Header image alt text

indonesian catholic online evangelization

SAAT INI MENENTUKAN SAAT AKAN DATANG

Posted by admin on March 3, 2021
Posted in renungan 

Kamis, 4 Maret 2021

Lukas 16:19-31

Antara orang kaya dan Lazarus. Keduanya ada bersama dalam suatu tempat, dan waktu di dunia. Namun apa yang dialami mereka berbeda.  Apa yang membuat berbeda? Apakah karena masalah berbedaan ekonomi atau status sosial? Bukan karena hal-hal itu, tetapi karena sikap hidup mereka. Orang yang dipandang kaya tersebut bersikap tidak peduli lingkungannya, sekalipun ia melihat setiap hari kondisi Lazarus yang mengenaskan, namun ia tidak tergerak sedikitpun untuk menolongnya. “Dan ada seorang pengemis bernama Lazarus, bandannya penuh dengan borok, berbaring dekat pintu rumah orang kaya itu, dan ingin menghilangkan laparnya dengan apa yang jatuh dari meja orang kaya itu. Malahan anjing-anjing datang dan menjilat boroknya.”(Luk 16:20-21).

Karena sikapnya yang egois, tidak peduli dan jauh dari belas kasih, maka setelah kematian, si kaya menerima hal yang berbeda dengan apa yang dialami di dunia. “Lalu ia berseru, katanya: Bapa Abraham, kasihanilah aku. Suruhlah Lazarus, supaya ia mencelupkan ujung jarinya ke dalam air dan menyejukkan lidahku, sebab aku sangat kesakitan dalam nyala api ini.”(Luk 16: 24). Sementara karena hati dan sikap Lazarus yang sabar menerima apa yang buruk selama ia hidup, maka setelah kematian, ia menerima keselamatan. “Kemudian matilah orang miskin itu, lalu dibawa oleh malaikat-malaikat ke pangkuan Abraham.”(Luk 16:22).

Dengan demikian, apa yang sekarang, menentukan apa yang akan terjadi nanti di masa datang. Oleh karena itu, jika seseorang selalu menjaga hatinya yang baik, rendah hati, sabar,  peduli dengan sesamanya yang menderita dan penuh kasih saat di dunia, maka ia telah menyelamatkan banyak orang, sehingga ia pun juga berada di dalam keselamatan itu juga. “Kasih itu sabar; kasih itu murah hati; ia tidak cemburu.”(1 Kor 13:4). Lakukanlah segala pekerjaanmu daman kasih.”(1 Kor 16:14). Semua yang fana akan ditinggalkan di dunia dan akan hancur karena waktu, oleh karena itu sia-sia jika seseorang hanya mengejar apa yang fana. Oleh karena itu yang terpenting adalah kasih yang tulus yang bersumber dari Kristus, dan diwujudkan dalam setiap tindakan dan karya. “Sekalipun aku dapat berkata-kata dengan semua bahasa manusia dan bahasa malaikat, tetapi jika aku tidak mempunyai kasih, aku sama dengan gong yang berkumandang dan canang yang gemerincing.”(1 Kor 13:1)

                                                           Paroki St Montfort Serawai, ditulis oleh Rm. A. Didik Setiyawan, CM

Menyelidiki Hati dan Menguji Sanubari

Posted by admin on March 3, 2021
Posted in renungan 

Bacaan Yes 17: 5-10, Kamis Prapaskah III

Konsep hati dan sanubari orang Yahudi dalam Perjanjian Lama sangat berbeda dengan konsep kita orang modern sekarang ini. Kita membedakan kalau pikiran ada dalam kepala kita, hati itu tempat perasaan dan kehendak. Namun orang Yahudi memakai kata hati untuk mendiskripsikan segala bentuk pikiran, kehendak, emosi, harapan dan doronga hati. Semua gerakan intelektual, emosional dan keinginan disatukan dalam satu hati. Hati tempat bertemunya tiga aspek hidup itu.

Kalau Yesaya mengataka, “Tuhan akan menyelidiki hati dan menguji sanubari”, hal itu berarti Dia mencari tahu dalam seluruh aspek hidup manusia, apa yang sebenarnya manusia inginkan, pikirkan dan harapkan dalam hidup ini.

Dalam Ensiklik Lumen Fidei yang dikeluarkan Paus Fransiskus tahun 1993, panggilan Allah pada manusia ada dalam hatinya. Hati itu tempat Allah mengubah hidup. Dengan terangNya, manusia yang menerima panggilan iman akan mampu melihat dunia dengan cara pandang baru. Ia akan melihat hidup dengan kaca mata Tuhan sendiri, memandang orang lain dengan cara Allah memandang manusia.

Oleh karena itu, coba ujilah dan selidikilah hati anda masing-masing, “Apakah yang sungguh menggerakan hidup kita sekarang ini? Siapakah yang sungguh-sungguh saya andalkan dalam hidup?

