Sabtu dalam Pekan Biasa ke-10
16 Juni 2018
Matius 5:33-37
Mengucapkan sebuah kata adalah sebuah tindakan yang penuh daya. Dalam Kitab Kejadian, Allah menciptakan alam semesta melalui firman-Nya, “Jadilah terang!” Dan setelah ia selesai dengan penciptaan, Allah membagikan kekuatan kreatif ini dengan Adam dengan menugaskan dia untuk memberi nama makhluk-makhluk ciptaan lainya. Adam kemudian menjadi ‘rekan pencipta’ dengan membawa makhluk-makhluk lain ke dalam cahaya dan harmoni: untuk membedakan siang dari malam, cahaya dari kegelapan, dan kebenaran dari kepalsuan. Melalui kata juga, kita menjalin hubungan dengan satu sama lain dan membangun keluarga dan komunitas. Melalui kata “Ya, saya bersedia”, sang mempelai pria dan wanita menjadi satu tubuh dan membangun keluarga Kristiani.
Namun, kata ini tidak hanya kuat untuk membangun tetapi juga menghancurkan. Adolph Hitler adalah salah satu orator terbaik dalam sejarah dunia, tetapi dia menggunakan kata-katanya untuk menyebarkan kebencian ke dalam hati bangsanya, dan ini menyebabkan Perang Dunia II yang mengerikan, dan hilangnya nyawa jutaan orang.
Kata Yesus sungguh penuh kuat. Tetapi, kekuatannya tidak bergantung pada kekerasan, ancaman atau penipuan, tetapi kebenaran dan belas kasih. Itu adalah kata yang menyembuhkan ketika dia berkata kepada orang yang tuli di Galilea, “Efata! Terbukalah!” Ini adalah kata yang mengampuni ketika dia memberi berkata kepada wanita yang berdosa itu,“Pergilah dalam damai! Dosa Anda telah diampuni. ”Ini adalah kata yang membawa pertobatan ketika ia mengundang Matius, “Ikutlah Aku!” Ini adalah firman yang membawa kehidupan ketika ia membangkitkan Lazarus,“ Lazarus! Marilah ke luar!” Ini adalah kata yang mengubah dan menyelamatkan manusia ketika menghadapi pengkhianatan, penyangkalan dan kematian, Dia memberikan dirinya kepada teman-temannya, “Inilah tubuh-Ku yang diserahkan bagi kamu!”
Kita, para pengikut Kristus, diundang oleh sang Guru dan Tuhan untuk mengucapkan kata-kata yang membangun komunitas dan keluarga, yang menyembuhkan luka-luka, yang membawa kedamaian, dan yang membebaskan kebenaran. “Jika ya, hendaklah kamu katakan: ya, jika tidak, hendaklah kamu katakan: tidak!”
Frater Valentinus Bayuhadi Ruseno, OP