Rabu, 27 Februari 2019
Bac. I : Sir. 5: 1-8
Bac. Injil : Mrk. 9: 41-50
JANGAN DIMANIPULASI YA !
Oleh Dn. Reza P
Setiap dari kita pastilah mempunyai dosa. Akan tetapi, setiap dari kita sungguh dikasih oleh Allah, bahkan ketika kita berdosa pun, Allah tetap mengasihi kita. Buktinya, Ia mengutus Yesus Kristus, Putera-Nya untuk menebus dosa kita dengan wafat-Nya di kayu salib. Sampai saat ini pun, lewat kuasa Gereja-Nya, Allah memberikan pengampunan terhadap kita orang-orang berdosa melalui sakramen tobat. Maka, Allah sungguh-sungguh mengasihi kita.
Lalu, bagaimana dengan kita yang telah menerima rahmat kasih Allah tersebut? apakah kita mensyukuri rahmat kasih itu dengan sungguh-sungguh membangun pertobatan dalam hidup kita? ataukah kita justru semakin bertindak semau kita dengan rahmat kasih itu? Bacaan pertama hari ini mengingatkan kepada kita untuk “Jangan menyangka pengampunan terjamin, sehingga engkau menimbun dosa demi dosa.” (Sir. 5:5). Artinya kita diajak untuk bertanggungjawab atas rahmat kasih yang telah kita terima dari Allah. Caranya adalah dengan membangun sikap tobat yang semakin kuat di dalam hidup kita.
Injil hari ini memberi gambaran yang jelas bagaimana pertobatan itu dibangun, yakni kita diajak untuk berani dengan tegas dalam memutus segala tindakan yang menyebabkan kita jatuh ke dalam dosa. Yesus berkata, “jika tanganmu menyesatkan engkau penggallah; jika kakimu menyesatkan engkau penggallah; jika matamu menyesatkan engkau, cungkillah …” Melalui ungkapan-ungkapan tersebut Yesus mengajak kita untuk tidak berkompromi terhadap dosa. Kita dipanggil untuk menjadi semakin militan dalam memerangi hawa nafsu dan bujuk rayu dosa dalam diri kita.
Hari ini kita belajar bagaimana menghargai rahmat kasih Allah, yakni mencintai-Nya dengan militan, tidak berkompromi terhadap dosa. Janganlah belas kasih Allah dimanipulasi sebagai pembenaran kita untuk semakin berbuat dosa, melainkan untuk semakin mencintai-Nya dengan segenap jiwa dan raga.
Semakin cinta Tuhan, semakin gak nafsu sama dosa. Semoga Tuhan memberkati kita.