Header image alt text

indonesian catholic online evangelization

Aku Mau Ikut Yesus

Posted by admin on June 30, 2014
Posted in renungan 

 

Mat 8:18-22

 

Seperti sang ahli Taurat dalam bacaan Injil hari ini, kita umat Katolik sering dengan gampang mengatakan, “Aku mau ikut Yesus.” Tentu saja kita semua mau ikut Yesus, bukankah dia sang Hidup, Jalan, dan Kebenaran? Bukankah dia sang juruselamat? Pasti kita mau ikut Dia. Tapi benarkah kita bersedia? Benarkah kita siap? Mengikuti Yesus tidaklah segampang yang kita bayangkan.

 

Dalam bacaan ini Yesus pertama menyuruh murid-muridnya untuk menyeberangi Danau Galilea. Kita bisa melihat ini sebagai panggilan bagi kita untuk berpindah tempat tinggal. Banyak saudara kita yang harus menyeberangi lautan besar untuk mengadu nasib di luar Indonesia, di negara yang pertama-tama sangat asing bagi mereka. Bisa juga menyeberang danau adalah simbol untuk menjalani sesuatu yang sangat tidak biasa buat kita. Pekerjaan baru, sekolah baru, cara berpikir baru. Mungkin danau yang diseberangi itu adalah suatu peristiwa besar yang sangat merubah hidup kita. Hidup baru di seberang danau itu menjadi hidup yang sangat lain dari hidup kita sebelumnya.

 

Kemudian Yesus mengatakan bahwa Anak Manusia tidak mempunyai tempat untuk meletakkan kepalanya. Hidup mengikuti Yesus seringkali menuntut kita untuk selalu bergerak, selalu berubah. Perubahan ini bukan semata-mata untuk berubah, tapi demi bertumbuhnya iman kita, untuk semakin mendekatkan diri denganNya. Tidak punya tempat bersandar yang permanen memang tidak nyaman. Tapi jika kita cepat puas, jika kita meletakkan kepala kita terlalu lama dan tidur terlelap, kita akan melewatkan ajakan-ajakan Tuhan untuk ikut serta dalam karya penyelamatanNya dan menikmati rahmat kasihNya.

 

Terakhir, Yesus mengajak mereka yang ingin mengikutiNya untuk bergerak sekarang juga. Banyak dari kita punya kebiasaan untuk menunda-nunda. Banyak alasan yang bisa kita berikan. Ajakan dari Tuhan untuk kita adalah sekarang juga, bukan untuk besok, bukan untuk nanti. Jangan disalahartikan bahwa untuk mengikuti Tuhan kita harus berlaku tidak hormat pada orang tua, seperti menelantarkan orang tua yang sudah meninggal. Maksud Yesus adalah mengkritik alasan yang dibuat-buat. Hanya diri kita sendiri yang tahu apakah alasan yang ada di pikiran kita adalah untuk menunda-nunda saja. Jika kita bisa jujur pada diri kita sendiri, maka alasan semacam itu harus kita singkirkan supaya tidak menghalangi kita untuk mengikuti Tuhan saat ini juga.

Menurutmu siapakah Aku ini?

Posted by admin on June 29, 2014
Posted in Kesaksian 

Refleksi dari  Isabel Kawida R

Kisah pertemuan saya dengan Yesus bisa dikatakan sudah sejak bayi. Sebagai seorang profesional di bidang pendidikan kanak-kanak usia dini yang punya keyakinan besar bahwa pendidikan setiap anak itu dimulai sejak bayi, hal ini cukup melegakan bagi saya. Saya bersyukur meskipun ibu saya pendidikannya rendah tapi memahami betul hal ini, sehingga saya sudah dibaptis ketika berusia 2 minggu. Tapi, menyaksikan mereka yang baptis dewasa, sebenarnya saya sering “iri” juga karena mereka merasakan sekali persiapan baptis dan efek suasana pembaptisan. Kalo saya, mana ingat waktu bayi dulu? Tapi hal ini jadi membuat saya juga jadi merenungkan, saya yang sudah dibaptis sejak bayi sampai setua ini, bagaimana saya sudah menghadirkan Yesus dalam hidup saya? Kisah apa yang bisa saya tuturkan tentang Yesus dalam hidup saya?

