Header image alt text

indonesian catholic online evangelization

MENJADI PENJALA MANUSIA

Posted by admin on August 31, 2016
Posted in renungan 

Kamis, 1 September 2016

1 Kor 3:18-23
Luk 5:1-11

 

Simon Petrus mendengarkan Yesus dan kemudian melakukan apa yang diperintahkan Yesus, dengan menebarkan jalan ke dalam laut. Apa yang terjadi setelah itu? Terjadilah mujizat; Petrus mendapatkan ikan yang berlimpah-limpah. Oleh karena iman kepada Kristus mendatangkan berkat dan keselamatan.  Berbahagialah orang yang percaya kepada Yesus Kristus karena semua itu bisa terjadi karena anugerah Allah.

Yang penting adalah bagaimana iman tersebut bisa setiap hari dihayati dan dengan suka cita mewartakan kasih dan kebaikan Kristus kepada semua orang yang kita jumpai. Panggilan Yesus kepada para muridNya sekaligus suatu kepercayaan kepada mereka untuk ambil bagian dalam karya mulia yaitu menghadirkan Kerajaan Allah di muka bumi ini. Kepada para rasaulNya yang diwakili oleh Yakobus, Yohanes dan Simon Petrus, Yesus berkata, “ Jangan takut, mulai dari sekarang engkau akan menjala manusia.” Menjadi penjala manusia artinya membawa semakin banyak orang untuk bisa mengenal dan percaya kepada Tuhan Yesus agar menerima keselamatan kekal.

Oleh karena itu kita yang sudah menyatakan diri siap menjadi muridNya, menerima tanggung jawab yang dipercayakan Tuhan pada diri kita untuk menjadi saksi Kristus; mengenalkan siapa Yesus itu kepada orang-orang disekitar kita.  Bagaimana caranya? Benih iman datang dari Allah sendiri, tugas kita adalah menjadi sarana agar benih iman bisa tumbuh didalam diri kita dan didalam diri semua orang yang kita jumpai.  Hidup dalam cinta kasih dan ketulusan adalah cara yang efektif untuk menjadi penjala manusia; mengenalkan bahwa Allah .

Marilah berdoa,

Allah yang Maha Kasih, Engkau menganugerahkan panggilan untuk menjadi penjala manusia kepada kami yang percaya kepada Mu. Hanya dengan kekuatan Mu kami bisa mengemban tanggung jawab yang sangat mulia ini. Kami tidak pantas dan kami menyerahkan jiwa dan raga kami kepada Mu. Jadikalah kami alat-alat Mu. Demi Kristus Tuhan dan pengantara kami, Amin.

HARTA YANG PALING BERHARGA

Posted by admin on August 30, 2016
Posted in renungan 

Rabu, 31 Agustus 2016

1Kor 3:1-9

Luk 4:38-44

Yesus berkeliling untuk mengajar dan melakukan banyak perbuatan kasih. Suatu ketika Yesus berkunjung ke rumah Simon, ibu mertuanya sakit dan Yesus datang menyembuhkannya. Apa yang menjadi tujuan Yesus Kristus mengajar dan banyak berbuat kasih? Tujuan Yesus adalah menghadirkan Kerajaan Allah dan untuk menarik semua orang untuk percaya  dan mengikuti Nya. Sebab didalam Yesus Kristus setiap orang yang percaya menerima keselamatan. Yesus tidak terikat pada suatu tempat maka Dia terus berkeliling untuk mewartakan Kerajaan Allah sudah hadir.

Alangkah indah nya jika kita yang sudah menyatakan diri menjadi murid Kristus lebih bersatu dengan Yesus Kristus dalam hati, pikiran dan perbuatan.  Banyak yang dipanggil namun sedikit yang dipilih, itulah yang dikatakan oleh Yesus. Artinya alangkah bahagianya kita yang telah dipilih untuk setia dan tinggal didalam kasihNya. Oleh karena itu sangat tidak pantas apabila iman yang dianugerahkan kepada kita kemudian tidak dihayati.  Iman kepada Yesus Kristus adalah harta yang paling berharga.  Hanya dengan mengenal dan percaya kepada Yesus kita tahu kebenaran-kebenaran dan jalan menunju pada keselamatan kekal.

