RP Hugo Susdiyanto O.Carm

PW St. Martinus dari Tours

Luk 17:7-10

Selasa, 11 November 2026

Adanya harapan tanda ada kehidupan, tiadanya harapan berarti hilangnya kehidupan. Karenanya jangan pernag kehilangan pengharapan. Pengharapan tidak pernah mengecewakan, karena kasih Allah telah dicurahkan di dalam hati kita oleh Roh Kudus yang telah dikaruniakan kepada kita [Rm 5:5].

Pada zaman Yesus, terdapat aneka ragam harapan akan Mesias: ada yang mengharapkan seorang Raja Mesias [Luk. 15:9, 32], seorang Mesias Kudus [Imam Besar](Mrk.1:24), seorang Mesias Prajurit [Luk. 23:5; Mrk. 15:6; 13:6-8], seorang Mesias Tabib [Yoh. 4:25; Mrk. 1:22, 27], seorang Mesias Hakim [Luk. 3:5-9; Mrk. 1:8], seorang Mesias Nabi [Mrk. 6:4; 14:65]. Intinya semua orang mengharapkan sesuatu yang besar. Hanya kelompok anawim [Maria, Zakaria, Elizabeth], yang mengharapkan seorang Mesias yang Melayani (Yes 42:1; 49:3; 52:13). Pernyataan iman Maria, “Aku ini hamba Tuhan! Terjadilah padaku menurut perkataanmu”[Luk 1:38] kiranya ikut membentuk manusia Yesus yang selalu siap melayani, “Anak Manusia datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani”(Mrk 10:45). Melayani yang dimaksudkan Yesus bukan terjadi sesekali, melainkan berlangsung terus-menerus, tanpa henti, tanpa pamrih. Spiritualitas hamba, pelayanan  tanpa pamrih dihayati dalam Gereja Perdana [Kis 2:41-47; 4:32-37]. Rasanya di tubuh Gereja modern spritualitas hamba, pelayanan tanpa pamrih ini semakin pudar.

Ada ungkapan dalam bahasa Latin “obidientia sicut cadaver”, artinya taat seperti mayat. Mayat adalah lambang ketiadaan, pengosongan diri, penyerahan total kepada Allah. Inilah iman sejati, spiritualitas “Hamba yang tidak berguna”. Semangat iman seperti ini tumbuh subur di kalangan Gereja Perdana. Sementara di jaman ini, semangat iman, spiritualitas “Hamba yang tidak berguna” telah berubah menjadi iman yang transaksional. Apa keuntungan yang saya dapatkan dengan ber-Ekaristi, melayani sesama, berlingkungan/stasi. Mari kita berupaya menghayati semangat Gereja Perdana, spiritualitas hamba. Iman sejati bukan yang kita pikirkan, melainkan yang kita laksanakan, maka kita perlu memohon kepada Tuhan bukan hanya tambahkalah iman kami, tetapi tumbuhkanlah iman sejati kami. Dengan iman sejati, kita dimampukan untuk saling melayani.