Header image alt text

indonesian catholic online evangelization

Family: Way of Holiness

Posted by Romo Valentinus Bayuhadi Ruseno OP on December 26, 2021
Posted in renungan  | Tagged With: , ,

Feast of the Holy Family [C]

Sunday, December 26, 2021

Luke 2:41-52

A Sunday after the day of Christmas is the celebration of the Holy Family of Joseph, Mary, and Jesus. Why is it so? After a couple gets married, the next thing that happens is that life shall be born, and this brings marriage into its fruitfulness. They become a family. The birth of Jesus Christ unites Joseph and Mary even more intimately as they become a holy family. Thus, we can say that the purpose of Jesus’ coming to the world is to form a family. It begins with Joseph and Mary, and eventually, He shall establish His own family, the Church.

If we see the story of creation in the Book of Genesis, God created the world suited for life to flourish. Yet, it does not stop with simple forms of life like amoeba and bacteria, but life reaches its pinnacle in human persons. However, the story of creation does not end there. God gave Adam and Eve His first commandment: be fruitful! Thus, the summit of the creation of the universe is the creation of a family. Family is not human or Church’s invention, but it is God’s plan from eternity. Family life is a natural way for men and women to achieve full human flourishing and happiness. The birth of Jesus brings marriage and family life to a supernatural level. The presence of Jesus sanctifies Joseph and Mary, and Jesus is the one who makes this family holy.

Marriage and family life are not always easy, and in fact, often husbands and wives have to face countless trials and sufferings. This takes place because the institution of marriage and family is designed to route selfishness and invite us to die to ourselves. But, the paradox is that as we are dying to ourselves, we find ourselves fully alive.

Unfortunately, the devil and his cohorts just know too well of this, and thus, their most extraordinary attack is on marriage and family. When the men and women do not give up entirely on marriage and family and fall into selfishness, we fail to achieve our true flourishing. When young couples begin to hate the idea of marriage and see it as mere chores, we begin to lose our future. When couples see having children as a burden, we let the best gifts in our lives and societies disappear. When we allow ourselves to redefine marriage to suit our political agenda, we lose what makes us human.

The feast of the Holy Family reminds us that family is both a natural and supernatural way toward happiness. Yet, everything that is precious is never cheap. The devil knows this and tried to steal it from us. We need to defend it and fight for it and make it genuinely fruitful, but eventually, we must bring Jesus as the center of our lives and families.

Valentinus Bayuhadi Ruseno, OP

Yesus Sang Terang

Posted by admin on December 24, 2021
Posted in renungan 

Renungan hari Sabtu keempat dalam Masa Advent

25  Desember 2021

Pada mulanya adalah Firman; Firman itu bersama-sama dengan Allah dan Firman itu adalah Allah. Ini adalah kata pembuka dalam injil Yohanes. Ada kekuatan besar dalam kata-kata ini, Yohanes sang pengarang injil hendak memberi tahu kita bahwa Kristus “ada” sebelum segala sesuatu ada!

“Pada mulanya adalah Firman.” Keenam kata ini adalah kata-kata pembuka dalam Injil Yohanes. Ada kekuatan besar dalam kata-kata ini, sesederhana apa adanya. Kata-kata sederhana ini memberi tahu kita bahwa Kristus “ada” sebelum segala sesuatu ada!

Yohanes  kemudian berbicara tentang Yohanes Pembaptis yang diutus untuk bersaksi tentang Terang. Cahaya adalah hadiah yang menakjubkan – hadiah yang sering kita anggap remeh dan tidak penting.  Di Chicago, dimana saya belajar theology ketika masih menjadi frater,  hari-hari musim dingin pendek dan biasanya tidak banyak sinar matahari. Bayangkan saja apa jadinya hidup tanpa cahaya!

Cahaya dapat membuat semua perbedaan di dunia. Bagi banyak orang, pada hari-hari cerah lebih mudah untuk optimis dan bahagia. Saat cuaca mendung dan suram selama beberapa hari, kita mungkin kesulitan untuk bahagia dan optimis.

Awan dan kegelapan mungkin tampak membebani kita, tetapi kita harus bersyukur bahwa kita memiliki Yesus Sang Terang yang selalu bersama kita setiap saat setiap hari, saat senang dan sudah, saat sehat dan sakit. Sedih untuk mengatakan, bahwa kita tidak selalu menyadari itu. Namun, ini benar sekali bahwa Yesus sang terang itu selalu bersama kita, kapanpun kita!

