Rm. Ignasius Joko Purnomo O.Carm

      Markus 7:24-30

Saudara-saudari terkasih.

    Hari ini Bacaan Injil mewartakan kepada kita kisah perjumpaan Yesus dengan seorang perempuan Siro-Fenesia yang datang memohon kesembuhan bagi anaknya yang kerasukan roh jahat. Dalam kisah ini kita melihat betapa luar biasanya sikap iman Perempuan Siro-Fenisia itu. Iman sejati mengatasi segala rintangan, baik itu budaya, sosial, maupun spiritual.

    Perempuan Siro-Fenisia ini berasal dari daerah yang bukan Yahudi, dan dalam konteks budaya saat itu, orang Yahudi dan non-Yahudi memiliki hubungan yang tegang. Namun, imannya yang besar mendorongnya untuk melampaui batas-batas suku dan budaya itu. Ia tidak membiarkan perbedaan budaya atau status sosial menghalanginya untuk mendekati Yesus.

    Bahkan ketika Yesus awalnya menanggapi permohonannya dengan kata-kata kasar yang seolah-olah menolak, perempuan ini tidak putus asa. Yesus berkata: “Biarlah anak-anak kenyang dahulu, karena tidak patut mengambil roti yang disediakan bagi anak-anak dan melemparkannya kepada anjing.” Sudah barang tentu hal ini adalah ujian iman yang besar. Namun, perempuan ini tidak mundur. Sebaliknya, ia menanggapinya dengan kerendahan hati dan keteguhan iman yang luar biasa. Perempuan ini tidak meminta hak istimewa atau menuntut Yesus untuk melakukan mukjizat. Ia hanya memohon belas kasihan, dengan berkata: “Benar, Tuhan, tetapi anjing-anjing di bawah meja juga makan remah-remah yang dijatuhkan anak-anak.” Jawaban ini menunjukkan kerendahan hati dan penyerahan diri yang total kepada kehendak Tuhan.

    Akhirnya, Yesus menanggapi iman perempuan ini dengan sangat luar biasa. Yesus berkata: “Karena perkataanmu itu, pergilah, setan itu sudah keluar dari anakmu.” Iman perempuan ini tidak hanya menyentuh hati Yesus, tetapi juga mengubah situasi yang mustahil menjadi mungkin. Iman yang tulus dan rendah hati memiliki kuasa untuk menggerakkan hati Tuhan.

    • Saudara-saudari terkasih.

    Dalam hidup kita, seringkali kita menghadapi batasan-batasan yang membuat kita ragu untuk mendekati Tuhan atau untuk memperjuangkan apa yang kita percayai. Mungkin kita merasa tidak layak, atau kita takut akan penolakan.  Mungkin kita juga sering dihadapkan pada situasi yang seolah-olah Tuhan tidak mendengarkan doa kita atau bahkan menolak permohonan kita.

    Perempuan Siro-Fenisia ini mengajarkan kita bahwa iman yang sejati adalah iman yang berani melampaui segala batas. Iman yang tidak terhalang oleh ketakutan atau prasangka, tetapi yang percaya bahwa Tuhan mampu melakukan yang mustahil. Iman yang sejati adalah iman yang tetap percaya meskipun dihadapkan pada tantangan. Iman yang tidak mudah goyah oleh keadaan, tetapi yang tetap teguh dalam keyakinan bahwa Tuhan memiliki rencana yang terbaik bagi kita.

    Ketika kita datang kepada Tuhan dengan hati yang rendah, mengakui bahwa kita tidak layak tetapi percaya pada kasih-Nya yang besar, maka kita membuka diri untuk mengalami kuasa-Nya yang ajaib. Perempuan ini mengajarkan kita bahwa iman yang sejati adalah iman yang rendah hati, yang mengakui ketergantungan kita pada Tuhan dan yang menyerahkan segala sesuatu ke dalam tangan-Nya. Iman yang tidak hanya percaya pada kemampuan Tuhan, tetapi juga yang mengubah hati kita dan situasi kita. Iman yang membawa kita kepada penyerahan total kepada kehendak Tuhan dan yang percaya bahwa Tuhan akan bertindak sesuai dengan waktu dan cara-Nya yang sempurna.

    • Saudara-saudari terkasih.

    Sikap iman perempuan Siro-Fenisia adalah teladan yang luar biasa bagi kita semua. Iman yang berani melampaui batas, yang tetap percaya meskipun dihadapkan pada tantangan, yang rendah hati dan penuh penyerahan, dan yang memiliki kuasa untuk mengubah hati Tuhan. Marilah kita meneladani imannya dan membawa segala permohonan kita kepada Tuhan dengan keyakinan yang sama. Semoga kita semua dapat mengalami kuasa iman yang sejati dalam hidup kita dan menjadi saksi kasih Tuhan yang melampaui segala batas.