Sabtu, 7 Januari 2022
Yohanes 2:1-12
Ketika ada perjamuan nikah di Kana, Galilea, Yesus, para murid-Nya dan ibu-Nya yaitu Maria ada di sana. Ketika tuan pesta kehabisan anggur, Maria datang kepada Yesus puteranya untuk melakukan sesuatu, yang sebenarnya waktunya untuk mengadakan mujizat belum tiba, namun Yesus mendengarkan permohonan Bunda-Nya, sehingga terjadilah mujizat yang dilakukan Yesus mengubah air menjadi anggur. “Ketika mereka kekurangan anggur, ibu Yesus berkata kepada-Nya: “Mereka kehabisan anggur.” Kata Yesus kepadanya: “Mau apakah engkau dari pada-Ku, ibu? Saat-Ku belum tiba.” (Yoh 2:3-4).
Dengan demikian, Bunda Maria dekat dengan Putera-Nya sehingga apa yang dimohonkan oleh Maria senantiasa didengarkan oleh Yesus. Oleh karena itu Maria menjadi pengantara bagi semua orang yang percaya kepada Yesus Kristus. Dengan kedekatan dan kesatuan antara Ibu dan Anak inilah maka Gereja menghormati Maria sebagai Bunda Gereja dan Bunda Allah. “Ketika Yesus melihat ibu-Nya dan murid yang dikasihi-Nya di sampingnya, berkatalah Ia kepada ibu-Nya: “Ibu, inilah, anakmu!” Kemudian kata-Nya kepada murid-Nya: “Inilah ibumu!” Dan sejak saat itu murid itu menerima dia di dalam rumahnya.”(Yoh 19:26-27).
Dengan demikian jika seseorang dekat dengan Maria maka ia juga akan dekat dengan Yesus Kristus, sebab Bunda Maria sebagai pengantara yang menghantar seseorang untuk sampai pada Yesus, dan menghantar doa-doanya kepada-Nya. Oleh karena itu, tempat dan kehadiran Bunda Maria sudah sangat jelas, bahwa ia adalah wanita yang terpilih (diberkati Allah) dalam karya penebusan umat manusia untuk melahirkan dan menjadi Ibu bagi Sang Imanuel dan dengan itu juga menjadi Ibu bagi umat manusia yang percaya. “Dan ketika Elisabet mendengar salam Maria, melonjaklah anak yang di dalam rahimnya dan Elisabet pun penuh dengan Roh Kudus, lalu berseru dengan suara nyaring: “Diberkatilah engkau di antara semua perempuan dan diberkatilah buah rahimmu. Siapakah aku ini sampai ibu Tuhanku datang mengunjungi aku?”(Luk 1:41-42).
Didik, CM