Jumat, 6 Agustus 2021

Markus 9:2-10

            Yesus Kristus mengajak Petrus, Yakobus, dan Yohanes naik ke sebuah gunung, dan disana Yesus menampakkan kemuliaan-Nya. “…..Di situ mereka sendirian saja. Lalu Yesus berubah rupa di depan mata mereka, dan pakaian-Nya sangat putih berkilat-kilat, Tidak ada seorang pun di dunia ini yang dapat mengelantang pakaian seperti itu.”(Mrk 9:2). Apa maksud Yesus menunjukkan semua itu kepada para murid-Nya? Yesus mau menyakinkan kepada mereka bahwa, Dia datang dari Allah Bapa, yang telah dikatakan dan diramalkan oleh para nabi. Oleh karena itu saat itu dalam penampakkan Yesus bersama dengan Elia dan Musa. “Maka nampaklah kepada mereka Elia bersama dengan Musa, keduanya sedang berbicara dengan Yesus.”(Mrk 9:4). Pada saat itu jiga diproklamirkan siapa sebenarnya Yesus Kristus. Dia adalah Anak Allah yang dikasihi oleh Bapa di surga, yang turun ke dunia untuk menjadi juruselamat dunia. “Maka datanglah awan menaungi mereka dan dari dalam awan itu terdengar suara: “Inilah Anak yang Kukasihi, dengarkanlah Dia.”(Mrk 9:7).

            Yesus ingin bahwa para murid melihat dan percaya. Pengalaman para murid bersama Yesus Kristus ini, menjadi sumber kekuatan dan tanda yang menyadarkan mereka bahwa Yesus lah yang menjadi pusat kehidupan semua orang beriman. Sebab apa? Karena di dalam Yesus Kristus semua telah disatukan dan di damaikan lewat korban di atas kayu Salib. Di Golgota, dari atas kayu salib, Yesus mengampuni semua doa umat manusia. “Yesus berkata: “Ya Bapa, ampunilah mereka, sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat.”(Luk 23:34). Dengan demikian lewat darah-Nya semua orang yang percaya dibersihkan dan menerima keselamatan. Sebelum bisa menerima rahmat tersebut, maka seseorang perlu membuka hati untuk percaya. Bagaimana supaya seseorang bisa percaya kepada Tuhan Yesus? Kuncinya adalah terbuka untuk mendengarkan Dia. Itulah yang diserukan oleh Roh Kudus sendiri. “Maka datanglah awan menaungi mereka dan dari dalam awan itu terdengar suara: “Inilah Anak yang Kukasihi, dengarkanlah Dia.”(Mrk 9:7).

            Mendengarkan suara Tuhan membutuhkan sikap kerendahan hati. “Karena TUHAN jiwaku bermegah, biarlah orang-orang yang rendah hati mendengarnya dan bersukacita.”(Mzm 34:3). Dengan sikap rendah hati, maka seseorang akan berani menyadari keterbatasannya dan dengan demikian mau membuka hati untuk menerima dan percaya kepada Tuhan dan mengandalkan-Nya. Setelah iman akan Yesus Kristus tertanam di dalam hati seseorang, maka iman tersebut akan tumbuh, berkembang dan menghasilkan buah-buah dalam tindakan; kasih kebenaran dan kebaikan. “Hendaklah kamu selalu rendah hati, lemah lembut, dan sabar. Tujukkanlah kasihmu dalam hal saling membantu.”(Efesus 4:2).  Guru yang bisa mengajari bagaimana rendah hati adalah Tuhan Yesus Kristus sendiri. “Pikullah kuk yang Kupasang dan belajarlah pada-Ku, karena Aku lemah lembut dan rendah hati dan jiwamu akan mendapat ketenangan.”(Mat 11:29).

            Kerendahan hati Yesus tampak jelas dalam inkarnasi; Allah menjadi manusia. Yesus telah mengosongkan diri-Nya agar Dia bisa mengasihi manusia dan menjadi bagian hidup mereka, sehingga bisa membawa manusia menemukan jalan kebenaran dan keselamatan. “Hendaklah kamu dalam hidupmu bersama, menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus, yang walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan, melainkan telah mengosongkan diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib.”(Filipi 2:5-8). Jika seseorang selalu mendengarkan suara-Nya bertahap ia akan dibimbing jalan hidupnya.

                                                                                                                                                                 Serawai, Rm. Didik, CM