Jumat, 17 Februari 2023
Markus 8:34-9:1
Kepada para murid-Nya, Yesus menyapaikan syarat-syarat untuk bisa menjadi murid-Nya yang baik, yaitu ; menyangkal diri, memanggul salib, dan setia mengikuti-Nya. “Lalu Yesus memanggil orang banyak dan murid-murid-Nya dan berkata kepada mereka: “Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya dan mengikut Aku.”(Mrk 8:34). Apa artinya menyangkal diri? Penyangkalan diri diarahkan pada sikap hati yang berani mengosong diri agar Roh Allah sendiri memimpin jalan hidup seseorang. Ketika seseorang mengosongkan diri maka ia dengan rela melepaskan segala sesuatu yang bertentangan dan menghambat relasinya dengan Tuhan, yaitu kesombongan, dan dosa, sehingga ia menjadi seorang hamba yang tulus dan rendah hati di hadapan Tuhan. “Hendaklah kamu dalam hidupmu bersama, menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus, yang walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan, melainkan telah mengosongkan diri-Nya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia.”(Filipi 2:5-7).
Kemudian, apa artinya memanggul Salib? Salib bukan sebatas simbol, namun didalamnya terkandung nilai pengorbanan Yesus Kristus karena ketaatan kepada kehendak Bapa dan kasih tanpa batas Tuhan terhadap umat manusia, yang membuahkan pengampunan, perdamaian, dan keselamatan. “…..dan oleh Dialah Ia memperdamaikan segala sesuatu dengan diri-Nya, baik yang ada di bumi, maupun yang ada di sorga, sesudah Ia mengadakan pendamaian oleh darah salib Kristus.”(Kolose 1:20). Dengan demikian memanggul salib berarti siap sedia untuk berkorban demi kebaikan, damai, dan keselamatan sesama.
Lalu bagaimana dengan arti mengikut Kristus? Ketika seseorang telah diampuni dosa-dosanya dan diselamatkan oleh Kristus, maka sebagai ungkapan syukurnya, ia akan dengan setia berjalan bersama dan melakukan kehendak-Nya. Dengan demikian kesetian tersebut merupakah buah dari pengalaman iman dan kasih yang telah diterima dari Allah. Oleh karena itu semakin dalam iman dan semakin kuat pengalaman kasih yang dirasakan seseorang dari Tuhan, semakin dalam dan kuat pula kesetiaannya pada Tuhan. “Aku hendak sujud ke arah bait-Mu yang kudus dan memuji nama-Mu, oleh karena kasih-Mu dan oleh karena setia-Mu;
sebab Kaubuat nama-Mu dan janji-Mu melebihi segala sesuatu.”(Mzm 138:2)
Didik, CM