Fr. Ignasius Joko Purnomo O.Carm
- Saudara-saudari yang terkasih. Banyak orang memegang prinsip “terpenuhi dulu segala kebutuhanku, setelah itu baru kita bisa memikirkan atau berbuat sesuatu untuk orang lain.” Tanpa kita sadari prinsip yang sama kita kenakan dalam relasi kita dengan Tuhan. Sehingga tanpa kita sadari sebenarnya kita memberi kepada Tuhan apa yang tersisa.
- Hari ini pemandangan yang kontras terjadi di Bait Allah: “Ketika Yesus mengangkat muka-Nya, Ia melihat orang-orang kaya memasukkan persembahan mereka ke dalam peti persembahan. Ia melihat juga seorang janda miskin memasukkan dua peser ke dalam peti itu.” Yesus melihat bahwa di antara orang-orang kaya yang memberikan persembahan, terpantau seorang janda miskin yang memasukkan hanya dua peser ke dalam peti persembahan! Dua peser adalah pecahan uang paling kecil pada masa itu. Yesus berkata: “Janda ini memberikan lebih banyak dari semua orang itu, sebab mereka semua memberikan dari kelimpahannya, tetapi janda ini memberikan dari kekurangannya, bahkan memberikan seluruh nafkahnya” Melalui pernyataan ini, Yesus mengajarkan kepada kita beberapa hal penting:
- Kisah ini mengajarkan bahwa Tuhan tidak mengukur persembahan kita berdasarkan jumlah atau nilainya secara material, melainkan berdasarkan ketulusan hati dan pengorbanan yang menyertai pemberian tersebut. Janda miskin itu memberi dari kekurangannya. Ini menunjukkan iman dan kepercayaannya yang mendalam kepada Tuhan. Ia menyerahkan segala miliknya karena yakin bahwa Tuhan adalah sumber segala berkat.
Sering kali kita terjebak dalam ukuran duniawi, mengukur diri sendiri atau orang lain berdasarkan apa yang bisa kita berikan secara materi. Kesediaan si janda miskin untuk memberi dari kekurangannya seharusnya menjadi cambuk bagi kita yang sering memaafkan diri sendiri, bila kita tidak memberi persembahan karena rasa malu bila hanya memberi sedikit. Kita diajak untuk menyadari bahwa Tuhan pertama-tama tidak memperhitungkan jumlah uang, tetapi sikap hati yang percaya dan mau berkorban karena adanya sikap cinta dan hormat kepada-Nya.
- Janda miskin dalam kisah ini adalah teladan iman yang luar biasa. Dalam keterbatasannya, ia tetap mempersembahkan apa yang ia miliki kepada Tuhan, bahkan memberikan semua yang ada padanya. Tindakan ini menunjukkan iman yang luar biasa: bahwa ia percaya kepada pemeliharaan Allah yang akan selalu mencukupi kebutuhan hidupnya. Sikap janda itu mengingatkan kita bahwa iman sejati sering kali menuntut keberanian untuk melepaskan diri dari rasa aman duniawi dan bersandar sepenuhnya pada penyelenggaraan Allah.
- Penutup
Saudara-saudari, marilah kita belajar dari janda miskin ini untuk selalu memberi dengan hati yang tulus, penuh iman, dan pengorbanan. Bukan soal besar atau kecilnya pemberian kita, tetapi bagaimana hati kita terarah kepada Tuhan dan sesama. Semoga kita semakin bertumbuh dalam iman dan kemurahan hati, sehingga hidup kita menjadi persembahan yang hidup, kudus, dan berkenan di hadapan Tuhan.