Sebab hanya orang yang mengandalkan Tuhan akan hidup seperti pohon yang tertanam di tepi aliran air. Ia akan berbuah pada masanya dan hidupnya tak pernah layu.

Dari aku Menuju Engkau

Posted by admin on March 1, 2021
Posted in renungan 

Senin, 1 Maret 2021

Lukas 6:36-38

            Yesus memiliki harapan kepada semua orang, agar mereka semua menerima keselamatan. Bagaimana cara untuk menerima keselamatan-Nya. Caranya adalah percaya kepada-Nya, sebagai Anak Allah yang turun ke dunia sebagai penyelamat umat manusia. Maka datanglah awan menaungi mereka dan dari dalam awan itu terdengar suara: “Inilah Anak yang Kukasihi, dengarkanlah Dia”.(Mrk 9:7). Setelah menerima dan percaya kepada Yesus Kristus, maka Allah akan merajut hidup mereka yang percaya menjadi pribadi yang memiliki karakter sebagai anak Allah, yang menyerupai Allah Bapa yang baik dan murah hati. “Hendaklah kamu murah hati, sama seperti Bapamu adalah murah hati.”(Luk 6:36). Secara konkrit kemurahan hati Allah Bapa tampak jelas dalam diri Yesus Kristus, yang datang bukan sebagai “bos”, tetapi  sebagai pelayan, yang melayani umat manusia agar menerima pengampunan dosa dan keselamatan kekal. “Sama seperti Anak Manusia datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang. “(Mat 20:28).

            Sifat Allah Bapa yang murah hati akan dimiliki oleh mereka yang telah melewati proses pembaharuan diri oleh iman. Dalam pembaharuan diri terjadi perubahan orientasi hidup; dari “aku” ke “Engkau”. Artinya  dari sikap berpusat pada diri sendiri dengan segala keinginannya, berubah menjadi pribadi yang berpusat pada Kristus Yesus. Dengan demikian, ia akan menempatkan Tuhan Yesus sebagai pengendali hidupnya. Oleh karena itu dalam segala situasi, ia akan bersikap hal yang sama seperti yang dilakukan oleh Yesus, yang mengutamakan belas kasih sebagai alat pengurukur dalam setiap tindakan. “Berilah dan kamu akan diberi : suatu takaran yang baik, yang dipadatkan, yang digoncang dan yang tumpah ke luar akan dicurahkan ke dalam ribaanmu. Sebab ukuran yang kamu pakai untuk mengukur, akan diukurkan kepadamu.”(Luk 6:38). Dengan memakai belas kasih sebagai ukuran, maka seseorang telah mengenakan ukuran yang ada di dalam diri Kristus.

            Dengan cara hidup yang demikian, maka seseorang selalu bersikap baik terhadap sesamanya. Bahkan  dalam peristiwa pedih sakalipun, ia tidak akan berubah dalam kebaikan dan penghargaan kepada mereka yang lemah dan papa. Ia akan membalas kejahatan dengan kebaikan dan berdoa bagi mereka.”Janganlah kamu menghakimi, maka kamu pun tidak  akan dihakimi. Dan janganlah kamu menghukum, maka kamu pun tidak akan dihukum, ampunilah dan kamu akan diampuni.”(Luk 6:37). Sifat-sifat yang buruk dengan sendirinya tidak akan mendapat tempat di dalam diri orang yang sudah dekat dengan Tuhan Yesus Kristus, sebab segala yang jahat akan menjauhkan dirinya dengan-Nya. Ia akan selalu haus untuk mengalirkan kedamaian, harapan dan kasih tulus kepada semua orang. Maka, tampaklah di sana cahaya Kristus yang akan terus memberikan harapan bagi setiap orang dan menjaga keharmonisan dengan alam semesta. “Demikianlah hendaknya terangmu bercahaya di depan orang, supaya mereka melihat perbuatanmu yang baik dan memuliakan Bapamu yang di sorga.”(Mat 5:16).

            Disisi lain, masih banyak orang yang kesulitan keluar dari belenggu kesombongan, kebencian dan kemarahan. Tidak ada jalan lain, selain drngan jalan pengosongan diri, yaitu melepaskan semua itu  untuk memperoleh semua karunia belas kasih Allah yang menyembuhkan dan menghadirkan damai kembali. “Tiada damai bagi orang-orang fasik itu.”(Yesaya 57:21).  Apa yang hilang akan bersemi lagi, yaitu harapan, suka cita, dan keselamatan bagi mereka yang setia hidup di dalam Kristus, sebab Dia lewat pengorbanan di atas kayu salib telah mendamaikan semua di dalam diri-Nya. “Sebab Allah mendamaikan dunia dengan diri-Nya oleh Kristus dengan tidak memperhitungkan pelanggaran mereka.”( 2 Kor 5:19 ).

                                                                        Paroki St. Montfort Serawai, ditulis oleh Rm. A. Didik Setiyawan, CM

Translate »