Memang sejak saya remaja dan terlibat berbagai kegiatan paroki. meskipun hidup sebagai minoritas di tanah air, hidup keimanan saya mungkin tidak perlu dipertanyakan lagi, karena orang tua, adik-adik, teman-teman dan sanak saudara yang Katolik. Tradisi yang saya jalani sehari-hari dengan tekun karena saya menjadi bagian kehidupan mereka. Bisa dibilang keimanan saya “nyaman” karena saya dilingkupi oleh lingkungan iman yang sama dengan saya.

Tapi sesudah saya pindah dari tanah air dan menetap di Amerika, saya seperti “terlahir” kembali, karena pengenalan saya tentang Yesus dan iman ke-Katolikan saya jadi dipertanyakan dalam pergumulan hidup sehari-hari, teristimewa ketika membesarkan kedua anak yang belum Katolik. Saya tidak berminat “meng-Katolik-kan” mereka, tapi kemudian mereka minta dibaptis sesudah beberapa kali ikut menghadiri misa dengan saya. Dan kemudian kehadiran Yesus itu terasa nyata bagi saya lewat kedua anak ini yang sekarang beranjak remaja.

Siapakah Yesus itu bagi saya? Yesus itu bagi saya seorang pendengar yang setia, apalagi saya ini seorang pencemas seperti Marta, saudari Lazarus. Kerjaan saya sering curhat sama Yesus. Dari urusan kerjaan, kehidupan sosial sampai ke urusan keluarga, tapi Yesus itu setia mendengarkan keluhan saya. Seperti banyak orang saya sering mengalami “topan badai” dalam perjalanan hidup saya, dan tentu dengan ketakutan saya sering minta tolong Yesus. Yesus itu biasanya respond ke saya, kalau tidak meredakan “topan badai” itu, biasanya Yesus menghadikan pribadi-pribadi luar biasa untuk “memegang” tangan saya menjadi teman seperjalanan, sehingga topan badai itu tidak terlalu mengerikan lagi. Beberapa contoh yang bisa saya tuturkan di sini adalah: ketika hubungan rumah tangga kami mengalami kesulitan, ketika saya sedang kesulitan cari pekerjaan yang cocok, ketika hubungan persahabatan saya dengan teman renggang, ketika teman dekat saya terkena kanker payudara padahal sedang hamil tua, ketika saya menghadapi kesulitan dalam hubungan dengan anak-anak, dengan atasan, Yesus itu selalu hadir di situ.

Tapi pertemuan saya dengan Yesus tentu tidak saat susah saja donk, kan Yesus juga hadir di pesta kawin di Kana? Yesus itu hadir di setiap kegembiraan dan keberhasilan yang saya alami, misalnya, ketika lulus ujian, ketika berhasil mengerjakan tugas berat dari kantor, ketika anak saya lulus sekolah, ketika saya mengalami kegembiraan dari pertemuan dengan teman-teman, ketika perbincangan kami mendatangkan kegembiraan satu sama lain, penuh canda dan tawa, ketika saya berhasil menolong teman atau bahkan orang asing dalam kesulitannya, Yesus juga ada di sana!

Bagi saya, Yesus itu adalah sahabat yang setia.

Kisah Yesus dalam kehidupan saya masih terlalu panjang untuk dituturkan, karena Dia masih berkarya terus dalam hidup saya. Saya ini masih dalam proses pembentukan, apalagi saya ini seorang pengikut Yesus yang lemah dan sering jatuh dalam dosa. Harapan saya bila tiba saatnya saya dipanggil pulang ke rumah Bapa, mereka yang saya tinggalkan bisa bersaksi bahwa mereka pernah melihat Yesus dalam hidup saya.

