Header image alt text

indonesian catholic online evangelization

Minggu Biasa XXXIII C

Posted by admin on November 15, 2025
Posted in renungan 


(Mal. 3:19-20a; 2Tes. 3:7-12; Luk. 21:5-19)
Rm. Yohanes Endi, Pr.
Saudara-saudariku yang terkasih dalam Kristus, kita telah tiba pada Minggu terakhir masa biasa tahun liturgi C. Minggu depan kita memasuki Hari Raya Kristus Raja Semesta Alam, kemudian memulai perjalanan rohani baru dalam Masa Adven, tahun liturgi A. Perjalanan liturgi Gereja seakan mengajak kita berhenti sejenak, menoleh ke belakang untuk mensyukuri penyertaan Tuhan, dan menatap ke depan dengan hati yang dipenuhi harapan.
Minggu lalu kita merayakan pemberkatan Gereja Basilika, dimana kita diingatkan untuk menjadi batu-batu yang hidup untuk dan menyiapkan hati kita sebagai tempat kediaman Allah sendiri. Minggu ini, Yesus mengajak kita merenungkan akhir zaman, bukan untuk menakut-nakuti, tetapi untuk meneguhkan kita agar tidak goyah ketika menghadapi guncangan hidup. Yesus menyebutkan hal-hal yang akan terjadi: Bait Suci dihancurkan, munculnya mesias palsu, perang antar bangsa, kekacauan alam, dan penganiayaan. Semua itu mudah membuat hati gentar. Namun justru di situlah suara Yesus berbisik lembut, “Inilah kesempatan bagimu untuk memberi kesaksian… Dengan ketekunan kamu akan memperoleh hidupmu.”
Yesus tidak mengajarkan kepanikan. Ia mengajarkan ketekunan. Seolah Ia berkata: “Jika besok kiamat, maka hari ini lakukanlah kebaikan sebanyak mungkin.”
Maka, hari ini adalah hari:

untuk mengasihi tanpa pilih-pilih,

untuk mengampuni tanpa menunggu orang meminta maaf,

untuk melayani dengan tulus,

untuk tetap melakukan yang baik walau dunia terasa berat.
Dengan demikian, ketika saat terakhir tiba, entah kapan, hati kita sudah siap, damai, dan tidak dikuasai ketakutan.
Saudara-saudariku terkasih, persoalan hidup tidak pernah benar-benar hilang. Selalu ada pergulatan, pertentangan, atau pengalaman ditolak. Tetapi iman mengajarkan bahwa semua itu bukan akhir. Di balik setiap badai, ada tangan Tuhan yang memegang kita. Jika kita bertahan di jalan-Nya, justru dari pergumulan itulah tumbuh pribadi yang lebih kuat, lebih matang, lebih tahan menghadapi masa depan.
Dunia hari ini pun sering menawarkan banyak kekhawatiran: resesi, wabah baru, harga-harga yang naik, ketidakpastian ekonomi, dll. Tetapi pesan Yesus tetap sama: “Jangan takut.” Tuhan tidak pernah meninggalkan kita. Ia hadir dalam setiap langkah kecil yang kita lakukan dengan iman dan ketekunan.
Rasul Paulus mengingatkan jemaat Tesalonika: “Barangsiapa tidak mau bekerja, janganlah ia makan.” Ada orang yang memilih hidup kacau dan gelisah hanya karena takut akan masa depan. Padahal yang diminta Tuhan sederhana: tetaplah melakukan tugas harian dengan setia, apa pun keadaannya. Ketakutan sering membuat hati mengecil, tetapi ketekunan membuat hati berkembang.
Saya teringat ketika film “2012” muncul, banyak orang ketakutan. Ada yang berhenti bekerja, ada yang menghabiskan harta, bahkan ada yang putus asa. Padahal kiamat tidak datang hari itu, yang datang justru kesempatan untuk hidup lebih bijaksana. Maka, jangan biarkan ketakutan merampas masa depan kita.
Karena itu, mari mengisi waktu yang Tuhan berikan bukan dengan kecemasan, melainkan dengan kebaikan dan belas kasih. Gunakan waktu luang secara positif, belajar hal-hal baru, mengembangkan diri, berbuat baik bagi sesama. Di tengah krisis apa pun, kerja yang bermartabat tetap menjadi panggilan.
Kerja yang bermartabat adalah pekerjaan yang menghargai manusia, yang membangun relasi, yang menjaga nilai kemanusiaan. Sebab di mata Tuhan kita semua sama. Kelak, dalam kehidupan abadi, tidak ada lagi sekat-sekat: semua adalah saudara dalam kasih Bapa.
Semoga kita hidup saling menghargai, saling menguatkan, dan tetap berpengharapan. Tidak takut menghadapi hari esok, karena kita berjalan bersama Kristus. Dialah Raja Semesta Alam yang memegang sejarah dan masa depan kita.Tuhan memberkati kita semua. Amin.

