Header image alt text

indonesian catholic online evangelization

Hendaknya kita murah hati

Posted by admin on November 23, 2025
Posted in Podcast 

Rm Gunawan Wibisono O.Carm

Audio Podcast Link

Engkaulah Raja kami

Posted by admin on November 22, 2025
Posted in Podcast 

Rm Gunawan Wibisono O.Carm

Audio Podcast Link

Hari Raya Kristus Raja Semesta Alam C

Posted by admin on November 22, 2025
Posted in renungan 


(2Sam. 5:1-3; Kol. 2:12-20; Luk.23:35-43)
Rm. Yohanes Endi, Pr.
Saudara-saudariku terkasih, hari ini Gereja menutup Tahun Liturgi dengan merayakan Hari Raya Tuhan kita Yesus Kristus Raja Semesta Alam, sebuah pesta yang mengajak kita memandang Yesus bukan hanya sebagai Guru dan Sahabat, tetapi juga sebagai Raja seluruh ciptaan. Perayaan ini dirayakan bersamaan dengan Hari Orang Muda Sedunia, seolah Gereja ingin menegaskan bahwa Kristus, Raja kita, hadir bukan untuk menjauhkan diri, melainkan untuk menyapa setiap orang, termasuk mereka yang muda dengan kasih yang memulihkan.
Ketika kita mendengar kata raja, pikiran kita spontan terarah pada gambaran duniawi: mahkota emas, takhta megah, istana yang penuh gemerlap, prajurit yang gagah, dan segala kenyamanan yang mengelilinginya. Banyak orang, baik disadari maupun tidak, ingin menjadi “raja”, walau sekadar raja sehari atau raja gadungan dalam keluarga, komunitas, atau tempat kerja. Raja yang dimaksud sering kali adalah sosok yang galak, mudah memerintah, ingin dihormati, dan merasa perlu diistimewakan. Namun gambaran seperti itulah yang justru membuat kita semakin sadar bahwa kerajaan dunia sering bertumpu pada kuasa, kehormatan, dan penampilan.
Sangat berbeda dengan Yesus. Kerajaan-Nya tidak beralas emas, melainkan bersandar pada kasih. Mahkota-Nya bukan permata, melainkan duri. Takhta-Nya bukan kursi berlapis beludru, melainkan kayu salib yang keras dan kasar. Uluran tangan yang Ia terima bukan rangkulan hangat, melainkan pukulan dan cemoohan. Bahkan kata-kata yang datang kepada-Nya bukan pujian, melainkan ejekan. Namun justru di tempat yang paling hina itulah wajah kerajaan Allah tampak begitu jelas: kerajaan yang berdiri di atas kerendahan hati, kesetiaan, dan pengorbanan.
Yesus menunjukkan kuasa-Nya bukan dengan memaksa atau menundukkan, tetapi dengan hati yang penuh belaskasihan. Sabda yang keluar dari mulut-Nya bukan ancaman, melainkan kehidupan. Dengan kata-kata yang sederhana, Ia menghidupkan kembali orang mati, menyembuhkan orang lumpuh, memulihkan orang buta, meredakan badai, dan mengusir roh jahat. Bahkan dari atas salib, di saat tubuh-Nya begitu lemah, Ia masih memberikan pengharapan: “Hari ini juga engkau akan bersama-Ku di Firdaus.” Sabda yang menguatkan, menenteramkan, dan membangkitkan harapan itulah tanda nyata bahwa Ia adalah Raja yang kerajaannya tidak berasal dari dunia ini.
Namun banyak orang pada zaman Yesus tidak mampu menerima hal ini. Mereka sulit membayangkan bahwa Mesias yang mereka nantikan sebagai pemimpin yang perkasa malah hadir sebagai pribadi yang lemah, dipukul, disalibkan, dan mati. Para murid pun
2
sempat mundur teratur ketika menyaksikan Guru mereka tidak berdaya. Pilatus sendiri merasa heran dan bertanya dengan sinis: “Apakah Engkau Raja orang Yahudi?” Sebuah pertanyaan yang lahir dari ketidakmengertian terhadap cara Allah berkarya.
Tetapi Yesus menjawab dengan penuh keteduhan: “Benar, Akulah Raja… tetapi Kerajaan-Ku bukan dari dunia ini.” Dengan jawaban itu Ia mengajak kita memasuki pemahaman yang lebih dalam mengenai jati diri-Nya. Pertama, Ia menyatakan diri sebagai Raja Kebenaran. Kebenaran yang Ia perjuangkan bukanlah teori atau ide, melainkan kebenaran yang memurnikan hidup manusia. Di zaman ketika kebohongan mudah dirayakan, ketika topeng-topeng dipakai untuk menutupi kepentingan pribadi, Yesus tetap berdiri teguh sebagai saksi kebenaran yang membongkar kepalsuan hidup. Kebenaran ini membutuhkan sahabat, orang-orang yang berani jujur, berani tampil apa adanya, berani menjaga suara hati agar tidak dikuasai tipu daya dunia.
Kedua, Yesus mengungkapkan bahwa kerajaan-Nya tidak sejalan dengan pola pikir kekuasaan dunia. Raja dunia menuntut rakyat berkorban demi dirinya. Tetapi Yesus, Raja kita, justru menyerahkan diri-Nya bagi keselamatan umat-Nya. Ia tidak ragu turun ke tengah manusia, tinggal bersama orang kecil, merangkul yang rapuh, dan memulihkan yang tersingkir. Di hadapan-Nya tidak ada perbedaan kelas sosial, suku, jabatan, atau status apa pun. Semua dihargai, semua dicintai, semua dipanggil untuk tinggal di dalam kasih Bapa.
Ketiga, keselamatan yang berasal dari salib tidak hanya diberikan kepada penyamun yang bertobat, tetapi juga kepada siapa saja yang mau membuka hati. Penyamun itu tidak membenarkan dirinya, tidak mencari alasan, tidak menyalahkan siapa pun. Ia hanya berkata dengan jujur: “Yesus, ingatlah akan aku.” Kerendahan hati seperti itulah yang membuatnya layak menerima belas kasih Tuhan. Keselamatan bukan diberikan kepada mereka yang merasa sempurna, tetapi kepada mereka yang mengakui kelemahan, yang mau berubah, dan yang bersedia kembali ke jalan Tuhan.
Saudara-saudariku terkasih, merayakan Hari Raya Kristus Raja berarti membiarkan Kristus memerintah hidup kita. Bukan memerintah dengan ketakutan, tetapi dengan kedamaian. Bukan dengan kekerasan, tetapi dengan kelembutan. Bukan dengan tuntutan, tetapi dengan pengampunan. Semoga melalui perayaan ini, kita semakin berani menjadi saksi kebenaran, semakin rela menjadi hamba kasih, dan semakin terbuka kepada rahmat pertobatan. Kiranya Kristus Raja Semesta Alam menuntun langkah kita, menerangi hati kita, dan menjadikan hidup kita pantulan kecil dari kerajaan-Nya yang penuh damai. Tuhan memberkati kita semua. Amin.

Janganlah juga kita sampai dimarahiNya

Posted by admin on November 20, 2025
Posted in Podcast 

Rm Gunawan Wibisono O.Carm

Audio Podcast Link

Janganlah Yesus juga sampai menangisi kita

Posted by admin on November 19, 2025
Posted in Podcast 

Rm Gunawan Wibisono O.Carm

Audio Podcast Link

Translate »