Hari ini dan setiap hari, saya ingin mengundang anda sekalian agar selalu membuka mata, pikiran dan hati kita dan berharap untuk melihat Yesus, Sang Terang! Karena dengan melihat sang terang itu kita akan selalu optimis, meski harus melewati sebuah masalah yang kadang tidak ada jalan keluarnya.

Semoga Yesus sang terang yang lahir ke dunia ini menjadikan kita tetap optimis dan bahagia dalam menghadapi aneka peristiwa hidup yang harus kita hadapi.

Selamat hari natal pada anda sekalian.

Salam dari California

Kidung Zakharia

Posted by admin on December 23, 2021
Posted in renungan 

Renungan hari Jumat keempat dalam Masa Advent

24  Desember 2021

Dalam bacaan injil hari ini kita mendengarkan Kidung Agung Zakharia juga dikenal sebagai Benedictus, bahasa Latin untuk “diberkati.” Itu adalah lagu syukur kepada Tuhan karena Tuhan telah setia pada janji-Nya: mengutus Anak-Nya yang tunggal Yesus untuk menebus manusia dari jerat dosa dan maut. Zakharia bersukacita karena putranya Yohanes Pembabtis akan mempersiapkan jalan bagi kedatangan Mesias. Selanjutnya, Yohanes Pembabtis akan memperkenalkan Yesus kepada orang-orang yang telah menunggu Penebus yang dijanjikan.

.

Siapa yang “diberkati”?

Mereka adalah

orang-orang yang dapat memaafkan meskipun terluka dan patah hati,

orang- orang yang mencintai bahkan ketika dikhianati,

orang – orang yang berbuat baik bahkan ketika difitnah dan disalahpahami,

orang – orang yang berbicara kebenaran meskipun dicemooh dan ditolak,

orang – orang yang menderita dan mengorbankan apa saja untuk salib dan untuk Kristus.

.

Kelahiran Yesus menggenapi janji Allah.

Natal merayakan kasih dan pengampunan Tuhan bagi umat manusia.

Natal tahun ini, marilah kita berbagi lebih dari sekadar hadiah, kartu, lagu-lagu Natal, saat kita menyapa orang-orang “Selamat Natal,” mari kita berbagi dengan mereka sukacita dan pengampunan Tuhan.

Beriman seperti Zakharia

Posted by admin on December 22, 2021
Posted in renungan 

Renungan hari Kamis keempat dalam Masa Advent

23  Desember 2021

Sudah menjadi kecenderungan dari kita sebagai manusia untuk menjelaskan segala sesuatu dalam hidup kita dengan ilmu pengetahuan dan bukti -bukti atau juga  secara  matematis, tetapi ada bagian dari diri hidup ini  yang tidak dapat dijelaskan dengan akal budi semata.

Hidup kita dapat kehilangan makna dan arah ketika kita mencoba karena kita menutup diri terhadap kejutan yang ingin diberikan oleh Allah dalam hidup kita.

Ketika kita ingin memegang kendali  kendali atas hidup kita, kita mulai kehilangan kemampuan kita untuk bertanya-tanya dan mengagumi cara kerja Tuhan yang tak terduga dan misterius.

Beberapa hari yang lalu, kami mendengar bagaimana Zakharia menjadi bisu karena Zakharia tidak percaya akan perkataan yang disampaikan oleh malaikat Gabriel (Lukas 1:20). Dia tidak percaya karena bagaimana dia sudah tua dan istrinya sudah lanjut umurnya akan mengandung seorang bayi.

Kita bisa menjadi terdiam, seperti Zakharia, karena kita tidak dapat menemukan kata yang tepat untuk melihat begitu ajaibnya Allah, karena bagiNya semuanya mungkin. Allah dapat membuat Elizabeth yang sudah lanjut umurnya mengandung Yohanes Pembabtis.

Injil hari ini dikisahkan bahwa Zakharia akhirnya bisa berbicara lagi bahkan alkitab melukiskan Zakharia selain berkata-kata, ia juga memuji Allah ini semua karena dia akhirnya menerima dan mempercayai apa yang dikatakan malaikat Gabriel.

