarde molimina Spiritus Santi Gracia”, artinya “Rahmat Roh Kudus tak pernah menunda usaha-usaha kita.” Kalau seseorang mau bekerja sama dengan Roh Tuhan yang bekerja, ia tak akan menunda karya baik Allah. Namun kalau seseorang kurang mau ikut serta dalam pekerjaan Tuhan, ia akan menunda bahkan tak akan melaksanakannya.

Ketika rahmat Allah bertumbuh dalam hati seseorang. Ia akan bekerja dan mendesak orang untuk berbuat sesuatu atau melakukan hal yang tak pernah dia bayangkan sebelumnya. Kita berdoa agar rahmat Roh Kudus yang akan Allah berikan dalam Pentakosta juga membuat kita mau bekerja bersama Dia, tak menunda pekerjaan Tuhan yang dipercayakan pada kita.

Leaving Jesus

Posted by Romo Valentinus Bayuhadi Ruseno OP on May 27, 2017
Posted in renungan 

Leaving Jesus
 
Ascension Sunday
May 28, 2017
Matthew 28:16-20
 
“Go therefore and make disciples of all nations, baptizing them in the name of the Father and of the Son and of the Holy Spirit (Mat 28:18)”
The typical image of Ascension we have is Jesus is being lifted to the sky, while the disciples are prayerfully watching Him disappear. It is precisely called ‘Ascension’ because the risen Christ, after spending some time on earth, ascends into heaven, going back to the Father. In the movie Risen, the Ascension was depicted slightly different. Jesus does not fly to the heaven, but He is simply standing before His disciples, and lo and behold, the immense light appears and engulfs Jesus, and He suddenly disappears from their eyes. Though it has different details, the Ascension speaks to us about Jesus parting away from His disciples: Jesus leaves the disciples’ presence and goes back to His Father.
However, in the Gospel of Matthew, we have a fundamentally different story of Ascension. In fact, Matthew has technically no story of Ascension. In the last part of Matthew’a Gospel, neither Jesus was taken into heaven nor He left. What Jesus did was to send the disciples to make disciples of all nations, to baptize them and to teach them. It is actually the disciples who are moving away from Jesus. The Gospel of Matthew ends with Jesus’ promise that He will be with His disciples until the end of time. It is clear that in Matthew, Jesus never left His disciples. As the disciples were moving on with their new lives as apostles, Jesus remained and journey together with them.
I entered the minor seminary as early as 14. As I was leaving my home, it was not easy both for me and my parents. There were psychological anxieties and emotional longings to go home. But, the feelings subsided after some time, and a big factor was that my parents allowed and supported my decision to be away from them. They set me free and allowed me to go as a mature man creating his own destiny. Yet, I also realize that they actually never leave me. Biologically speaking, I have in my body the genes of my parents. Not only that, my actions reflect the upbringing that they provided me. From them, I learn the love for God and the Church, discipline and hard work, and basic leadership skills. What people see is me, but what I give them are coming from my parents.
In Ascension, Jesus does not keep us under His arms, He does not suppress our growth, and He does not want that we remain childish permanently. Jesus sets us, His disciples, free and empowers us to become men and women who forge our own paths. We need to leave Jesus so we may become His mature and free apostles. Yet, He never leaves us. We bring Jesus with us because Jesus has formed us in His image. As we receive Jesus from our parents, teachers, catechists, and priests, and after living with Jesus as His disciples, now it is our turn to preach and share Jesus to others, as we make all nations His disciples.
 
Br. Valentinus Bayuhadi Ruseno, OP

Dalam Nama Yesus permintaan kita dikabulkan oleh Bapa di Surga

Posted by admin on May 27, 2017
Posted in renungan 

Sabtu, 27 Mei 2017

St. Agustinus dr Centerbury; St. Yulius

Dalam Nama Yesus permintaan kita dikabulkan oleh Bapa di Surga

Yoh. 16:23b–28

Dalam amanat perpisahan-Nya Yesus berkata kepada murid-murid-Nya, “Aku berkata kepadamu:

Sesungguhnya segala sesuatu yang kamu minta kepada Bapa, akan diberikan-Nya kepadamu dalam nama-Ku. Sampai sekarang kamu belum meminta sesuatu pun dalam nama-Ku. Mintalah maka kamu akan menerima, supaya penuhlah sukacitamu. Semuanya ini Kukatakan kepadamu dengan kiasan. Akan tiba saatnya Aku tidak lagi berkata-kata kepadamu dengan kiasan, tetapi terus terang memberitakan Bapa kepadamu. Pada hari itu kamu akan berdoa dalam nama-Ku. Dan tidak Aku katakan kepadamu, bahwa Aku meminta bagimu kepada Bapa, sebab Bapa sendiri mengasihi kamu, karena kamu telah mengasihi Aku dan percaya, bahwa Aku datang dari Allah. Aku datang dari Bapa dan Aku datang ke dalam dunia; Aku meninggalkan dunia pula dan pergi kepada Bapa.”

Dalam bacaan injil hari ini, Yesus berbicara sebagai seorang yang akan pergi meninggalkan dunia ini dan kembali kepada Bapanya. Dalam kata perpisahanNya, Yesus memberikan peneguhan kepada para muridnya untuk meminta kepada Bapanya, apa saja yang mereka butuhkan dan apa yang diminta pasti didengarkan. Mereka harus meminta atas namanya, mereka harus meminta sesuai dengan apa yang Dia kehendaki untuk mereka. Ketika mereka meminta sebagaimana Dia kehendaki, Yesus berjanji akan mengabulkan doa-doa mereka dan sukacita mereka akan penuh.

