Fr. Marianus Siriakus Ndolu O.Carm

(Lukas 19: 45- 48)

Yesus berkata: “…Rumah-Ku adalah rumah doa tetapi kalian telah menjadikannya sarang penyamun..” (Luk 19:46). Dengan kata-kata ini Yesus  ingin membersihkan bait suci dari segala hal yang tidak berhubungan dengan ibadat kepada Allah: bisnis dan jual beli serta menjadikannya seperti sarang penyamun. Kata-kata Yesus ini merujuk kepada kata-kata nubuatan Nabi Zakariah: “…Pada waktu Tuhan menjadi Raja di Yerusalem..tidak ada lagi pedagang di rumah Tuhan semesta alam..” (Zakh 14:21). Dalam artinya yang paling dalam dan radikal, kata-kata Yesus ini mau mengatakan bahwa rumah doa ini bukan lagi bangunan yang dibuat oleh tangan manusia sehingga pedagang dan penukar uang tidak dapat lagi mengotorinya. Dan itu adalah bait suci batiniah kita tempat dimana perjumpaan dengan Allah dirayakan. Dengan demikian, kehadiran Allah tidak lagi terikat pada aspek-aspek material belaka.

Apa maknanya ini bagi kita? Satu hal yang pasti adalah bahwa diri-batin kita menjadi tempat suci dimana kita berjumpa dengan Allah batiniah kita. Dalam kata-kata St Paulus: diri kita adalah tempat tinggal Allah. Perjumpaan dengan Tuhan terjadi dalam rumah Tuhan yaitu diri kita. Di sinilah pedagang dan pembisnis tidak akan mampu mengotorinya.

Yang dapat mengotori bait suci batiniah kita adalah dosa. Dosa-lah yang mencemari tempat suci batiniah kita. Karena itu kita tentu mengharapkan Yesus datang untuk menyucikan rumah doa batiniah kita sehingga itu menjadi tempat yang layak bagi perjumpaan kita dengan Allah.

Persoalan bagi kita sekarang adalah bahwa tidak semua  kita menyadari hal ini. Karena itu kita tidak pernah dapat mengupayakan kebersihan tempat suci batiniah itu. Meditasi adalah doa yang membantu kita untuk selalu sadar akan keadaan batin kita. Meditasi dan keheningan amat membantu kita dalam hal ini. Karena itu baiklah kita mencoba bertekun dalam praktek meditasi harian kita sehingga kita memiliki kepekaan yang kita butuhkan untuk selalu sadar akan situasi bait suci batiniah kita. Amin