Masa Prapaskah dimulai sejak hari Rabu Abu lalu. Masa retret agung dan kesempatan bagi kita merefleksikan diri dalam rangka relasi dengan Tuhan, semesta alam dan sesama saudara. Satu masa di mana kita diajak masuk ke dalam diri sendiri, melihat kembali pikiran dan perasaan yang tumbuh selama ini. Selaraskah pikiran dan perasaan kita dengan Tuhan? Masa Prapaskah mengantar kita pada pertobatan sejati agar siap menerima Penebusan Yesus Kristus.
Bacaan-bacaan hari ini mengantar kita pada refleksi semacam itu. Betapa mudahnya kita menunjuk-menunjuk kekeliruan dan kesalahan orang lain. Kita menebarkan berita bohong dan fitnah tentang pribadi orang lain. Mungkin saja orang lain tidak melakukannya. Bahkan orang lain diberi cap stempel sebagai pendosa, penjahat, penjilat, perampok dan sebagainya. Kita menghambat rahmat Tuhan bekerja melalui orang lain. Kitapun banyak melukai diri sendiri dengan sikap iri, benci dan dendam yang tak ada habisnya.
Setiap orang bisa salah dalam merencanakan dan memutuskan sesuatu. Tetapi dia tidak boleh dianggap sebagai pesakitan atau orang yang bersalah terus menerus, kecuali hukum dapat membuktikan kesalahannya.
Dalam Injil hari inipun kita mendengarkan bahwa Yesus mencari dan bertemu dengan Lewi pemungut cukai. Sebuah pekerjaan yang dianggap hina dina. Para pemungut cukai kerap mencari keuntungan untuk memperkaya dirinya sendiri dari rakyat. Betapa pedihnya ketika seseorang disingkirkan dari public. Tidak ada orang lagi yang mau percaya padanya. Ini sebuah penderitaan. Masa gelap yang dialaminya berakhir ketika Yesus menyapa dan berkata,”Ikutlah Aku.” Satu kalimat singkat yang menguhkan harapan masa depannya. Ada orang lain yang mau menyapa dan menjadikan Lewi bagian dari para murid Yesus. Kiranya ini sebuah keajaiban dan mukjizat dalam diri Lewi pemungut cukai. Yesus datang, menyapa dan mengajaknya tinggal bersama, bergabung bersama komunitas para murid.
Bagi Yesus orang yang tersingkirkan, termarginalkan dan diabaikan seperti Lewi perlu disapa dan diyakinkan dengan hidupnya. Orang yang mungkin dianggap hina dan terkutuk karena perbuatannya, akhirnya dipulihkan oleh Yesus. “Bukan orang sehat yang memerlukan tabib, tetapi orang sakit; Aku datang bukan untuk memanggil orang benar, tetapi orang berdosa, supaya mereka bertobat.” Kalimat itulah yang dikatakan oleh Yesus kepada ahli Taurat dan orang Farisi. Mereka bersungut-sungut kepada Yesus karena mau datang makan minum bersama pendosa. Orang sakit, orang berdosa perlu dipulihkan hidupnya agar mereka sehat dan sembuh dari beban fisik, beban mental dan rohani.
Setiap orang membutuhkan sapaan, agar dapat bangun dan berdiri tegak kembali dari keterpurukannya. Setiap orang pernah terjatuh dan tersungkur! Tidak jarang banyak kawan pergi meninggalkannya. Justru pada saat itulah dia sesungguhnya membutuhkan uluran tangan dari kawan dan sahabatnya. Yesus menunjukkan kepada kita arti yang sesungguhnya sebagai sahabat dan saudara pada orang yang terjatuh.
Mari kita membebaskan dan membaharui diri pada Masa Prapaskah ini. Bebaskan diri kita dari sikap menunjuk-nunjuk kesalahan orang lain dan dari sikap memfitnah orang lain dari sesuatu yang tidak mereka lakukan. Dan pada akhirnya berani memulihkan semangat hidup dari saudara yang sedang menderita dan tersungkur. Tuhan Yesus memberkati setiap perjuangan kita untuk membaharui diri.
(rm. Medyanto, o.carm)