Kita tumbuh kembangkan iman kepercayaan kita

Posted by admin on November 14, 2025
Posted in Podcast 

Rm Gunawan Wibisono O.Carm

Audio Podcast Link

KehadiranNya tanpa disertai tanda-tanda lahiriah

Posted by admin on November 13, 2025
Posted in Podcast 

Rm Gunawan Wibisono O.Carm

Audio Podcast Link

MASA DEPAN

Posted by admin on November 13, 2025
Posted in renungan 

Jumat, 14 November 2025

LUKAS 17:20-27

Oleh: Agustinus Suyadi, O.Carm

Hidup sekarang adalah persiapan menuju hidup masa depan. Injil hari ini menunjukkan situasi dahulu terjadi, yang sedang terjadi, dan pasti yang akan terjadi. Untuk itu, marilah kita merenungkan beberapa hal berikut:

  1. MEMAKNAI DUNIA

Seringkali banyak orang terjebak pada sarana sebagai tujuan. Orang mengira makan dan minum, membeli dan menjual, menanam dan menuai, kawin dan mengawinkan adalah sebuah tujuan hidup. Akibatnya, orang sudah merasa puas dan lega apabila hal tersebut terpenuhi dan bisa dinikmati.

Kitab Kebijaksanaan menulis, dari sarana yang ada manusia dihantar untuk menemukan Allah. Sebab pada akhirnya, dunia dan isinya akan lenyap. Hanya Kerajaan Allah sebagai tujuan hidup manusia akan bertahan.

Kalau demikian, makan dan minum itu adalah sarana bagi kita bukan semata-mata kita kenyang dan sehat, lebih daripada itu kita dihantar untuk mencari makanan dan minuman sejati, yakni Allah sendiri. Dalam Yohanes 4:34 Yesus mengatakan, “Makananku adalah melakukan kehendak Bapa.”

Membeli dan menjual bukanlah soal memenuhi kebutuhan hidup semata. Namun, hal itu juga sarana untuk melihat diri kita yang telah dijual kepada setan, lantas dibeli oleh Allah. Dalam 1 Kor 6:20 Rasul Paulus berkata: “Sebab kamu telah dibeli dan harganya telah lunas dibayar, karena itu muliakanlah Allah dengan Tubuhmu”.

Lewat menanam dan menuai, kita diajak merenung, ternyata yang menumbuhkan itu adalah Allah, sehingga kita diminta untuk menanam kebaikan, supaya bisa menuai kebaikan sejati, yakni Allah.

Demikian halnya dengan kawin dan mengawinkan, peristiwa itu adalah sarana, agar seseorang dapat menemukan kekasih sejati, yakni Allah. Dengan mengasihi pasangannya, seseorang akan berjumpa dengan wajah Allah. Maka, tujuan segala-galanya adalah Allah sendiri.

  • MELIHAT AKHIR ZAMAN

Sebagai orang beriman, kita semua menantikan kedatangan Yesus yang kedua, yakni akhir zaman. Namun, situasi akhir zaman selalu digambarkan sangat mencekam. Bumi goncang dan bencana alam. Tata surya bertubrukan. Kejayaan yang dibangun oleh manusia akan hancur berantakan. Orang akan terkejut dan bingung dalam menyikapi realitas dunia yang dihujani api dan belereng serta kegelapan.

Mengapa semua itu terjadi? Apa artinya untuk kita? Manusia membangun dunia menuju kemegahan. Orang seringkali menganggap dan mengukur keberhasilan hidup adalah ketika semua hal bisa dijangkau dan dikuasai. Namun ternyata semua yang telah dihasilkan dengan usaha dan jerih payah sehingga menghasilkan yang luar biasa itu berakhir minus. Semua seakan tidak ada nilainya sama sekali.

Realitas ini hendak menunjukkan, bahwa Allah hendak menunjukkan yang utama dalam hidup manusia, yakni Allah sendiri. Keselamatan akan terjadi pada orang yang selalu berpegang pada kehendak Allah. Langit dan bumi ini akan musnah, tetapi cinta-Ku tidak akan musnah.

  • KEHILANGAN NYAWA

Teks Kitab Suci hari ini sedemikian mengejutkan. Di ayat 33 dikatakan, “Barang siapa berusaha memelihara nyawanya, ia akan kehilangan nyawa, dan barangsiapa kehilangan nyawanya, ia akan menyelamatkannya.” Memelihara malah kehilangan, kehilangan justru menyelamatkan. Bagaimana bisa berlaku demikian?

Kita telah melihat, bahwa yang akan tetap ada adalah cinta. Apakah itu cinta? Cinta adalah Allah. Maka, dalam menatap masa depan menuju akhir zaman diperlukan kehilangan nyawa. Artinya, bukan diri kita ini yang penting. Bukan sukses kita yang utama. Bukan segala-galanya yang duniawi yang pantas kita raih. Semuanya itu bisa memupuk diri kita menjadi sekadar bermegah. Sebaliknya, keselamatan itu berarti meraih cinta, yakni Allah.

Santo Yohanes dari Salib dalam bukunya Mendaki Gunung Karmel mengatakan, untuk dapat meraih Segalanya, yakni Tuhan, orang harus berani meninggalkan segala-galanya. Cinta Tuhan justru ditemukan saat kita kehilangan nyawa, kehilangan segala-galanya, dan hanya Tuhan saja cukup.

Kita rasakan kehadiranNya dalam hidup kita

Posted by admin on November 12, 2025
Posted in Podcast 

Rm Gunawan Wibisono O.Carm

Audio Podcast Link

Translate »