Rabu, 25 Desember 2024
Bacaan Injil Yohanes 1:1-18
Rm Aji Kurniawan O.Carm
Selamat Natal. Semoga Damai Natal senantiasa beserta kita semua.
Sukacita dan suasana Natal masih menjadi euforia untuk kita semua hari ini, di sini, dan saat ini. Ungkapan salam, doa, dan selamat natal dari kerabat, sahabat, dan kenalan memenuhi media sosial kita. Entah sudah berapa orang yang memberikan ucapan selamat maupun kita berikan ucapan selamat dalam satu hari ini. Namun yang pasti, marilah kita luangkan waktu sejenak untuk memberikan ucapan selamat natal dan untaian doa itu pada diri kita, batin kita, dan tubuh kita yang sudah sekian lama bersama ini. Menyapa diri sendiri menjadi cara sederhana memaknai momen Allah yang menyapa setiap pribadi dengan segala pergumulan yang dialami.
Peristiwa Natal menjadi bagian dari pengalaman iman. Pengalaman iman katolik tidak dapat dipisahkan dari pengalaman pengharapan akan keselamatan yang Allah kerjakan dalam sejarah manusia. Allah yang dahulu dirasakan begitu jauh sekarang hadir dan lahir dalam rupa manusia lemah yang begitu dekat dan hangat. Allah ingin menyapa setiap manusia hingga sisi kemanusiaan yang paling lemah, hina, dan berdosa. Peristiwa Natal ini sungguh membawa pesan iman kepada bahwa memahami dan mengenali kasih Allah yang begitu besar tidak cukup hanya menggunakan logika akal budi atau nalar dengan segala penjelasan ilmiahnya. Tidak cukup pula menggunakan logika perasaan, afeksi, atau daya sensitifitas manusiawi yang dipenuhi dengan sensasi dan gejolak emosi. Masih ada logika keselamatan yang menjadi penawar dari setiap keraguan dan rasa penasaran bagaimana mungkin Allah yang begitu Mahakuasa dan Mahabesar itu menjadi manusia yang lemah. Logika keselamatan inilah yang ingin Allah wartakan kepada manusia melalui penjelmaan yang mengagumkan ini.
Pada mulanya sudah ada Firman, Firman itu bersama dengan Allah, dan Firman itu adalah Allah. Ia pada mulanya bersama dengan Allah. Segala sesuatu dijadikan melalui Dia dan tanpa Dia tidak ada suatu pun yang telah jadi dari segala yang telah dijadikan…. Firman itu telah menjadi manusia, dan tinggal di antara kita, dan kita telah melihat kemuliaan-Nya, yaitu kemuliaan sebagai Anak Tunggal Bapa, penuh anugerah dan kebenaran. (Ayat 1-3,14). Injil Yohanes memberikan suatu penegasan bahwa Yesus adalah Firman Allah yang sungguh menjelma menjadi manusia dan tinggal di antara kita yang senantiasa memberikan anugerah dan membimbing dalam kebenaran. Maka dari itu, apa yang menjadi ajakan “Marilah sekarang kita pergi ke Betlehem” menjadi seruan untuk datang menemui Yesus mengenakan logika keselamatan bukan hanya logika nalar dan logika rasa. Kita masing-masing adalah “Betlehem” yang hidup di tengah-tengah keluarga, keleompok, komunitas, masyarakat. Barangsiapa bertemu dan berjumpa dengan diri kita apakah mereka merasakan damai, tenang, lega, nyaman, gembira sebagaimana para gembala berjumpa dengan bayi Yesus di palungan? Ataukah justru sebaliknya? Marilah kita belajar menjadi “Betlehem” yang membawa damai. (RD Daniel Aji Kurniawan)