Rasa syukur atas iman, mendorong kita untuk membagikan kasih Tuhan yang telah kita alami kepada sesama.  Lewat kesaksian hidup yang penuh damai dan kasih, kita menjadi rekan kerja Allah untuk membawa semakin banyak orang untuk percaya kepada Yesus Kristus. Yesus memilih kita untuk menjadi carang-carangNya yang menyalurkan harapan, kasih dan damai kepada semua orang di sekitar kita. Alahkah indahnya jika kehadiran kita membawa banyak orang semakin mengenal dan mencintai Tuhan Yesus.

Marilah berdoa,

Allah yang Maha Kasih, terima kasih atas panggilan yang Engkau anugerahkan kepada kami untuk menjadi hamba Mu. Kami rindu akan kuasa dan belaskasihan Mu yang menjadi kekuatan untuk menjadi pribadi yang siap mewartakan kebaikanMu kepada sesama kami. Sertailah kami ya Tuhan dalam perjalanan hidup agar kami senantiasa selalu melangkah di jalan kebaikan seturut kehendak Mu. Demi Kristus Tuhan dan pengantara kami. Amin

HARAPAN DALAM KRISTUS

Posted by admin on August 29, 2016
Posted in renungan 

Selasa, 30 Agustus 2016

1 Kor 2:10b-16

Luk 4:31-37

Yesus membebaskan orang yang kerasukan setan. Berita tentang apa yang dikerjakan oleh Yesus ini menyebar keseluruh daerah. Yesus ingin meyakinkan kepada semua orang bahwa Dia datang untuk menghadirkan pengharapan, damai dan keselamatan. Membebaskan orang dari belenggu setan adalah salah satu yang dilakukan oleh Yesus, dan masih banyak lagi yang telah dilakukan oleh Yesus untuk menyakinkan kepada kita untuk percaya dan mengikuti Nya.

Pertanyaannya adalah ; Apakah hati manusia terbuka untuk menerima kehadiran Kristus?  Ketika orang mau percaya dan tinggal dalam kasih Nya, pertama-tama dibutuhkan keterbukaan dan hal itu menuntut keberanian untuk menyerahkan diri kepada Allah dengan mau mengikuti apa yang dikehendaki Nya. Tantangannya adalah beranikan orang untuk tidak berfokus pada diri dengan segala keinginannya dan kemudian terus-menerus menyesuaikan diri dengan Allah dengan melakukan semua yang baik yang menyenangkan hati Allah.

Yesus Kristus datang untuk manarik semua orang untuk datang kepada Nya agar semua orang menerima keselamatan kekal. Orang telah yang menerima Kristus dalam hidup menerima panggilan untuk menyampaikan kabar pengharapan dari Kristus kepada semua orang agar menemukan kembali suka cita, keselamatan dan damai yang telah hancur oleh karena keputus-asaan.

Kehidupan modern tidak menjamin bahwa relasi dengan Kristus semakin mudah, bahkan sebaliknya semakin sulit untuk memberikan ruang dan waktu untuk Tuhan. Ketika manusia jauh dari Tuhan, ia akan semakin rapuh sehingga mudah untuk mengalami keputus-asaan. Dewasa ini semakin dibutuhkan kesaksian hidup orang beriman untuk membawa kembali manusia untuk semakin dekat dengan Allah.

Marilah Berdoa,

Allah yang Maha Kasih, Engkau tahu apa yang terjadi dalam hidup kami. Begitu banyak tantangan yang kami hadapi ketika kami ingin selalu dekat dengan Mu. Kuatkanlah dan mampukanlah kami untuk berani semakin rendah hati agar kuasaMu bekerja dalam diri kami. Kami percaya bersama Engkau kami selalu dalam perlindunganMu dan berjalan sesuai dengan kehendak Mu. Demi Kristus Tuhan dan penyelamat kami, Amin.

BERANI KARENA IMAN

Posted by admin on August 29, 2016
Posted in renungan 

Senin, 29 Agustus 2016

PW Wafatnya St Yohanes Pembaptis

 

Yer 1:17-19

Mrk 6:17-29

Yohanes pembaptis menunjukkan keberiannya menentang kejahatan dan menegakkan kebenaran. Ia tahu akan resiko yang akan terjadi ketika ia melakukan tindakan melawan kejahatan. Resiko yang ia terima adalah dipenjara dan dibunuh oleh Raja Herodes. Yohanes rela mengalami sesuatu yang kejam dan wafat demi kebenaran. Darimanakah datangnya keberanian yang begitu kuat dalam menentang kejahatan dengan segala resikonya?