 

 

 

KASIH IBU (Peringatan Wajib Hati Tesuci Perawan Maria)

Posted by admin on June 28, 2014
Posted in renungan 

Bacaan I                : 2 Timotius 2: 22b-26

Bacaan Injil         : Matius 8: 5-17

 

                  Tak dapat disangkal bahwa kasih seorang ibu mengalahkan segala-galanya. Seorang ibu dapat berkurban banyak demi anak-anak yang dilahirkannya. Seorang ibu juga dapat mengurbankan dirinya demi anak-anak yang merupakan buah rahimnya. Tidaklah mengherankan bila kita melihat seorang ibu yang dengan penuh kasih menyayangi anak-anaknya. Hari ini kita Gereja Katolik merayakan peringatan wajib Hati Tersuci Perawan Maria, setelah kemarin kita merayakan Hari Raya Hati Yesus Yang Mahakudus. Dalam peringatan ini kita diingatkan oleh Gereja tentang hati Bunda Maria yang penuh dengan kasih mencintai kita. Ia pun juga mengurbankan dirinya demi cintanya kepada kita putra dan putrinya. Kasih Bunda Maria adalah contoh kasih seorang ibu yang sungguh nyata bagi kita.

Bunda Maria dapat melakukan semua pengurbanantersebut karena di dalam hatinya terdapat sedemikian banyak kasih yang sungguh melimpah. Kasih inilah yang mendorong dia untuk bisa mengurbankan dirinya demi kita. Maka kita sebagai putra dan putri Maria pun sungguh wajib merayakan ketulusan hati Bunda Maria ini. Bund Maria dapat melakukannya dengan tulus karena ia memiliki kekudusan dalam hatinya. Tanpa kekudusan mustahil bagi Bunda Maria dapat berkurban bagi kita. Maka pertanyaan kita adalah, maukah kita dikuduskan sehingga kita memiliki hati yang murni, hati yang mau berkuban bagi sesama? Semoga Tuhan memberkati kita. Amin.

Yesus adalah Mesias

Posted by admin on June 28, 2014
Posted in Podcast 

Who-Do-You-Say-I-Am

HATI YANG BERBELAS KASIH (Hari Raya Hati Yesus Yang Mahakudus)

Posted by admin on June 27, 2014
Posted in renungan 

Bacaan I                : Ulangan 7: 6-11

Bacaan II               : 1 Yohanes 4: 7-16

Bacaan II               : Matius 11: 25-30

 

Pada hari ini kita merayakan Hari Raya Hati Yesus Yang Mahakudus. Mungkin kita bertanya-tanya mengapa Gereja sampai membuat Hari Raya ini dan merayakannya secara besar-besaran. Kita sungguh yakin bahwa Gereja tidak salah dalam menentukan Hari Raya ini, mengapa? Karena Hari Raya ini mengingatkan kita akan hati Tuhan yang sungguh belas kasih. Hati yang mau berkurban dan hati yang mau ikut merasakan penderitaan orang-orang kecil.

Dalam Injil yang kit abaca hari ini, Tuhan Yesus berseru betapa Ia penuh dengan sukacita memuji Allah Bapa yang berkenan membuka semua selubung rahasiaNya kepada orang-orang yang merasa dirinya kecil di hadapan Allah. hal ini sungguh sangat masuk akal. Orang kecil adalah orang yang mau senantiasa belajar, orang yang senantiasa mau meminta perlindungan dan uga orang yang selalu merasa butuh belasa kasih dari Allah. Dan memang Allah hanya mungkin memberikan rahmatNya kepada orang-orang yang sungguh membutuhknan bantuan dan rahmatnya. Tidak mungkin Allah memberikan rahmatNya kepada orang yang tidak membutuhkan Dia. Tentunya Allah yang adalah penuh belas kasih tahu akan hal ini. Memang hati Allah yang penuh belas kasih hanya dapat dirasakan oleh orang yang merasa dirinya kecil. Kesombongan adalah halangan terbesar bagi kita untuk dapat merasakan hati Allah yang penuh belas kasih.

 

Translate »