HARI JUMAT DALAM OKTAVE PASKAH
1 April, 2016
Kisah Para Rasul 4:1-12
Yohanes 21:1-14
Saudara-saudari terkasih,
Pada hari Minggu Paskah kemarin 27 Maret, 2016 pagi hari diberitakan bahwa Mother Mary Angelica the Annunciation pendiri dari EWTN (Eternal Word Television Network) meninggal dunia dalam usia 93 tahun(1923-201. Beliau sungguh seorang wanita yang sangat besar dedikasinya kepada tugas pewartaan berangkat dari kepercayaannya kepada Yesus. Pernah Mother Mary Angelica diwanwancarai beliau ditanya sehubungan dengan karya besarnya di dunia pertelevisian: “What did she consider her lives achievement?” She said, “What I considered was the congregation of the sisters, the priests and brothers, not the EWTN. Nothing is last forever!” Mendengar bahwa Mother Angelica meninggal pada hari minggu Paskah, Paus Emeritus Benedictus XVI langsung mengirim berita ikut berdukacitanya dengan mengatakan: “What’s a gift for Mother Angelica died on Easter Sunday!” Paus Fransicus pun dalam urbi et orbi dihadapan ribuan umat yang memadati St. Peter’s square memberikan berkat khusus untuk Mother Angelica sambil menunjuk ke surge Paus Franiscus mengatakan bahwa Mother Angelica telah menikmati kebahagiaan di surge…”She is in heaven”. Saat ini jenazahnya dibaringkan di Shrine of the Blessed Sacrament di Hanceville, Alabama. Sudah sejak hari Minggu Paskah EWTN terus menerus menayangkan riwayat hidupnya, perjuangannya, pengabdiannya, kepercayaannya kepada kebesaran dan kuasa Tuhan yang telah mempercayakan tugas pewartaan injil dalam dan melalui media ini kepada dunia. Dikatan bahwa ia memulai siaran Televisinya di garasi biara dan kemudian berkembang menjadi EWTN yang bisa menyentuh, menjamah dan melayani kebutuhan hidup iman umat seluruh dunia.
Melihat riwayat hidup Mother Angelica diatas, sesuai dengan bacaan-bacaan hari ini kita diajak untuk merenungkan seberapa efektip kita mempergunakan waktu kita untuk tugas yang Tuhan berikan dan atau percayakan kepada kita untuk mewartakan kasih setiaNya kepada mereka yang merindukan dan membutuhkannya? Teristimewa menghadapi hidup sementara orang dalam dunia modern ini yang mengandalkan kepercayaannya bukan kepada Tuhan, tetapi semata-semata kepada ilmu pengetahuan dan tehnology, kepada materi, kepada kekuatan politik atau kepercayaan kepada diri sendiri. Kenyataan ini membuat orang lalu percaya bahwa inilah pendekatan satu-satunya, dan kita tidak perlu lagi mengandalkan kepercayaan kita kepada Tuhan. Disini terletak perbedaan apa yang dikatakan oleh St. Paulus dalam suratnya yang pertama kepada jemaat di Korintus 4:10: “Kami bodoh oleh karena Kristus, tetapi kamu arif dalam Kristus. Kami lemah, tetapi kamu kuat. Kamu mulia, tetapi kami hina.”
Petrus dan Yohanes, bersama dengan para murid yang lain juga sudah tahu bahwa sumber kebenaran ada pada Kristus Yesus. Dengan menyaksikan Kristus yang telah bangkit dan setelah dipenuhi, dikuatkan dan diterangi oleh Roh Kudus mereka menjadi sangat yakin dan teguh dalam imannya untuk mewartakan kabar gembira, bahkan dengan berani mewartakan kepada para pemimpin Yahudi dengan mengatkan: “Batu yang telah dibuang oleh tukang bangunan, telah menjadi batu penjuru.” Oleh karena itu dengan pernyataan ini, para muridpun mau mengatakan bahwa mereka yang dianggap bodoh tetapi arif dalam Kristus.
Oleh karena itu saudara-saudariku dalam Kristus,
Untuk kita semua yang telah dibaptis dalam Kristus dan yang telah dimeterai dalam Roh Kudus dalam dan melalui Sakramen Penguatan kita masing-masing telah diberi kesempatan untuk mewartakan Kebaikan, Kebesaran dan Kerahiman Allah dalam Kristus yang telah berjalan keliling dan berbuat baik, percaya kepada Kristus yang telah bangkit. Tugas pewartaan ini tidak perlu kita harus berkonfrontasi dengan dunia, tetapi kita semua dipanggil untuk menunjukkan kasih setia kita kepada Tuhan yang telah lebih dahulu mencintai kita. Saudara, janganlah membuang-buang waktu yang telah Tuhan berikan dan percayakan kepada kita untuk mempergunakannya secara efektip. Are we fools for Christ or just foolish? Amen.