Rabu, 4 Agustus 2021
Matius 15:21-28
Semua orang yang datang kepada Yesus tidak pernah ada yang ditolak, walaupun yang datang bukan dari kalangan orang Israel. Hal itu berarti, Yesus datang ke dunia untuk semua umat manusia yang beraneka ragam budaya, suku, dan bangsa. Oleh karena itu, Yesus mengabulkan permohonan seorang ibu yang berasal dari Kanaan, karena ia datang dengan penuh iman dan apa yang dikatakan oleh Yesus Kristus pasti akan terjadi. “Hai Ibu, besar imanmu, maka jadilah kepadamu seperti yang kaukehendaki.” Dan seketika itu juga anaknya sembuh.”(Mat 15:28). Tidak ada orang yang akan dikecewakan, sebab kehadiran Yesus Kristus justru untuk mereka yang lemah dan mengangkat orang-orang berdosa menemunkan kembali harapannya akan keselamatan. “Jadi pergilah dan pelajarilah arti firman ini: Yang Kukehendaki ialah belas kasihan dan bukan persembahan, karena Aku datang bukan untuk memanggil orang benar, melainkan orang berdosa.”(Mat 9:13).
Pertanyaannya, sekalipun Tuhan Yesus sudah membuka kedua tangan-Nya untuk manusia, apakah manusia mau percaya? Berapakah orang yang berani bersandarkan dan mengandalkan-Nya? Belum tentu orang-orang yang setiap hari duduk makan semeja dengan Yesus bisa benar-benar percaya kepada-Nya. Sebaliknya bisa terjadi, mereka yang dianggap jauh dan tidak ber-Tuhan, ternyata lebih mau membuka hatinya untuk-Nya. “Setelah Yesus mendengar hal itu , heranlah Ia dan berkata kepada mereka yang mengikuti-Nya: “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya iman sebesar ini tidak pernah Aku jumpai pada seorangpun di antara orang Isarel.”(Mat 8:10). Oleh karena itu, siapakah yang mengetahui isi hati dan kedalaman iman seseorang? Tidak bisa orang lain melihatnya, hanya Allah sendiri yang bisa melihatnya.
Demikianlah seseorang akan bisa mengerti bahwa ketika seseorang berdoa dan memohon kepada Allah, sebelum ia meminta kepada-Nya, Dia terlebih tahu apa yang ada di dalam hatinya. “Jadi janganlah kamu seperti mereka, karena Bapamu mengetahui apa yang kamu perlukan sebelum kamu minta kepada-Nya.”(Mat 6:8). Oleh karena itu, adalah sesuatu yang membahagiakan jika seseorang dekat dengan Tuhan. Dan hal ini merupakan pengalaman yang sangat personal antara seseorang dengan Allah sendiri. Setiap orang dengan caranya sendiri mengungkapkan imannya dan cintanya kepada Tuhan. Dengan demikian tidak ada orang yang bisa menilai dan menyatakan mereka lebih suci atau baik, dan yang lain tidak, sebab tidak ada satupun bisa melihat kedalaman iman seseorang, maka yang penting adalah seseorang menjaga hatinya senantiasa tulus, rendah hati dan siap untuk memuliakan nama-Nya dalam setiap kata, keputusan dan tindakannya.
Allah Bapa yang Maha Tahu melihat hati setiap orang. Oleh karena itu, Dia tidak akan salah memilih dan memberikan berkat-berkat-Nya yang telah disiapkan-Nya untuk mereka yang dikasihi-Nya.”Tetapi berfirmanlah TUHAN kepada Samuel: “Jangan pandang parasnya atau perawakan yang tinggi, sebab Aku telah menolaknya. Bukan yang dilihat manusia yang dilihat Allah; manusia melihat apa yang di depan mata, tetapi TUHAN melihat hati.”(1 Samuel 16:7). Hal inilah menjadikan seseorang akan selalu damai di hati dalam segala situasi, sebab Allah senantiasa ia rasakan di hatinya. Mereka yang dengan hatinya percaya kepada Yesus Kristus, akan menerima hal yang sama dari-Nya, yaitu hati yang baru, hati yang penuh dengan belas kasih. Itulah tandanya, bahwa Tuhan hadir di dalam hidupnya. “Saudara-saudaraku yang kekasih, marilah kita saling mengasihi, sebab kasih itu berasal dari Allah; dan setiap orang yang mengasihi, lahir dari Allah, dan mengenal Allah.”(1 Yoh 4:7).
Serawai, Rm. Didik, CM,