HARI RAYA NATAL 25 Desember 2020

Luk 2:1-14

            Tema natal bersama KWI-PGI 2020 adalah “…dan mereka akan menamakan Dia Imanuel (Mat 1:23)”. Tentu tema tersebut juga berlatarbelakang situasi saat ini yang mengalami keprihatinan akibat pandemi COVID-19. Kematian dan kehilangan orang-orang yang dicintai, terkesan begitu akrab dalam keseharian kita. Berbagai kegiatan kita seolah terhenti dan kita pun harus melakukan karantina di rumah kita masing-masing untuk mencegah penyebaran virus tersebut. Apalagi kita pun diterpa masalah-masalah sosial yang menggambarkan kesombongan dan keangkuhan dalam hidup bersama, korupsi dan keserakahan. Kita pun kadang mengajukan pertanyaan, dimana Allah dalam situasi ini? Jawabannya Allah senantiasa dan selamanya hadir saat ini dan di sini. KehadiranNya nyata dalam hidup manusia  dan seluruh ciptaan.

            Setiap tahun, kisah kelahiran Yesus diambil dari injil Lukas. Memang Lukas menceritakan kisah kelahiran Yesus secara lebih lengkap dengan memberi keterangan latar belakang sejarah. Dan juga kisah kelahiran Yesus digambarkan begitu hidup sehingga para pendengar terbawa suasana yang menyentuh hati. Bayi Yesus dibungkus lampin, dibaringkan di palungan dalam suasana malam. Situasi demikian menggambarkan situasi yang terbatas. Hal itu untuk mengatakan bahwa seorang Bayi yang telah lahir di tempat yang rawan bahaya, di tempat yang tidak semestinya. Itulah gambaran kelahiran Yesus. Kisah kelahiran Yesus ini tentu bukan bermaksud menyampaikan suasana yang syahdu, penuh haru belaka, melainkan menyampaikan bukti bahwa Allah sudi mengalami situasi keterbatasan, kekurangan, kesulitan seperti yang dapat dialami oleh setiap orang. Itulah yang hendak diwartakan dalam Perayaan Natal tahun ini. Keheningan Betlehem seolah terulang kembali di saat perayaan Natal tahun ini yang tidak diiringi keramaian. Situasi pandemi memberi warna perayaan Natal dalam keheningan. Meski demikian Allah senantiasa hadir dan berkarya serta beserta kita. Bacaan kitab suci mengajak kita untuk melihat makna natal secara lebih mendalam. Natal menjadi bukti bahwa Allah solider dengan perjuangan, pederitaan dan kesedihan umat manusia. Untuk itulah natal menjadi saat untuk memperbaharui diri, berani menghadapi tantangan, penderitaan, kesulitan dan juga mendorong kita untuk mau memberi harapan, peneguhan, terlibat bersama saudara kita yang mengalami penderitaan, kesulitan, keterbatasan.

            Natal menjadi bukti Allah peduli akan penderitaan dan kesulitan kita. Allah hadir dalam keseharian kita. Yesus datang ke dunia dalam kesederhanaan, keheningan malam. Maria, Yosef dan bayi Yesus meraskan pengalaman ditolak, dipinggirkan dan terasing. Namun kabar malaikat memberikan penegugan ”Jangan takut, sebab sesungguhnya aku memberikan kepadamu kesukaan besar untuk seluruh bangsa” (Luk 2:10). Perayaan Natal di tengah pandemi ini mewartakan kedamaian, solidaritas dan cinta kasih. Natal menjadi bukti Allah senantiasa menyertai kita, menjadi sahabat kita. Oleh karena itu kita pun diutus mewartakan damai natal yaitu menjadi sahabat bagi orang yang ditinggalkan, disingkirkan, dan ditelantarkan. Natal menjadi perayaan cinta kasih. Amin

Tuhan Allah kami, dengan kelahiran PuteraMu, Tuhan kita Yesus Kristus, berkatilah dan anugerahilah kami sukacita dan kegembiraan dalam melakukan kehendakMu”