Senin, 17 Februari 2025
Bacaan Injil Markus 8:11-13
Satu fenomena yang menarik dalam perikop Injil Markus 8:11-13 yaitu orang-orang Farisi datang kepada Yesus bukan untuk mencari kebenaran, tetapi justru mereka datang untuk mencobai-Nya. Mereka meminta tanda dari surga. Mereka tidak menyadari bahwa Yesus melakukan banyak mukjizat. Namun, semua itu tidak cukup menjadi bukti bahwa Ia adalah Mesias. Hati mereka tetap keras dan penuh dengan keraguan. Di sinilah permenungan kita bersama, sampai kapan kita akan terus meragukan Allah yang menyertai dengan terus menerus meminta tanda pada Allah, terlebih dalam setiap untaian doa kita?
Sabda Tuhan yang saya dan Anda renungkan hari ini memberikan satu pengajaran iman yang mendasar bahwa iman adalah dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan dan bukti dari segala sesuatu yang tidak kita lihat (bdk. Ibr 11:1). Iman bukan hanya sekadar perasaan sentimentil belaka, tetapi sebuah keyakinan yang teguh kepada Tuhan, meskipun kita belum melihat secara langsung apa yang dijanjikan-Nya. Iman membuat kita tetap percaya bahwa rencana Tuhan akan digenapi pada waktu dan cara-Nya yang tepat. Pengharapan menjadi nyala api yang memberikan dorongan kuat dalam diri seseorang untuk terus mengupayakan pertobatan dan situasi yang lebih baik dari hari kemarin dan hari ini.
Di sisi lain, saya dan Anda tak jarang berada dalam fase mencobai Allah ketika kita mengalami keraguan dalam mengambil keputusan. Kita meminta Allah untuk memberikan tanda, jalan keluar, solusi, atau petunjuk dalam setiap persoalan yang kita alami. Apa yang lantas dapat kita lakukan ketika kondisi ini terjadi? Dalam keraguan yang pastinya menghampiri inilah kita menjadikan kesempatan ini sebagai pengalaman dimurnikan dalam iman. Proses pemurnian akal budi dan logika kita dengan segala pertimbangan baik buruknya, positif negatifnya, dan berbagai analisa rasional. Kita pun dimurnikan dalam menggunakan rasa dan daya batin untuk menimbang sambil membawanya di dalam doa, puasa, dan matiraga. Tak cukup mengolah akal dan rasa, kita juga semakin didewasakan untuk bersikap tenang mendengarkan suara hati di mana Allah sedang membisikkan pesan-Nya. Hingga akhirnya, saya dan Anda bertumbuh dalam kepekaan merasakan Allah yang tidak tinggal diam menuntun dan mengarahkan hidup kita. Allah menyertai untuk berani mengambil keputusan dan pilihan dalam hidup setiap harinya.
Belajar merasakan dan mengalami kehadiran Tuhan melalui pengalaman-pengalaman kecil dalam hidup sehari-hari adalah langkah awal untuk bertumbuh dalam rasa syukur. Tuhan tidak selalu hadir dalam tanda yang spektakuler, tetapi bisa melalui sapaan sederhana seperti renungan-renungan singkat yang setiap hari kita baca dalam Lubuk Hati ini. Jangan sampai saya dan Anda melewatkan momen kehadiran-Nya hari ini hanya karena kita mengharapkan sesuatu yang besar dan luar biasa. (RD Daniel Aji Kurniawan)