Yohanes pembaptis tidak berjalan sendiri. Ia selalu percaya bahwa pernyertaan Allah selalu bersamanya. Kesadaran dan keyakinan bahwa Allah selalu menyertai membuat Yohanes pembaptis tidak takut oleh apapun, sekalipun harus menghadapi maut. Keberanian Yohanes mengalami itu semua menjadi bukti bahwa karena iman maka kita bisa kuat menghadapi resiko dan tantangan hidup pada saat kita menegakkan kebenaran. Iman kepada Kristus adalah kekuatan dan sekaligus pendorong kita untuk bertindak benar dan berani memperjuangkan kebenaran tersebut dalam kehidupan sehari-hari.

Ketika kita beriman, kita menempatkan Allah berada ditengah dan pusat hidup. Keberanian Yohanes bersumber dari keyakinannya kepada Allah yang senantiasa menjadi pusat hidupnya. Saat Allah menjadi pusat hidup, maka segala yang dipikirkan dan yang dilakukan sejalan dengan apa yang menjadi kehendak Nya. Dengan demikian ketika kita berani menyerahkan pada Allah, Dia sendirilah yang mengarahkan dan menuntun kita perjalanan seturut kehendakNya.

Marilah Berdoa,

Allah Yang Maha Kasih, lewat Santo Yohanes Dikau telah mengjarkan kami untuk selalu percaya kepada Mu. Seperti halnya Yohanes Pembaptis, mampukanlah kami untuk berani melawan segala bentuk kejahatan dan berani meluruskan jalan hidup kami terserah kepada Mu. Demi Kristus Tuhan dan Penyelamat kami. Amin.

Connect

Posted by Romo Valentinus Bayuhadi Ruseno OP on August 27, 2016
Posted in renungan 

 
 
22nd Sunday in Ordinary Time
August 28, 2016
Luke 14:1, 7-14
 
“Rather, when you hold a banquet, invite the poor, the crippled, the lame, the blind (Luk 14:13)”
 
In the time of Jesus, Jews had their own special way of dining. Instead of sitting or standing the Jews would recline on a low table where food and wine are served. Reclining was the sign of free man in Greco-Roman culture. The slaves stood and served the guests. Aside reclining posture, their place in the dining table indicated their importance to the host. The closer they were to the host, the more significant they were to the host. Thus, persons sitting beside the host were expected to be the most important guests. 
Jesus noticed that some guests wanted to occupy the place of importance in the dining table. Certainly, situating oneself in the place of honor, gave a sense of prestige, but more significantly, the closer they were to the host, the better connection they had with the host who was a leading and influential Pharisee in town.
From ancient times to present days, to connect oneself to the figure of authority and power will give us a better position to improve our lives or advance our cause. With good connection, an unemployed can get a good job. With connection, an employee can have his desired promotion. With connection, a student can enjoy the trust of his teachers. John Maxwell, an inspirational teacher, told us how he was able to win the heart of his wife Margaret, despite many other handsome suitors. He made a good connection with her mother! I guess one of the reasons why I have more preaching opportunities is that I am connected with good friends who also are active in the Church.
Jesus did not intend to erase this kind of connection. In fact, He himself is our connection to the Father (cf. 1 Tim 2:5). In today’s Gospel, what he desire was to re-orient our understanding of our connection. We must not use our connection just to advance our individual and selfish plans, but rather we employ it for the empowerment of others. Jesus invited the hosts to invite the poor in their meals. This was not only about feeding the hungry, but the rich hosts are to make connection with the poor. With connection, the possibility of enabling the less fortunate is opened.
I was fortunate to meet a Columban lay missionary from Korea. Leaving behind her promising career in the US, Ms. Anna volunteers to do ministry in the Philippines. She shared to me what she is doing to help the poor. She gathered the poor mothers living near her place and created a livelihood project. She taught them how to make a candle and sell them at the nearby parishes. Most of the mothers were high school dropouts and at the mercy of their husbands. But, with this project, some are able to continue their study, support their family and more importantly, they now have financial independence and no longer dependent on their husbands. Ms. Anna made connection with these mothers and this connection empowers them.
Jesus calls us to be a good host. This means we who are endowed with blessings will connect with those who are not so fortunate in their lives. Let our connection empower others more than simply enriching ourselves.
 
Translate »