Pada saat Zakharia memilih untuk memberikan nama “Yohanes” kepada putranya yang baru lahir, orang di sekitarnya terkejut karena dan mengingatkannya bahwa tidak ada di antara sanak saudaranya yang bernama demikian. Disini kita melihat bahwa Zakharia mulai membuka hatinya, dan disitu ia mulai percaya. Tindakan iman yang sederhana itu telah membuka pikiran dan hati dari Zakharia untuk mengagumi rencana keselamatan Tuhan. Disaat itu mukjijat terjadi, Zakharia yang tadinya bisu, mulutnya terbuka dan lidahnya terlepas setelah itu dia bisa berkata-kata dan memuji Allah. (Lukas 1:64)

Hari ini kita diajak untuk menyadari betapa pentingnya bagi kita untuk memiliki iman, dan betapa hampanya hidup kita ketika kita tidak memiliki iman. Dengan iman kita selalu dapat menemukan alasan untuk bersyukur dan menyatakan kemuliaan Allah.

Bersyukur Selalu

Posted by admin on December 21, 2021
Posted in renungan 

Renungan hari Rabu Minggu keempat dalam Masa Advent

22  Desember 2021

Seorang pemudi dari Italia bernama Chiara Petrillo yang keduanya anaknya meninggal 30 menit setelah kelahiran mereka.  Setiap ibu tentu akan hancur hatinya oleh kematian anaknya,demikian juga dengan Chiara.Banyak orang kehilangan iman mereka atau terkadang menjadi gila ketika ditinggalkan oleh anak mereka.  Namun tidak demikian bagi Chiara dan suaminya, Enrico yang menerima kematian kedua anak mereka dalam rasa syukur kepada Tuhan, karena mereka berdua percaya bahwa segala sesuatu dalam hidup tidak pernah benar-benar milik kita — bahkan yang kita cintai sekalipun, karena mereka adalah milik Tuhan untuk diberikan dan diambil kembali kepadaNya.

Chiara memiliki anak ketiga yang sehat tetapi setelah melahirkan anaknya ketiga yang bernama Francesco, Chiara didiagnosis menderita kanker. Dia menolak perawatan medis sehingga dia bisa merawat putranya yang masih kecil. Chiara meninggal dunia pada tanggal 13 Juni 2012 dalam usia ke 28.

Hari ini melalui bacaan pertama dan injil kita belajar dari Maria dan Hana bagaimana bersyukur ketika kita mengalami masalah dan kesulitan. Maria dan Hana  mengungkapkan rasa syukur itu pada Tuhan dalam nyanyian puji syukur yang mereka naikkan pada Tuhan.

Dalam bacaan Pertama Hana membawa putranya, Samuel ke bait suci untuk mempersembahkannya kepada Tuhan sebagai pemenuhan janjinya pada Tuhan atas jawaban doanya.

Hana menyerahkan putranya Samuel yang begitu dinantikannya, kepada sang PEMBERI HADIAH itu sendiri dengan mengatakan… “

Untuk mendapat anak inilah aku berdoa, dan TUHAN telah memberikan kepadaku, apa yang kuminta dari pada-Nya. Maka akupun menyerahkannya kepada TUHAN; seumur hidup terserahlah ia kiranya kepada TUHAN.” Lalu sujudlah mereka di sana menyembah kepada TUHAN…” (1 Samuel 1:27-28)

Hana membuat kita menyadari bahwa hidup adalah hadiah dari Tuhan. Dan hadiah ini betapapun berharganya, bukanlah sesuatu yang harus kita simpan hanya untuk diri kita sendiri, tetapi dikembalikan kepada Tuhan sang pemberi hadiah itu.

Dan bersama Maria, kita diajak untuk bernyanyi dalam rasa syukur… “Jiwaku mewartakan kebesaran Tuhan; jiwaku bergembira karena Allah, Juruselamatku!” (Lukas 1:46) “Semua keturunan akan menyebut aku berbahagia.” (Lukas 1:48) Yang Mahakuasa telah melakukan hal-hal besar bagiku.” (Lukas1:49)

Luangkan waktu sejenak dan tanyakan pada diri anda:

Apa yang mau saya syukuri pada hari ini? Apakah saya menerima begitu saja berkat-berkat ini tanpa bersyukur kepada Tuhan sang pemberi berkat ?

Ketika hidup itu menyakitkan, membingungkan, atau ketika kesulitan melanda hidup saya, apakah saya masih memuji dan berterima kasih kepada Tuhan seperti apa yang sudah dilakukan Chiara Petrillo selama hidupnya?

Translate »