Header image alt text

indonesian catholic online evangelization

Pertobatan

Posted by admin on February 29, 2016
Posted in Podcast 

hands-in-air

Selasa, 1 Maret 2016

Posted by admin on February 29, 2016
Posted in renungan 

 

Daniel 3:25,34-43 (Kitab Deuterokanonika);

Matthew 18:21

Setiap kita pada satu titik tentu mempunyai utang yang harus kita lunasi. Tidak seorangpun yang tidak akan berterima kasih kalau hutangnya diringankan atau bahkan dihapus. Ungkapan syukur dan terima kasih mendalam itu akan semakin membuncah jikalau segenap utang kita yang sedemikian besar tho dibebaskan dari beban tanggung jawab kita.

Ketika orang Israel berdosa dan memberontak melawan Allah, Tuhan meninggalkan mereka dengan segala sembahan duniawi mereka sampai mereka bertobat dan berseru memohon belaskasihan dan pengampunan dari-Nya. Kitab Daniel mengisahkan cerita tentang Daniel dan ketiga temannya yang penuh iman Hananya, Azariah dan Mishael yang dibuang dari Yerusalem ke Babilon. Ketika Raja Babilon mencampakkan mereka ke dalam lidah api yang menyalan-nyala, mereka menyaringkan suara mereka dan meohon kepada Allah supaya Allah bukan saja berbelaskasih kepada mereka, tetapi lebih-lebih kepada seluruh kaum Israel. Mereka tidak hanya ingat keselamatan diri sendiri. Mereka juga ingat akan keselamatan saudara-saudari sebangsanya. Sebagai orang Katolik, kita juga tidak boleh hanya ingat keselamatan sendiri. Kita berusaha sebisa mungkin untuk memperjuangkan keselamatan orang lain yang muingkin nasibnya kurang menguntungkan daripada nasib kita. Nabi Yeremiah mengingatkan kita supaya belas kasihan kita tidak pernah boleh berakhir. Belas kasih itu senantiasa baru setiap pagi. Itulah panggilan kita setiap orang Kristen untuk memperbaharui belas kasihan dan sensitivitas cinta kita setiap hari, setiap pagi.

Ketika Petrus bilang pada Yesus untuk mengampuni cukup 7 kali saja, sesuatu yang melampaui hukum Taurat pada saat itu; Yesus justru meyakinkan dia untuk mengasihi dan mengampuni melewati segala takaran duniawi, melampaui segala batas, limitless/ boundless Mercy. Yesus menegaskan kepada Petrus dan juga kepada kita, kalau mau mengampuni jadilah berbelas kasih sebagaimana Bapa di surga penuh kasih. Mengampuni itu harus total, tulus dan jujur. Jangan mengampuni setengah-setengah, mengampuni lalu kemudian menggeram dan menggerutu di belakang. Yesus membuat sebuah revolusi hati dan transformasi disposisi batin. Jangan pernah ada batas untuk mengampuni. Batasi dirimu terhadap kemarahan, benci dan dendam tetapi tidak boleh ada batas dalam mengampuni.

Menjadi pengikut Kristus itu tidak pernah mudah. Kadang sukar dan penuh komplikasi. Namun, sebagaimana Yesus sudah tunjuk jalan ketika dia mengampuni wanita pendosa, ketika dia mengampuni penjahat yang bertobat di kayu salib, ketika dia memberi kesempatan bertransformasi kepada Petrus dan Thomas, kita juga berdoa semoga dia memampukan kita untuk mengasihi dan mengampuni melampui batas kemanusiaan kita. Ada pepatah yang mengatakan, to err is human, to forgive is divine. Melakukan kesalahan itu manusiawi, mengampuni itu ilahi/ penuh rahmat.

Senin, 29 Februari 2016

Posted by admin on February 28, 2016
Posted in renungan 

 

2 Raja 5:1-15; Lukas 4:24-30

Tuhan selalu menunjukkan kekuatan dan keajaibannya dalam kehidupan kita. Kuasa dan keajaibannya bekerja lebih nyata ketika kita membuka diri terhadap Tuhan sendiri. Sikap apatis dan malas tahu akan keajaiban Tuhan dalam kesementaraan dan keseharian hidup kita akan menghantar kita pada sikap pengabaian dan suka menganggap remeh. Sesungguhnya, Tuhan tetap menanti sejauh mana kita membiarkan kekuatan-Nya melepaskan kita dari dosa, keterlukaan masa lalu, ketakutan dan kecemasan-kecemasan kita. Melalui seluruh cerita Kitab Suci, kita menyaksikan betapa Allah dekat dengan manusia, betapa Dia menyatakan karya-Nya ynag penuh kuasa untuk menyelamatkan dan menebus manusia dari kematian dan kehancuran. Kita melihat bagaimana Tuhan menyelamatkan Lot dan keluarganya dari bencana Sodom dan Gomora. Kita menyaksikan betapa Yahweh menyelamatkan Nuh dan keluarganya serta pelbagai makhluk ciptaannya dari bencana air bah. Kita melihat Allah yang menolong Israel agar terlepas dari cengkeraman penguasa kejam seperti Firaun.

