Sabtu, 7 Agustus 2021

Matius 17:14-20

            Para murid bertanya kepada Yesus mengapa mereka tidak bisa mengusir setan, ketika ada seorang datang kepada mereka untuk meminta dibebaskan? Yesus menjawab mereka dengan jelas, karena mereka kurang percaya. “Ia berkata kepada mereka: “Karena kamu kurang percaya. Sebab Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya sekiranya kamu mempunyai iman sebesar biji saja kamu dapat berkata kepada gunung ini: Pindah dari tempat ini ke sana, maka gunung ini akan pindah, dan takkan ada mustahil bagimu.”(Mat 17:20).Dari jawaban Yesus ini, hal yang menentukan dalam hidup orang beriman adalah percaya; mengandalkan kekuatan Allah.

            Bagaimana agar seseorang bisa percaya kepada Tuhan. Iman tumbuh seperti biji dari kecil terus berkembang menjadi besar dan akhirnya bisa berbuah. “Lalu kata Yesus: “Beginilah hal Kerajaan Allah itu seumpama orang yang menaburkan benih di tanah, lalu pada malam hari ia tidur dan pada siang hari ia bangun, dan benih itu mengeluarkan tunas dan tunas itu makain tinggi, bagaimana terjadinya tidak diketahui orang itu.”(Mrk 4:26). Iman selalu terkait Kerajaan Allah karena berhungungan dengan Allah Tritunggal Maha Kudus  yang dimianinya. Hal itu berarti Iman adalah suatu relasi yang dirawat dari hal-hal kecil dalam ketekunan dan kesetiaan, dalam proses dan waktu, hingga akhirnya merasuki seluruh dimensi hidupnya; hati, budi, kata-kata, dan perbuatannya. Oleh sebab itu iman tidak bisa dibeli seperti orang memerlukan barang-barang di toko, dan juga bukan sesuatu yang instan (tanda dimasak lama), seperti makanan siap jadi. Iman adalah relasi dengan Tuhan yang bertumbuh dalam diri seseorang dalam ketekunan dan kesetiaan. “Sebab itu kamu harus bertekun dalam iman, tetap teguh dan tidak bergocang, dan jangan mau digeser dari pengharapan Injil, yang telah kamu dengar dan yang telah dikabarkan di seluruh alam di bawah langit, dan yang aku ini, Paulus, telah menjadi pelayan.”(Kolose 1:23).

            Oleh karena itu, jika seseorang ingin mendapatkan iman yang kuat, maka diperlukan ketekunan dan kesetiaan, dalam menghadapi setiap persoalan-persoalan hidup yang harus dihadapi. “Bergembiralah akan hal itu, sekalipun sekarang ini kamu seketika harus berdukacita oleh berbagai-bagai pencobaan. Maksud semuanya itu ialah untuk membuktikan kemurniaan imanmu, yang jauh lebih tinggi nilainya dari emas yang fana, yang diuji kemurniaannya dengan api, sehingga kamu memperolah puji-pujian dan kemuliaan dan kehormatan pada hari Yesus Kristus menyatakan diri-Nya.”(1 Petrus 1:6-7). Dengan demikian, saat seseorang harus menghadapi persoalan-persoalan hidup, hal itu bukan sesuatu tanpa arti, namun saat itulah saat untuk memurnikan imannya. Mereka yang bertekun dalam kesetiaan iman akan mendapatkan buah-buah yang baik, dan Allah akan memberikan kepercayaan kepada mereka untuk menjadi saksi kebenaran dan belas kasih-Nya. “Maka kata tuannya itu kepadanya: Baik sekali perbuatanmu itu, hai hambaku yang baik dan setia, engkau telah setia memikul tanggung jawab dalam perkara yang kecil, aku akan memberikan kepadamu tanggung jawab dalam perkara yang besar. Masuklah dan turutlah dalam kebahagiaan tuanmu.”(Mat 25:23).

                                                                                                                                                            Serawai, Rm. Didik, CM