Yesus mengajak kita semua pengikutnya untuk meminta kepada Bapa, apa saja yang kita butuhkan dalam hidup kita harus sesuai dengan kehendakNya. Kadang kita butuh bantuan dalam menghadapi tantangan yang sering kali membuat kita putus asa. Dalam situasi seperti itu kita butuh doa, meminta bantuan Tuhan karena hanya Dia sendiri yang dapat memampukan kita untuk menghadapi semuanya itu.

Yesus menegur para muridnya, “sampai sekarang kamu belum meminta sesuatu pun dalam nama-Ku. Mintalah maka kamu akan menerima, supaya penuhlah sukacitamu.” Yesus mengajak kita untuk meminta apa yang kita butuhkan dalam namanya, menjalani hidup kita sebagai pengikutnya tidak berdasarkan pada kekuatan kita, akan tetapi pada kesatuan dengannya, menyadari ketergantungan kita padanya.

Jumat, 26 Mei 2017

Tidak ada seorang pun yang dapat merampas kegembiraanmu itu dari kamu

Yoh 16:20-23a

Sesungguhnya Aku berkata kepadamu: Kamu akan menangis dan meratap, tetapi dunia akan bergembira; kamu akan berdukacita, tetapi dukacitamu akan berubah menjadi sukacita. Seorang perempuan berdukacita pada saat ia melahirkan, tetapi sesudah ia melahirkan anaknya, ia tidak ingat lagi akan penderitaannya, karena kegembiraan bahwa seorang manusia telah dilahirkan ke dunia. Demikian juga kamu sekarang diliputi dukacita, tetapi aku akan melihat kamu lagi dan hatimu akan bergembira dan tidak ada seorang pun yang dapat merampas kegembiraanmu itu dari kamu. Pada hari itu kamu tidak akan menanyakan apa-apa kepada-Ku.

Sangat menarik Yesus menggambarkan situasi yang akan dialami oleh para muridnya setelah mereka berpisah dengan Yesus sama seperti seorang yang sedang melahirkan. Sebagaimana seorang wanita berdukacita saat ia melahirkan, tetapi sesudah melahirkan anaknya, ia tidak lagi ingat akan penderitaannya karena kegembiraannya akan anaknya yang telah lahir.

Yesus sangat yakin bahwa para muridnya akan mengalami banyak tantangan, rintangan dan penderitaan ketika mereka berusaha untuk melanjutkan misi Yesus Kristus. Sebaliknya Yesus juga meneguhkan mereka bahwa, Jangan takut karena Dia akan melihat mereka lagi dan hati mereka akan di penuhi dengan sukacita dan sukacita mereka tidak akan dirampas oleh siapapun juga.

Sebagai pengikut Yesus, kita pun mendapat janji yang sama. Kita mengalami bahwa perjalanan kita sebagai murid Yesus di dunia ini tidaklah mudah. Kita mengalami banyak tantangan, cobaan dan penderitaan. Kita seakan seperti wanita yang melahirkan. Kita dapat saja bertanya kepada Yesus, “mengapa hidup ini sulit? Yesus mungkin sedang mengarahkan perhatian kita kepadaNya. Dia akan mengatakan hal yang sama seperti Dia katakan kepada para muridnya; “Aku akan melihat kamu lagi dan hatimu akan bergembira dan tidak ada seorang pun yang dapat merampas kegembiraanmu itu dari kamu. Biarkan kalimat Yesus “tidak ada seorang pun yang dapat merampas kegembiraanmu itu dari kamu” menjadi kekuatanmu.

Bagaimana supaya kegembiraan itu tidak saja dirampas dari kita? Kita butuh tiga hal:

Iman. Yesus meminta kita untuk tetap percaya padaNya baik dalam sukacita ataupun dukacita, baik dalam penderitaan atau kegembiraan. Kita tahu hidup kita sebagai pengikut Yesus selalu tidak mudah, tetapi jika kita memiliki iman yang kuat, kita akan melewati segala pencobaan itu.

Harapan. Yesus selalu meminta kita, jangan hilang harapan! Sebagaimana perempuan yang melahirkan tetap fokus pada melahirkan anaknya, kita juga tetap fokus pada kehidupan kekal yang dijanjikan Yesus. Jangan pernah menyerah untuk mencapai hal-hal yang baik dalam hidup ini, terutama apa yang telah Yesus janjikan kepada kita.

Kasih. Yesus meringkas seluruh perintah taurat dalam dua statement: “cintailah Tuhan Allahmu dengan segenap akan budimu, segenap hatimu dan segenap jiwamu; dan Cintailah sesamamu seperti dirimu sendiri. Setelah melahirkan, seorang ibu akan mencintai anaknya sampai pada titik menyerahkan seluruh hidupnya demi anak yang dicintainya. Sejauh mana kita mencintai Tuhan dan sesama kita sebagaimana seorang ibu mencintai bayinya setelah melahirkan?

Semoga keutamaan-keutamaan: iman, harap dan kasih menjadikan senjata ampuh dalam melawan setan yang setiap saat merampas kegembiraan kita dalam mengikuti Yesus..

Translate »