Sabtu, 28 Agustus 2021
Matius 25:14-30
Yesus mengungkapkan suatu perumpamaan tentang talenta untuk mejelaskan hal Kerajaan Sorga. Orang yang layak masuk dalam Kerajaan Allah adalah mereka yang setia, tekun dalam mengembangkan talenta yang telah dipercayakan oleh orang-orang pilihan-Nya. “Hamba yang menerima lima talenta itu datang dan ia membawa laba lima telenta, katanya; Tuan lima talenta tuan percayakan kepadaku, lihat, aku telah beroleh laba lima talenta. Maka kata tuanya itu kepadanya: Baik sekali perbuatanmu itu, hai hambaku yang baik dan setia, engkau telah setia dalam perkara kecil, aku akan memberikan kepadamu tanggungjawab dalam perkara yang besar. Masuklah dan turutlah dalam kebahagian tuanmu.”(Mat 25: 20-21).
Kesetiaan bukan dilihat dari hal-hal yang besar, sebaliknya dilihat dari hal-hal yang kecil. Sebab ketika seseorang setia dalam iman dalam perkara-perkara kecil, maka ia akan setia dalam perkara-perkara yang yang lebih besar. Sering terjadi tidak sedikit orang mengira bahwa yang kecil bisa diremehkan, dianggap tidak penting, dan bahkan tidak dianggap. Akan tetapi, jika yang kecil diremehkan, maka apa yang dibangun diatasnya akan mudah hancur atau tidak bertahan lama. Sama halnya jika suatu rumah tidak memiliki fondasi yang kuat, maka bangunan tersebut tidak akan bisa bertahan lama. “Tetapi setiap orang yang mendengar perkataan-Ku ini dan tidak melakukannya, ia sama dengan orang yang bodoh, yang mendirikan rumahnya di atas pasir. Kemudian turunlah hujan dan datanglah banjir, lalu angin melanda rumah itu, sehingga rubuhlah rumah itu dan hebatlah kerusakannya.”(Mat 7:26-27).
Dengan demikian, Kerajaan Sorga itu merupakan kesetiaan seseorang dengan imannya; Iman kepada Allah Tritunggal yang Maha Kudus. Kesetiaan dimulai dari hal-hal yang kecil, apa yang di di dalam hati, pikiran dan tindakan sehari-hari. “Barangsiapa setia dalam perkara-perkara kecil, ia setia juga dalam perkara-perkara besar.”(Luk 16:10). Sesuatu yang tidak dilihat orang lain, tersembunyi, jauh dari pujian manusia, namun ia kerjakan dengan sepenuh hati untuk kebaikan sesama dan untuk kemuliaan Allah semata adalah hal yang kecil, namun di mata Allah adalah hal itu besar nilainya melebihi mutiara yang indah. “Hendaklah sedekahmu itu diberikan dengan tersembunyi, maka Bapamu yang melihat yang tersembunyi akan membalasnya kepadamu.”(Mat 6:4).
Talenta-talenta yang dianugerahkan kepada manusia adalah bukti kasih, kemurahan hati Allah, dan sekaligus kepercayaan yang harus dipertanggung jawabkan nantinya kepada Tuhan. Cara untuk mengembangkan talenta-talenta tersebut bisa berjalan dengan baik jika dengan sadar percaya/iman bahwa semua itu datang dari Allah yang Maha Baik. Jika terdapat kesadaran iman maka muncul rasa syukur kepada Allah, dan jika ada syukur, maka akan ada semangat, ketekunan, sukacita, kasih, damai, dan perhatian untuk mengembangkannya. Jika tidak ada rasa bersyukur, maka apa yang baik yang telah diberikan Tuhan kepadanya akan dibiarkan, diabaikan, dan tidak dikembangkan. Oleh karena itulah fondasi hidup menjadi sangat penting, dan fondasi tersebut adalah percaya dan mengucap syukur kepada Allah yang baik, yang menjadikan seseorang menjadi murid-Nya, dan yang telah hadir dalam diri Yesus Kristus telah menebus dan menyelamatkan, dan dalam persekutuan dengan Roh Kudus yang menyertai sampai selama-lamanya. “Akan tetapi kamu selalu mengucap syukur kepada Allah karena kamu, saudara-saudara, yang dikasihi Tuhan, sebab Allah dari mulanya telah memilih kamu untuk diselamatkan dalam Roh yang menguduskan kamu dan dalam kebenaran yang kamu percayai.”(2 Tesalonika 2:13).
Serawai, Rm. Didik, CM