Luk 13:31-35
Pada waktu itu datanglah beberapa orang Farisi dan berkata kepada Yesus, “Pergilah, tinggalkanlah tempat ini, karena Herodes hendak membunuh Engkau. Jawab Yesus kepada mereka, “Pergilah dan katakanlah kepada si rubah itu: Aku mengusir setan dan menyembuhkan orang, pada hari ini dan besok, dan pada hari yang ketiga Aku akan selesai. Tetapi hari ini dan besok dan lusa Aku harus meneruskan perjalanan-Ku, sebab tidaklah semestinya seorang nabi dibunuh di luar Yerusalem. Yerusalem, Yerusalem, engkau yang membunuh nabi-nabi dan melempari dengan batu orang-orang yang diutus kepadamu! Berkali-kali Aku rindu mengumpulkan anak-anakmu, sama seperti induk ayam mengumpulkan anak-anaknya di bawah sayapnya, tetapi kamu tidak mau. Sesungguhnya rumahmu ini akan ditinggalkan. Tetapi Aku berkata kepadamu: Kamu tidak akan melihat Aku lagi sampai pada saat kamu berkata: Terpujilah Dia yang datang dalam nama Tuhan!”
Hampir setiap hari, ketika kita menonton TV, membaca Koran atau membuka internet, kita menemukan berita-berita tentang kejahatan. Ada penembakan, ada pembunuhan dan juga ada sekedar terror. Kejadian demi kejadian ini membuat kita bertanya kapan masyarakat atau dunia kita ini menjadi aman? Kapan kita hidup dalam kedamaian? hidup dalam kedamaian? Kita butuh dunia yang aman tenang dan damai. Setiap orang mau hidup rukun sebagai saudara. Tidak ada rasa cemas kalau berada dalam keramaian, tanpa ada ketakutan membiarkan anak-anak pergi ke sekolah sendirian, dsb.
Ketika kita membaca bacaan injil hari ini, kita juga menemukan juga bahwa 2000 tahun yang lalu Yesus juga hidup dalam situasi yang sama. Situasi yang penuh dengan kejahatan dan teror. berbahaya. “Datanglah beberapa orang Farisi dan berkata kepada Yesus, “Pergilah, tinggalkanlah tempat ini, karena Herodes hendak membunuh Engkau.” Tidak hanya Herodes yang mau membunuh Yesus, Yerusalem sendiri juga adalah tempat yang tidak nyaman, dalam sejarah, semua nabi yang di utus Tuhan untuk mewartakan pertobatan, dibunuh. Menanggapi ancaman baik Herodes maupun Kota Yerusalem sendiri, Yesus meratapinya dengan berkata “Jerusalem-Jerusalem berkali-kali Aku rindu mengumpulkan anak-anakmu, sama seperti induk ayam mengumpulkan anak-anaknya di bawah sayapnya, tetapi kamu tidak mau.
Jesus meratap dan sedih juga dengan dunia kita. Dia menangis melihat kita takut menjadi saksi manakala kebenaran harus ditegakan. Yesus meratapi kita manakala kita menolak dan mengucilkan orang kecil dan miskin. Apa yang dilakukan oleh Yesus semestinya juga menjadi hal pertama yang perlu kita buat ketika kita menghadapi situasi disekitar kita. Kita perlu mendoakan situasi dunia kita yang parah ini sebelum kita melakukan hal yang lain. Mari kita belajar dari Yesus untuk tidak lari dari persoalaan-persoalan hidup kita. Tangisi dosa dan kesalahan kita dan berani berbalik kepada Dia yang selalu rindu mengumpulkan kita anak-anakNya, seperti induk ayam mengumpulkan anak-anaknya dibawah sayapnya.