Rm Ignatius Joko Purnomo

        Yohanes 17:1-11a

  1. Saudara-saudari terkasih dalam Yesus Kristus.

Adalah pengalaman kita semua bahwa ketika kita harus berhadapan dengan berbagai macam kesulitan maka kita bisa merasa sedih, kecewa, marah – baik kepada diri sendiri, orang lain, bahkan kepada Tuhan. Apalagi kalau kita harus berhadapan dengan penderitaan. Tidak banyak orang yang bisa memahami dan menerima penderitaan sebagai bagian dari kehidupan dan tetap tegar, bahkan menunjukkan ketabahan dan kedamaian batin yang luar biasa.

  • Injil hari ini menampilkan doa Yesus yang penuh keintiman kepada Bapa-Nya. Dalam situasi yang mengharukan – menjelang sengsara dan wafat-Nya – Yesus   tidak memohon keselamatan untuk diri-Nya sendiri, tetapi justru memuliakan Bapa-Nya. Dia berkata: “Bapa, telah tiba saatnya; permuliakanlah Anak-Mu, supaya Anak-Mu mempermuliakan Engkau”. Dia juga berdoa bagi para murid-Nya sebagaimana terdapat di bagian akhir Injil, “Aku berdoa untuk mereka. Bukan untuk dunia Aku berdoa, tetapi untuk mereka, ……..”
  • Saudara-saudari terkasih. Kita tahu bahwa selama hidup-Nya di dunia, Yesus mengosongkan diri-Nya (bdk. Filipi 2:6-8). Ia tidak menampilkan kemuliaan ilahi-Nya secara penuh. Namun melalui ketaatan-Nya sampai mati di salib, Ia akan dimuliakan kembali. Jadi ketika Ia berkata “permuliakanlah Aku”, Ia menunjuk pada salib sebagai jalan menuju kemuliaan, dan sekaligus kepada kebangkitan dan kenaikan ke surga di mana Ia akan kembali duduk di sebelah kanan Bapa dalam kemuliaan-Nya. Lewat doa-Nya ini Yesus mengungkapkan misteri terdalam tentang siapa diri-Nya sebenar-Nya, yatiu: Dia adalah Putra Allah yang turun ke dunia demi keselamatan kita melalui penderitaan dan wafat di salib, dan kembali kepada kemuliaan-Nya yang semula bersama Bapa.
  • Saudara-saudari terkasih. Setiap orang dalam perjalanan hidupnya pasti pernah mengalami saat-saat yang berat, saat di mana hidup terasa gelap, penuh luka, kehilangan, kegagalan, atau penderitaan yang sulit dijelaskan. Saat itulah kita sedang berhadapan dengan salib. Salib bukanlah hukuman. Salib adalah bagian dari misteri kasih Allah yang memurnikan, mendewasakan, dan membawa kita lebih dekat kepada-Nya. Dalam salib, kita bertemu dengan kelemahan kita sendiri, tetapi juga berjumpa dengan kekuatan kasih Tuhan yang tidak pernah meninggalkan kita. Dia tidak jauh. Dia turut berjalan dan menderita bersama kita.

Salib bukan akhir. Di balik salib ada kebangkitan. Ini adalah janji iman kita: bahwa penderitaan yang dijalani bersama Kristus akan menghasilkan hidup yang baru. Justru dalam salib, kita belajar mengasihi tanpa syarat, menjadi rendah hati, dan mengandalkan Tuhan sepenuhnya. Dengan demikian, salib dalam hidup kita – penderitaan, pengorbanan, atau ketidaknyamanan – justru menjadi  jalan menuju kemuliaan Allah. 

Saudara-saudari terkasih. Mari belajar dari Yesus agar kita tidak takut dalam menghadapi salib dalam hidup kita. Mari kita mohon rahmat kekuatan dari Yesus, agar kita dapat memikut salib hidup kita bersama-Nya, dan akhirnya boleh mengalami kemuliaan bersama-Nya.