RP Yakobus Hugo Susdiyanto O.Carm
Yoh 3:7-15
Selasa, 29 April 2025
Pw. St. Katarina dari Siena
Ada peribahasa, “Karena mata buta, karena hati mati”. Artinya orang yang menuruti hawa nafsunya akhirnya binasa, mendapat bencana”. Mungkin peribahasa ini cocok untuk memahami pribadi Nikodemus tokoh pewartaan hari ini. Nikodemus sorang pengajar Israel, maka ia berpegang teguh pada prinsip keyahudiannya. Ketika ia menghadap dan berdiskusi dengan Yesus, pada mulanya ia sulit memahami pengajaran atau gagasan yang ditawarkan Yesus perihal kelahiran baru. Prinsip keyahudiannya telah menutup gagasan baru yang ditawarkan kepadanya.
Dalam percakapan dengan Nikodemus, Yesus masuk ke dalam relung hatinya: “Engkau adalah pengajar Israel, dan engkau tidak mengerti hal-hal itu? Aku berkata kepadamu, sesungguhnya kami berkata-kata tentang apa yang kami ketahui dan kami bersaksi tentang apa yang kami lihat, tetapi kamu tidak menerima kesaksian kami. Kamu tidak percaya, waktu Aku berkata-kata dengan kamu tentang hal-hal duniawi, bagaimana kamu akan percaya, kalau Aku berkata-kata dengan kamu tentang hal-hal sorgawi” [Yoh 3:10-12]
Menjadi orang yang sungguh percaya sungguh tidak mudah, sebagaimana dikatakan Yesus kepada Tomas, “Karena engkau telah melihat Aku, maka engkau percaya. Berbahagialah mereka yang tidak melihat, namun percaya.” [Yoh 20:29]. Sementara kebanyakan orang hanya akan percaya pada sesuatu yang terlihat oleh mata fisik. Dengan kata lain, sesuatu yang dapat diindrai [dilihat, didengar, dibau, diraba, dirasakan] adalah sesuatu yang mudah untuk dipercayai. Sebaliknya sesuatu yang tidak dapat diindrai tidak mudah untuk dipercayai.
Yesus telah bersabda, “Anggur yang baru hendaknya disimpan dalam kantong yang baru pula” [Mark 2:22]. Karenanya Nikodemus perlu menanggalkan prinsip-prinsip keyahudiannya untuk menerima dan memahami apa yang dimaksudkan Yesus dengan kelahiran baru. Yesus pelan-pelan membimbing Nikodemus supaya membuka hatinya. Sebab hanya dengan hati yang terbuka, pengajaran yang disampaikan Yesus dapat dipahami, diresapi.
Dengan hati yang terbuka sapaan dan pengajaran Yesus akan mudah dimengerti, diresapi, diimani. Dengan hati yang terbuka kita bisa menerima orang lain dan pendapatnya. Hati yang terbuka akan memampukan kita untuk membarui diri, tidak mudah salah paham, bahkan bisa menerima mereka yang ditolak masyarakat. Semoga kita selalu memiliki hati yang terbuka untuk Tuhan dan sesama.