Mark 4:21-25
Saudara-i terkasih,
Yesus pernah menyatakan diriNya “Cahaya Dunia”. Kiasan ini sangat cocok Yesus kenakan untuk dirinya sendiri. Ia membawa kita keluar dari kegelapan dan masuk ke dalam cahaya iman, dari kematian kepada hidup yang baru. Pada waktu kita dibaptis kita diberikan lilin yang  dinyalakan dari api Lilin Paskah, atau dari Kristus yang dilambangkan dalam lilin Paskah itu. Lilin yang diserahkan itu melambangkan iman dan kehidupan yang telah kita terima dari Yesus Kristus. Oleh karena itu dalam bacaan Injil hari ini, Yesus mendesak kita agar kita mampu memancarkan cahaya yang telah kita terima kepada dunia.  Dengan kata lain, kita harus dapat meneruskan misiNya dengan membagi-bagikan api iman kita dalam kata dan perbuatan; membiarkan cahaya itu bersinar dan menerangi dunia ini dengan apa saja yang kita lakukan dan kita katakan.
Ketika Yesus mengajarkan agar kita tidak menyembunyikan cahaya kita itu, ia menegaskan agar “pelita yang kita bawa bukan supaya ditempatkan di bawah gantang atau di bawah tempat tidur, melainkan supaya ditaruh di atas kaki dian.” Kata-kata Yesus ini bisa saja membuat para pendengarnya tersenyum. Karena lampu minyak yang sedang menyala dan ditempatkan dibawa tempat tidur sudah sangat pasti akan terjadi kebakaran. Pesan Yesus diatas sangat relevant saat ini dengan “the new evangelization” yang diluncurkan oleh Paus Franciscus. The new evangelization itu ditujukan kepada seluruh umat Katolik terutama  kepada mereka yang telah meninggalkan gereja atau mereka yang hanya menamakan dirinya katolik. Himbauan Paus Francis itu menumbuhkan dan memperbaharui motivasi kegiatan kita agar kita mampu meyebarluaskan apa yang kita imani, menyebarluaskan kabar gembira. “Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa muridKu…” adalah suatu perutusan yang Yesus percayakan kepada semua yang ikut dalam misiNya.
Evangelisasi tidak hanya sebagai suatu tugas mulia, tetapi sesuatu yang saat ini merupakan suatu kebutuhan yang sangat urgent. Saat ini banyak orang yang lapar akan arti dan makna kesatuan kita dengan Yang Ilahi. Mereka membutuhkan seseorang yang dapat mewartakan dan menyampaikan kepada mereka sesuatu yang baik, bermakna dalam suatu pendekatan yang penuh kasih, bahwa Yesus wafat dan bangkit untuk kita semua; oleh kebangkitanNya kita dapat lebih memahami arti dari kehidupan sesudah kehidupan ini. Mereka perlu mengetahui bahwa masih banyak orang yang memperhatikan dan mencintai mereka. Dan kita sebagai orang katolik, penuh semangat kasih dan perhatian mampu  membawa orang lain lebih dekat kepada Yesus. Bagaimanakah caranya kita menjawabi panggilan Yesus ini? Pertama-tama kita harus dapat mengevangelisasi diri kita sendiri, memperdalam iman kita sendiri melalui doa dan berkesinambungan meningkatkan kwalitas diri dalam ilmu dan pengetahuan rohani/spiritual.
Maka dengan sendirinya kitapun akan lebih mampu menyinari orang lain disekitar kita dengan kesaksian hidup yang penuh iman dan berkwalitas yang sesuai dengan nilai-nilai serta norma-norma kristiani. Selain itu sebagai pengikut Kristus kiranya kita akan selalu bisa mempertahankan praktek-praktek devosi dan tradisi pada hari-hari tertentu seperti Rabu Abu yang sebentar lagi akan kita peringati untuk  memulai masa pantang dan puasa, menempatkan articles religious di rumah dan sekian banyak kekayaan ritual atau tradisi di dalam gereja kita. Ataupun dengan saling menukar atau membagi pengalaman iman seperti yang kita lakukan lewat “lubuk hati” ini, dan tanpa ragu-ragu berbicara tentang Tuhan yang kita imani, mengundang dan membantu orang lain untuk datang kepada Yesus. Inilah proses evangelisasi yang dapat kita lakukan untuk menjawab panggilan dan tugas perutusan Yesus kepada kita masing-masing, Amin.