Hal yang Tuhan rindukan dari kita adalah sensitivitas, keterbukaan, reseptivitas untuk bekerja sama dengan rahmat-Nya. Tuhan mau menegaskan bahwa pokok keselamatan manusia bukan terutama terletak pada kesetiaan mendengarkan firman Tuhan dan mengklaim diri sebagai pengikut Kristus tetapi terutama mendengarkan dan melaksanakan firman Tuhan secara setia dan konsisten. Naaman yang dipuji Tuhan dalam injil hari ini adalah bukti bahwa Tuhan menyukai orang yang setia, orang yang mau datang kepadanya untuk membaharui diri baik secara jasmani dan rohani, orang yang sungguh membuka diri terhadap setiap rahmat yang Tuhan curahkan bagi pemulihannya secara paripurna.

Kita mengikuti Kristus bukan secara suam-suam kuku, semangat hanya pada level permukaan tetapi kemudian dingin dan beku pada level kedalaman. Contoh: Selama saya hidup bahagia dan sukses, saya akan dekat dengan Tuhan. Namun ketika saya mendpaat bencana dan jatuh sakit, saya menjadi jauh dan bahkan mempersalahkan Tuhan. Iman kita pada Tuhan tidak boleh bergantung pada seberapa beruntung atau sial kehidupan kita. Dari sosok Naaman kita belajar bahwa rahmat Tuhan itu selalu mengalir ke dalam sanubari dan kehidupan setiap orang yang mau berubah, yang ingin mentransformasi diri menjadi lebih baik. Kalau kita mengakui diri sebagai pengikut Kristus, kita perlu terbuka terhadap kerja rahmat Tuhan itu sendiri dengan bersikap terbuka, sensitif, takwa dan tawakal terhadap setiap rencana-Nya. Hidup kita akan menjadi indah dan terberkati ketika Tuhan kita jadikan sebagai sentral, sebagai penuntun, sebagai GPS kehidupan kita. Tuhan senantiasa berkarya dalam diri setiap orang yang merindukan wajah kasih dan kemurahan hatinya. Amin.

Terbuka kepada Rencana Allah

Posted by admin on February 26, 2016
Posted in Podcast 

Born_Again_by_DodgeNBurn

BERTOBAT

Posted by admin on February 26, 2016
Posted in renungan 

Mi 7:14-15,18-20

Luk 15:1-3, 11-32

Lewat kehadiran Yesus Kristus kita mengenal Allah Bapa yang penuh kerahiman/pengampunan tanpa batas. Allah adalah Bapa yang baik, yang merindukan tinggal dekat dengan anak-anakNya. Bahkan pengampunan dianugerahkan kepada semua orang berdosa yang mau bertobat. Pengampunan terjadi karena dimata Allah manusia sangat berharga dan dicintai-Nya. Karena kasihNya, semua orang diundang untuk datang kepada Nya guna menerima hidup dan keselamatan.

Apakah manusia mau menerima tawaran kasih Allah tersebut? Banyak orang tidak menyambut kasih Allah, namun sering kali lebih senang mengikuti pikiran dan ambisinya sendiri. Mereka mengejar semua keinginannya tanpa peduli dengan sesamanya yang menderita. Berbahagialah orang yang sadar dan dengan kerendahan hati mau datang kepada Allah yang penuh kerahiman.

Sikap yang perlu dibangun dalam diri seseorang agar Kasih Allah terus mengalir adalah sikap seperti yang ditunjukkan dalam Injil yaitu keberanian untuk bertobat. Sikap tobat muncul dari kesadaraan bahwa orang telah melakukan kesalahan, menyesali dan mau berubah memperbaiki diri. Oleh karena itu tidak akan ada pertobatan jika orang masih berkeras diri dengan tidak mengakui segala kesalahan atau dosa-dosanya. Bertobat adalah keberanian diri untuk “menelanjangi diri” dalam arti melepas semua topeng-topeng yang menutupi semua kebohongan dan dosa-dosanya, dihadapan Allah dan memohon pengampunan kepada Nya.

Marilah berdoa,

Allah Bapa yang Maha Rahim, Dikau sangat mencintai kami orang yang berdosa ini. Tariklah kami kedalam kerahimanMu agar kami terlepas dari segala dosa-dosa yang membelenggu kami. Ajarilah kami selalu untuk selalu rindu datang kepada Mu. Demi Kristus Tuhan dan mengantara kami. Amin.

Translate »