Minggu ke-4 Masa Adven [B]

24 Desember 2023

Lukas 1:26-38

“Penuh Rahmat” adalah gelar yang tak terpisahkan dari Maria. Setiap kali kita mengucapkan doa ‘Salam Maria’, kita langsung menyadari bahwa gelar pertama setelah nama Maria adalah ‘penuh rahmat’.  Tidak hanya gelar ini yang paling dikenal, tetapi juga yang paling kuno. Bahkan gelar ini berasal dari Alkitab, yaitu pada bab pertama Injil Lukas. Malaikat Gabriel menampakkan diri dan menyapa Maria, “Salam, penuh rahmat!” Namun, jika kita membaca ayat ini dengan saksama, sebutan ‘Penuh Rahmat’ sebenarnya tidak ada di sana (lih. Luk 1:28). Lalu, apa yang dikatakan malaikat kepada Maria? Mengapa kita mengunakan kata ‘Penuh Rahmat’?

Kata ‘Penuh Rahmat’ muncul dalam Alkitab versi Vulgata. Vulgata sendiri adalah terjemahan Alkitab dalam bahasa Latin oleh Santo Heronimus pada awal abad ke-5. Dalam bahasa Latin, kata ini adalah ‘gratia plena’. Karena bahasa Latin adalah bahasa resmi Gereja Katolik Roma, ‘gratia plena’ akhirnya menjadi gelar standar Maria dan diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa termasuk bahasa Indonesia, ‘penuh rahmat.’ Ketika ‘Salam Maria’ dan doa rosario menjadi devosi yang paling populer di dunia Katolik, gelar ‘penuh rahmat’ tidak dapat lagi dipisahkan dari Maria. Namun, apa yang sebenarnya tertulis di dalam Alkitab?

Lukas menulis dalam bahasa Yunani ‘κεχαριτωμένη’ (baca: kecharitomene) yang secara harfiah berarti ‘dia yang telah diberi rahmat.’ Jadi, apakah Santo Heronimus keliru? Tidak juga. Heronimus memutuskan untuk tidak membuat terjemahan harfiah, melainkan terjemahan yang lebih puitis. Dengan pilihan ini, Santo Heronimus ingin menarik perhatian kita pada kehadiran rahmat secara total dan terus menerus dalam kehidupan Maria. Namun, mengapa gelar ‘κεχαριτωμένη’ sangat penting bagi Maria dan bagi kita?

Pertama, kita perlu memahami arti kata ‘rahmat’. Dalam bahasa Yunani, kata ini berarti ‘χάρις’ (baca: charis) dan arti yang paling mendasar adalah ‘anugerah’, ‘pemberian’ atau ‘hadiah’. Namun, dalam Perjanjian Baru, kata rahmat tidak hanya berarti hadiah secara umum, seperti hadiah ulang tahun atau hadiah kelulusan, tetapi rahmat adalah hadiah yang paling utama dan paling penting. Rahmat mengacu pada anugerah keselamatan dari Tuhan. Dan, keselamatan itu tidak hanya selamat dari dosa dan kematian, tetapi juga selamat untuk Allah. Ketika kita diselamatkan, bukan hanya dosa-dosa kita yang diampuni, tetapi kita juga dimampukan untuk berpartisipasi pada kehidupan ilahi sang Allah Tritunggal. Rahmat adalah karunia keselamatan, karunia kekudusan, dan karunia surga. (untuk diskusi yang lebih lengkap, lihat KGK 1996-2007)

Maria sepenuhnya unik karena dia adalah orang pertama yang telah menerima rahmat bahkan sebelum Tuhan kita disalibkan dan bangkit, dan bahkan, sebelum Dia dilahirkan. Realitas rahmat secara sempurna dimanifestasikan di dalam diri Maria. Rahmat hadir bukan karena Maria layak, tetapi karena ia dipilih. Bukan karena usahanya, tetapi karena rahmat diberikan secara cuma-cuma. Bukan karena rencana Maria, tetapi karena penyelenggaraan Allah. Namun, momen Kabar Sukacita juga menunjukkan kepada kita bahwa rahmat itu benar-benar cuma-cuma, tetapi tidak pernah murahan. Meskipun rahmat telah memenuhi diri Maria sejak awal, Maria masih harus membuat pilihan bebas untuk menerima rahmat tersebut dan membuatnya berbuah dalam hidupnya. Karena itu, ia berkata, “Terjadilah padaku menurut perkataan-Mu!” Jawaban ya dari Maria terhadap rahmat Allah bukan hanya satu kali, tetapi sebuah komitmen seumur hidup, bahkan dalam menghadapi salib.

Juruselamat kita telah wafat dan bangkit bagi kita dan mencurahkan rahmat-Nya untuk penebusan kita. Namun, seperti Maria, kita harus memilih dengan bebas untuk menerima rahmat tersebut dalam hidup kita, dan melaluinya, kita bertumbuh dalam persahabatan dengan Allah. Inilah sebabnya mengapa kita berusaha menghindari dosa, pergi ke misa secara teratur dan pantas, dan melakukan karya-karya belas kasih. Bukan karena kita ingin mendapatkan keselamatan dengan usaha kita sendiri, melainkan kita ingin bertumbuh dalam rahmat Allah, dan mengungkapkan rasa syukur kita atas rahmat keselamatan yang diberikan secara cuma-cuma.

Roma

Valentinus Bayuhadi Ruseno, OP